Latest Post

Account Assistant Account Officer Account Payable Account Receivable Accounting Accounting Case Study Accounting Certification Accounting Contest Accounting For Manager Accounting Manager Accounting Software Acquisition Admin Administrasi administrative assistant Administrator Advance accounting Aktiva Tetap Akuisisi Akun Akuntan Privat Akuntan Publik AKUNTAN. Akuntansi Akuntansi Biaya Akuntansi Dasar Akuntansi Management Akuntansi Manajemen Dan Biaya Akuntansi Pajak Akuntansi Perusahaan Dagang Akuntansi Perusahaan Jasa Akuntansi Syariah Akuntansi Translasi Akunting Analisis Transaksi Announcement Aplikasi Akuntansi archiving ARTICLES ARTIKEL Asumsi dasar Akuntansi Asuransi Aturan Pencatatan Akuntansi Audit Audit Kinerja Auditing Balance sheet Bank Basic Accounting Bea Cukai Bea Masuk Bidang Akuntansi Bukti Transaksi Buku Besar Calculator Capital Cara Pencatatan Akuntansi Career Cash Cash Flow Cat Certification Checker Checker Gudang COGS Collection Contest Corporate Social Responsibility (CSR) Cost Cost Analysis CPA CPA EXAM Credit Credit Policy Current Asset Custom Custom Clearence Dasar Akuntansi Data Debit Kredit Discount Diskon Distributor Dyeing Ekspor Engineering Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Example Expense Export - Import FASB Finance FINANCIAL Financial Advisor Financial Control Finansial Foreign Exchange Rate Form FRAUD Free Download Freebies Fungsi Akuntansi GAAP GAJI Garansi Gift Goodwill Gudang Harga Pokok Penjualan Hotel HPP HRD IFRS Impor Import Import Duty Informasi Akuntansi International Accounting Investasi IT Jasa Jasa Konstruksi Job Vacant JUDUL SKRIPSI AKUNTANSI TERBARU Jurnal Khusus Jurnal Pembalik Jurnal Pembalik Dagang Jurnal Penutup Jurnal Penutup Dagang Jurnal Penyesuaian Jurnal Umum Kas Kas Bank Kas Kecil Kasus Akuntansi Kasus Legal Kasus Pajak Kepala Rekrutment Kertas Kerja Keuangan Knitting Komentar Komputer Konsolidasi Konstruksi Konsultan Laba-Rugi Laboratorium Lain-lain lainnya LANDING COST Laporan akuntansi Laporan Arus Kas Laporan Keuangan Laporan Keuangan Dagang Laporan Keuangan Jasa Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Modal laporan Rugi Laba Layanan Konsumen Lean Accounting Lean Concept Lean Manufacturing Legal Logistik Lowongan Kerja Accounting MA Accounting Macam Transaksi Dagang Management Management Accounting Manager Manajemen Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan Manajemen Stratejik Manajer Manajer Administrasi Manfaat Akuntansi Manufaktur Marketing Matching Color Mekanisme Debit Mekanisme Kredit Mencatat Transaksi Merger metode fifo dan lifo Mid Level Miscellaneous Modal Neraca Neraca Lajur Neraca Saldo Neraca Saldo Setelah Penutupan Nerasa Saldo Office Operator Operator Produksi Paint PAJAK pajak pusat.pajak daerah(provinsi dan kabupaten) payroll Pelaporan Korporate Pemasaran Pembelian Pemberitahuan Pemindahbukuan Jurnal Pencatatan Perusahaan Dagang Pendapatan Pengakuan Pendapatan Pengarsipan Pengendalian Pengendalian Keuangan Pengertian Akuntansi PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN pengertian pajak PENGERTIAN PSAK PENGGELAPAN Pengguna Akuntansi Pengkodean Akun Penjualan Perbankan Perlakuan akuntansi Perpajakan Persamaan Dasar Akun Petty Cash Piutang Posting Buku Besar PPH PASAL 21 PPh Pasal 22 PPh Pasal 26 PPn PPn Import Prefesi Akuntansi Prinsip Akuntansi PRINSIP DASAR AKUNTANSI Produksi Profesi Akuntansi Professi Akuntan Profit-Lost Proses Akuntansi Proyek PSAK PSAK TERBARU PURCHASE Purchasing QA QC Quality Assurance Quality Control Quiz Rabat Rajut rangkuman Rebate Recruitment Recruitment Head Rekrutment Retail Retur Return Revenue Review Saldo Normal Sales Sales Representative Sejarah Akuntansi SERIE ARTIKEL Sertifikasi Shareholder Shipping Agent Shipping Charge siklus akuntansi Silus Akuntansi Dagang Sistem sistem akuntansi Sistem Informasi Sistem Informasi & Pengendalian Internal Soal dan Jawaban CPA SPI Spreadsheet Accounting Spreadsheet Gratis Staff Struktur Dasar Akuntansi Supervisor system pengendalian system pengendalian gaji Tax Taxation Teknik Tekstil Template Teori-teori Akuntansi Tinta Tip n Tricks TIPS AND TRICKS Tools Top Level Transaksi Keuangan Tutup Buku Ujian CPA UPAH update situs USAP Utilities Video Tutor Warehouse Warna warranty What Is New


Instrumen penilaian dan bukti empiris terhadap praktek tata kelola di Indonesia dan ASEAN


1.Penilaian tata kelola korporat Indonesia oleh Bank Dunia

            Laporan terbaru dari Bank Dunia memperlihatkan bahwa Indonesia mengalami kemajuan dalam tata kelola perusahaan. Kemajuan itu di antaranya adanya undang-undang dan institusi, santunan investor, penguatan keterbukaan, sampai terakhir peningkatan kinerja dewan.

            "Meskipun Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup pesat selama beberapa tahun terakhir dalam memperbaiki tata kelola perusahaan dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa, masih banyak tantangan besar yang perlu dihadapi. Ada beberapa langkah penting untuk memperbaiki tata kelola perusahaan di Indonesia, meliputi perbaikan kerangka kerja hukum, santunan lebih baik bagi investor melalui penguatan dan penegakan peraturan Bapepam-LK, serta tingkat profesionalisme yang lebih tinggi di antara para dewan komisaris dari perusahan-perusahaan yang tercatat di bursa dalam melakukan kewajibannya. "Tata kelola perusahaan yang baik akan meningkatkan kepercayaan investor guna membantu melindungi pemegang saham kecil, dan dapat mendorong pengambilan keputusan yang baik. Selain itu juga memperbaiki kekerabatan dengan para pekerja, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya."

            Berdasarkan penilaian standar dan instruksi pada tahun 2004, nilai Indonesia meningkat. Peningkatan tersebut ada di hak pemegang saham dan perlakuan adil bagi pemegang saham. Meskipun dengan negara daerah Indonesia dirasa kurang, namun sudah mulai mendekati negara penentu model, terutama India, Thailand, dan Malaysia.

Adapun 72 laporan standar dan instruksi telah dilaksanakan di 59 negara, termasuk di daerah Asia Selatan dan Asia Timur. Laporan tata kelola perusahaan atas standar dan instruksi merupakan bab dari inisiatif global untuk mengukur UU dan praktik-praktik yang relevan dengan prinsip tata kelola perusahaan sebagai tolak ukur.


2. Penilaian berdasarkan ASEAN CG Scorecard dari ASEAN Capital Market Forum.

            Forum Regulator Pasar Modal se-ASEAN atau ASEAN Capital Market Forum (ACMF) merilis edisi kedua the ASEAN Corporate Governance Scorecard Country Report and Assessments 20132014, yang merupakan Laporan Pemeringkatan dan Penilaian Tata Kelola Perusahaan-Perusahaan di Negara ASEAN. Pada penilaian tahun ke-3 ini, ACMF melaporkan terdapat 529 perusahaan terbuka yang tercatat di bursa-bursa ASEAN dengan kapitalisasi pasar lebih dari USD1 miliar.

            Di tingkat ASEAN, perusahaan terbuka dari Thailand memperoleh hasil penilaian tertinggi, yang diikuti oleh Malaysia dan Singapura.  Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Singapura, sebagai negara yang mengalami perbaikan terbesar atau signifikan dalam penilaian tata kelola perusahaan (corporate governance/CG) tersebut.

            Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan, penerapan corporate governance dengan standar terbaik menjadi salah satu faktor penentu bagi Emiten dan Perusahaan Publik dalam menghadapi kurun Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. OJK berupaya terus meningkatkan kualitas penerapan tata kelola Emiten dan Perusahaan Publik melalui penyempurnaan regulasi yang berkelanjutan, sebagaimana tertuang dalam Corporate Governance Road Map yang telah di launching OJK pada Februari tahun ini.

            "Karenanya penilaian CG ini akan terus dilakukan secara terencana dengan penambahan jumlah emiten. Hal ini dilakukan supaya senantiasa diperoleh keberlanjutan dalam perbaikan governance di Indonesia. Inisiatif ASEAN CG Scorecard ini dimulai pada 2011 dan diikuti oleh enam negara ASEAN ialah Malaysia, Singapura, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Inisiatif ini ditujukan untuk meningkatkan standar CG dan pelaksanaannya pada perusahaan-perusahaan terbuka yang tercatat di Bursa Efek, serta meningkatkan daya jual internasional dari perusahaan terbuka ASEAN dengan praktek tata kelola yang baik (well governed public listed companies/PLCs). ASEAN CG Scorecard menjadi alat diagnostik yang penting dan bermanfaat dalam mengidentifikasi gap dan meningkatkan standar tata kelola di antara perusahaan terbuka di daerah ASEAN.

            Proses asesmen dilakukan secara obyektif melalui Domestic Ranking Body (DRB) yang ditunjuk oleh Regulator di masing-masing negara, berdasarkan publikasi yang tersedia dan informasi yang dapat diakses ibarat laporan tahunan, website perusahaan, pemberitahuan, dan edaran. Untuk menjamin independensi dan kewajaran dalam asesmen, hasil dari DRB diuji ulang dalam peer review dengan DRB negara lain.

Masih ada satu sub topic dari serie “Standard Cost, Variance & Effisiensi” yang belum saya bahas yaitu: mengalokasikan variance. Seperti kita ketahui bahwa tidak ada rekening (account) variance di dalam laporan keuangan, jadi dibawa kemanakah variance ini? Bagaimana jurnalnya?. Yet, standard cost dan analysis variance sangat bersahabat kaitannya dengan effisiensi, justru disinilah pembahasan Standard Cost dan Analysis Variance yang sesungguhnya. Apakah menurunnya cost sudah berarti effisiensi? Kita akan bahas sebentar lagi.

Hanya untuk recall saja, bila saya summarize variances yang sudah terjadi dari topic sebelumnya (Standard Cost, Variance & Effisiensi dan Standard Cost, Variance – Part 2), ada 4 (empat) variances yang ditemukan, yaitu:

[Debit]. Raw Material Price Variance = 1,500,000
[Credit]. Raw Material Price Variance = Rp 750,000
[Debit]. Raw Material Usage Variance = Rp 187,500
[Debit]. Direct Labour Cost Variance = Rp 62,500

Dari keempat variance di atas, “Raw Material Price Variance” ada 2 (dua) debit dan kredit, mampu eksklusif di off-set-kan, sehingga tinggal 3 (tiga) variances saja, yitu:

[Debit]. Raw Material Price Variance = Rp 750,000
[Debit]. Raw Material Usage Variance = Rp 187,500
[Debit]. Direct Labour Cost Variance = Rp 62,500

Selanjutnya dibawa kemanakah variance tersebut?


Mengalokasikan Variance

Kita tahu pada laporan keuangan tidak mengenal rekening (account) “variance”, oleh alasannya yakni itu variance harus dialokasikan sebelum buku ditutup ke laba rugi dan neraca. Perlu diketahui, bahwa variance bukanlah rekening permanent, melainkan rekening sementara yang dijadikan salah satu instrument pengukur effisiensi semata-mata.

Bagaimanapun juga variance yang timbul yakni positif dan harus diakui. Bagaimanapun juga pada alhasil transaksi yang diakui dan dilaporkan yakni actual cost-nya (bukan standard cost-nya). Selisih antara actual cost dengan standard cost yang tadinya di post ke rekening variance masing-masing harus dikembalikan ke dalam cost-nya, sehingga nantinya cost yang di laporkan di dalam Profit & Lost Statament maupun Neraca yakni “sebesar actual cost-nya”.

Kapan variance dialokasikan ke cost?

Peng-alokasi-an dilakukan tentunya setelah semua variance di verifikasi, di analisa, disimpulkan dan didokumentasikan, selambat-lambatnya, sebelum proses tutup buku di laksanakan.

Kemana dan bagaimana mengalokasikan variance?

Variance pada raw material (either price variance or usage variance)

[-]. Jika pada ketika pengalokasian variance ke cost-nya, barang jadi (inventory) sudah terjual seluruhnya, maka variance eksklusif di alokasikan ke Cost of Goods Sold (Material Usage), dengan jurnal (sesuai dengan contoh kasus):

[Debit]. Inventory Usage (COGS) = Rp 937,500
[Credit]. Raw Material Price Variance = Rp 750,000
[Credit]. Raw Material Usage Variance = Rp 187,500

[-]. Jika sebagian sudah terjual, sebagian belum, maka dilihat dahulu nilai variance-nya. Jika nilai variance-nya dianggap “immaterial”, maka mampu eksklusif dialokasikan ke COGS (Inventory usage) ibarat jurnal di atas. Sedangkan bila nilai variance-nya dianggap ”material”, maka sebagian dialokasikan ke inventory, sebagian ke inventory usage (COGS) secara proportional (sesuai prosentase berapa terjual berapa yang masih berupa persediaan barang jadi), jurnalnya:

[Debit]. Inventory Usage (COGS) = Rp 900,000 (misal: sudah terjual)
[Debit]. Inventory = 37,500 (misal: belum terjual)
[Credit]. Raw Material Price Variance = Rp 750,000
[Credit]. Raw Material Usage Variance = Rp 187,500

Variance pada Direct Labor Cost

Langsung dialokasikan ke cost asalnya (Direct Labor Cost) dengan jurnal:

[Debit]. Direct Labour Cost (COGS) = Rp 62,500
[Credit]. Direct Labour Cost Variance = Rp 62,500

Variance pada Overhead Cost

Walaupun pada contoh kasus ini tidak ada variance, pada kenyataannya, tidak menutup kemungkinan variance mampu terjadi juga pada overhead cost, bila memang terjadi maka dialokasikan dengan jurnal:

[Debit]. Overhead Cost (COGS)
[Credit]. Overhead Cost Variance

Catatan: dengan jurnal di atas, maka rekening sementara variance sudah nol (terhapus), variance sudah dialokasikan ke cost aslinya dan cost yang diakui telah sama dengan actual costnya.

Kalau toh alhasil dikembalikan ke actual cost-nya, buat apa mencari variance dan buat apa menerapkan standard cost?”.

Tujuan utama penerapan standard cost yakni semata-mata untuk mengukur dan menjaga effisiensi. Kita lanjutkan ke variance dan effisiensi, disana kita bahas lebih mendalam lagi.


Variance dan Effisiensi

Saya tambahkan sub pokok bahasan ini dengan harapan: mudah-mudahan mampu mengasah “awareness instinct (=kewaspadaan naluriah?)” akan potensi in-effisiensi dan bentuk-bentuk kebocoran yang mampu terjadi.

Ini penting bagi rekan-rekan di accounting dan keuangan, khususnya bagi mereka-mereka yang tidak merasa cukup puas dengan hanya menjadi clerk atau bookkeeper saja. So, untuk rekan-rekan yang hanya sekedar ingin tahu perlakuan dan jurnalnya saja, anda tidak perlu membaca (mengikuti) penjelasan saya lebih lanjut lagi, don’t waste your time.

Tapi bagi yang suka berpikir, ingin berguru lebih mendalam, ingin mengerti managerial-nya, saya encourage untuk mengikuti (membacanya) hingga akhir. You are not going to waste your time, you are eventually about to learn a more insightful of accounting cost, it will be well worth it.

Kembali ke basic-nya, variance cost (selisih pada cost), entah itu atas raw material, direct labor maupun overhead cost, bila variance yang timbul:

[-]. Bersaldo debit
Berarti actual cost-nya lebih tinggi dibandingkan standard cost, bila ini yang terjadi, artinya perusahaan beroperasi di atas budget yang sudah ditetapkan. Apakah ini sudah pasti kebocoran/inefficiency?, belum tentu, tetapi sudah pasti ada yang tidak beres.

[-]. Bersaldo Credit
Berarti actual cost-nya lebih rendah dibandingkan standard cost, yang artinya perusahaan beroperasi dibawah budget yang telah di tetapkan. Apakah ini sudah berarti effiseinsi?, belum tentu juga.

Variance manapun yang timbul, masih memerlukan follow-up (=tindak lanjut?) dari pihak manajemen. Yang bertugas untuk melaksanakan verifikasi dan analisa tentunya mereka (dia) yang bertanggung jawab mengelola keuangan perusahaan, mereka (dia) yang dibutuhkan menjadi pengaman asset perusahaan. Pada perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, peran ini biasanya ditangani eksklusif oleh direktur, sedangkan pada perusahaan yang sudah bersekala corporation (besar) biasanya ditangani oleh Controller (Financial Controller) dan atau Chief Financial Officer (CFO).

Itulah sebabnya mengapa rekan-rekan di accounting dan keuangan (jika memang ingin mengembangkan career ke level yang lebih tinggi lagi) sebaiknya mulai pelan-pelan memahami: flow (alur), mobilty (perpindahan dan pergerakan) fisik barang sekaligus transaksinya secara terintegrasi, minimal (sekali lagi saya underline “minimal”).


Catatan: (Permakluman)

Banyak cara dan daerah untuk belajar. Tentu blog ini bukanlah sesuatu yang layak untuk dijadikan daerah belajar. Blog ini awalnya ingin saya jadikan sebagai wadah bagi diri saya untuk ber-ekspresi, ber-idealisme, sekaligus untuk daerah mengasah diri saya pribadi, untuk mengingat-ingat kembali apa yang telah saya kerjakan. Jikapun ada diantara rekan-rekan pengunjung menganggap blog ini sebagai alternative sarana belajar, bertukar pikiran, dan berbagi, dan lain sebagainya, saya berterimakasih dan bersukur. Amin!. Atas dasar aliran itulah saya merasa perlu membenahi-nya, semoga mampu menunjukkan sumbangan yang lebih banyak dan lebih baik lagi. Dan untuk maksud tersebut, saya sadar itu butuh waktu, saya harus berguru lebih banyak hal lagi. Sekalilagi terimakasih untuk support-nya.


Kembali ke topic……

Jika memiliki product knowledge yang kuat, mengetahui tehnis pelaksanaan mulai dari research & development, marketing, purchasing, production, quality management, packaging, inventory management, sales hingga ke shipping, ditambah dengan accounting, keuangan dan perpajakan, maka fungsi pengendalian (controlling) akan mampu dilaksanakan dengan sangat baik. Karena kunci dari fungsi pengendalian yakni memahami dan menguasai “the whole picture” secara terintegarsi, bukan sebagian-sebagian atau sepenggal-sepenggal, apalagi cuma setengah-setengah.

Mengapa perlu?

[-]. Karena tanpa menguasai flow dan mobilitas (pergerakan/perpindahan) fisik barang dari satu adegan ke adegan yang lain, dari satu section ke section yang lain, dari satu workstation ke workstation yang lain, dari hulu hingga ke hilir dan balik ke hulu lagi, maka mustahil untuk mampu meng-interpretasi-kan transaksi ke dalam pencatatan dan pelaporan dengan benar dan akurat.

[-]. Karena tanpa product knowledge dan tehnis process di semua bagian, section, dan workstation, mustahil untuk mampu melaksanakan verifikasi dan analisa yang benar dan akurat juga.

Contoh (sebagai ilustrasi saja):

Ada variance bersaldo negative (note: untuk yang bersaldo positif rasanya saya tidak perlu jelaskan lagi, sudah banyak saya bicarakan), artinya actual cost lebih rendah dibandingkan standard cost-nya. Apakah itu sudah berarti effisien? Masih perlu kajian dan analisa lebih jauh lagi dibandingkan sekedar angka variance. Perlu mengetahui formula-formula dibawah ini:

[-]. Secara alamiah, efficiency sering berbanding terbalik dengan quality of product.
[-]. Naturally, speed (total hour dibagi oleh total quantity atau volume) sering berbanding terbalik dengan quality.

Artinya apa?, jika menemukan variance negative (actual cost lebih kecil dari standard cost) maka anda sudah harus melakukan:

[-]. Verifikasi antara angka-angka di buku dengan bukti transaksi dan physical count.

Question: Bagaimana mampu melaksanakan itu bila tidak menguasai alur fisik barang dan alur transaksi secara terintegrasi?

Okay, let’s say sudah diverifikasi dengan benar, memang matching and it’s confirmed, memang benar ada negative variance, apakah itu sudah cukup? Not yet….

[-]. Itu merupakan another alarm bell atau red alert atau sinyal ancaman lainnya pada “quality of product”, anda sudah harus cepat-cepat periksa quality barang yang dihasilkan, tentu saja tanpa meng-intervensi kerja adegan quality control, anda hanya perlu melaksanakan verifikasi dan analisa, adegan keuangan berhak untuk melaksanakan itu, tentunya diubahsuaikan dengan level dan authority-nya.

Question: Bagaimana mampu melaksanakan itu bila tidak menguasai quality management and its standard?. Mustahil bukan?

Kembali ke duduk perkara quality dan effisiensi. Ini formula selanjutnya yang perlu diketahui (di ingat baik-baik):

[-]. Quality berbanding lurus dengan sales (both in volume & value). Semakin menurun qualitas, most probably sales akan turun juga.
[-]. Sales sudah pasti (saya yakin anda sudah tahu) berbanding lurus terhadap revenue.
[-]. Revenue berbanding lurus terhadap PROF!T.

So, you are questioning mebagaimana bila produksi berdasarkan pesanan?, toh barang sudah dipesan”.

Tahukah anda bahwa, purchase order tidak berarti orang tidak boleh mengembalikan barang, bila poor in quality pasti barang dikembalikan, bila quality “agak” rendah, mungkin barang tetap diterima tetapi dengan discount.

Okay, let’s say, somehow, quality rendah, tetapi barang diterima dan tanpa discount. Does that sound perfect?. Belum tentu, sangat mungkin back-order atau repeat order-nya akan dikurangi, atau bahkan tidak ada repeat order lagi. Jika new customer, hampir mampu dipastikan tidak akan pernah kembali lagi, artinya conversion menurun (kesempatan untuk meng-convert new customer menjadi regular customer hilang). See, we just through the “next cash” out of the window.

Tapi, itu kan nanti, yang terperinci untuk periode ini perusahaan untung”. A-a, perlu diketahui, kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan untuk periode yang akan datang yakni bentuk lain dari cost. Namanya “Opportunity Cost”.

apakah opportunity cost dilaporkan di dalam laporan keuangan?”. Memang, tidak dilaporkan, tetapi akan muncul nanti pada laporan yang akan datang dalam wujud "pertumbuhan revenue yang menurun".
Misalnya:
Dua periode sebelumnya memperoleh revenue Rp 1,000,000 dan periode yang lalu memperoleh revenue Rp 1,500,000, dan periode berjalan memperoleh revenue Rp 2,250,000. Artinya rata-rata pertumbuhan revenue yakni 150%. Dengan rata-rata 150% seharusnya revenue di periode berikutnya seharusnya Rp 3,375,000, tetapi karena menurunnya quality, beberapa customer yang mendapatkan poor quality product tidak melaksanakan pesanan lagi, sehingga angka Rp 3,375,000 kemungkinan besar tidak akan tercapai. In worst case, sangat mungkin revenue malah turun ke angka dibawah Rp 2,250,000.


Contoh lain: (kasus yang berbeda)

Terjadi variance bersaldo negative pada Direct Labour Cost, artinya upah buruh yang dibayarkan lebih rendah dibandingkan standard cost, apakah sudah berarti effisiensi? Belum tentu juga.

Pada Direct Labor Cost (upah buruh) berlaku formula:

[-]. "Direct Labor Cost" berbanding lurus terhadap “descent work(=tingkat kepuasan kerja?)”.
[-]. "Descent work" berbanding lurus terhadap "employee loyalty"
[-]. "Employee loyalty" berbanding lurus terhadap "productivity"
[-]. "Productivity" berbanding lurus terhadap "Revenue"
[-]. "Descent work" berbanding terbalik terhadap "Employee turnover (arus keluar masuk karyawan)".
[-]. "Employee Turnover" berbanding lurus dengan "Recruitment & Training Expense"

Menurunnya upah buruh sangat mungkin menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan kerja buruh, dan menurunnya tingkat kepuasan kerja buruh secara alamiah akan menurunkan productivity, productivity besar lengan berkuasa terhadap revenue. Tingkat kepuasan kerja yang menurun juga menyebabkan employee turnover yang tinggi, employee turnover yang tinggi akan menyebabkan recruitment dan training expense meningkat. Look, that’s another big potential cost.

Failure dalam menentukan “employee retention policy (=kebijakan dalam pertolongan kompensasi, incentive dan kesempatan berkembang)” could directly impact productivity and employee turnover.

Catatan: Approach yang sesuai terhadap "Kebijakan Ketenaga Kerjaan", "Human Resource Management" yakni salah satu kunci kesuksesan aktifitas pengendalian. Dan, rasanya akan menjadi sesuatu yang berat bila kedua hal tersebut tidak dikeuasai dengan baik.

Kesimpulan

Dari awal pembahasan hingga sekarang sepertinya in-efficient salah, efficient juga salah, yang benar yang mana?, mana yang lebih penting; efficient atau quality?, Direct Labor Cost efficiency atau Descent Work?

Kondisi ideal yang dibutuhkan tentu: Qualitas product terbaik pada tingat effisiensi yang tinggi juga, descent work tertinggi pada tingkat effisiensi direct labor cost yang tinggi juga. Goal setting yang tinggi yakni postif, tapi perlu realistis in the same time.

Dengan melaksanakan musim analysis dari satu period ke period yang lain, membandingkan unsur-unsur: variance Vs quality, variance Vs productivity, variance Vs employee turnover yang pada alhasil membandingkan revenue Vs cost/expense secara berkesinambungan, akan dapat menentukan “Match Point (titik temu)” dan “Elasticity” antara unsur-unsur yang di bandingkan.

Yang dimaksudkan dengan match point di sini adalah:

titik” dimana:

[-]. Effisiensi Vs Quality, mengahasilkan profit tertinggi
[-]. Effisiensi Vs Productivity, menghasilan profit tertinggi
[-]. Effisiensi Vs Employee Turnover, menghasilkan profit tertinggi

Match point tersebutlah nantinya akan dijadikan teladan standard cost berikutnya, standard untuk mentukan kebijakan-kebijakan perusahaan di semua department diperiode berikutnya. Dengan usaha yang terus menerus, dari period ke periode berikutnya yang semakin ditingkatkan, suatu ketika kondisi ideal yang dibutuhkan tentunya mampu diwujudkan.

Last question:

Kalau toh pada alhasil untuk mencari tingkat profitability maximum, bukankah cukup hanya dengan menganlisis laporan laba rugi saja?, toh sudah mampu dibandingkan antara revenue dengan cost, antara sales dengan gross margin, antara sales dengan profit margin, dan sebagainya?

Pszz…..wrong conclusion.

Semua analisa perbandingan tadi yakni dengan asumsi, “NO ERROR (Zero Error)”, hanya duduk perkara mencari titik temu saja. Pada kenyataannya, error sering terjadi, kesalahan mampu timbul dimana saja, entah karena kurangnya ketrampilan pegawai/buruh, atau adanya pegawai/buruh yang bekerja diluar system yang telah ditentukan.

Salah satu fungsi pengendalian yakni menangkap sinyal error semenjak dini, sehingga mampu mencegahnya (tidak membiarkan-nya terjadi). Menganalisa dan menyimpulkan apa yang telah terjadi saja bukanlah tindakan yang smart (jika tidak mau disebut bodoh). Jika pintar, maka harus mampu meng-identifikasi dan mencegahnya, jikapun tidak mampu dicegah, maka error yang timbul harus dicari akar masalahnya, lalu shutdown right on the spot (tepat d ititik dimana terjadi-nya error), jangan hingga meluas atau menjalar, dan tidak akan terjadi lagi. Itu gres smart.

Jika diperusahaan anda menggunakan STANDARD COST, artinya akan ada VARIANCE, artinya perusahaan sangat care terhadap effisiensi. Semua itu membutuhkan kerja keras dan commitment yang sungguh-sungguh dari semua element di perusahaan. Jika belum, mungkin ingin mencoba menerapkan standard cost?

Pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai: Harga Pokok Penjualan (COGS) dan Harga Pokok Produksi, mulai dari definisi, struktur, siklus dan penghitungan, keterkaitan diantara keduanya, hingga pada kajian perpajakannya. Seperti biasa, akan saya lengkapi dengan study kasus, pola perhitungan, mekanisme penjurnalan, hingga menciptakan laporannya. Artikel ini saya angkat demi menjawab masih begitu banyaknya rekan-rekan yang belum memahami apa itu harga pokok penjualan dan harga pokok produksi, bahkan cenderung tercampur-aduk hingga tidak memperoleh essensi-nya.

Sebelum menulis artikel ini tentu saja saya melaksanakan re-search kecil-kecilan mulai dari forum-forum, situs, hingga online digital library uni-ni populer (Royal Melbourne, Exford, Queensland University, NUS, Petra, ITB, UI, UKI, dan lain-lain). Sayang sekali sungguh sedikit data dan isu yang ter-kompliasi dengan utuh. Entah sebab keterbatasan space, atau alasan lain. Kompilasi yang lengkap hanya dapat diperoleh dengan menghubungi pihak library.

Terdorong harapan untuk dapat membuatkan pengetahuan dengan rekan-rekan secara murah, gampang dan efektif, maka saya menulis artikel ini. Tentu saja dengan segala keterbatasan yang ada. Saya berharap ini akan menjadi salah satu tanggapan bagi problem yang mungkin anda hadapi dalam pekerjaan.

Struktur, alur, perhitungan maupun pelaporan Harga Pokok Penjualan variatif antara satu jenis perjuangan dengan jenis perjuangan yang lain, untuk memperoleh citra yang lebih lengkap dan utuh, artikel ini akan saya bahas menjadi beberapa tahap, mudah-mudahan dapat menjadi tiga session saja:


Part-1: Harga Pokok Penjualan (COGS) – The Basic
[-]. Difinisi Dasar
[-]. Struktur Dasar
[-]. Siklus Dasar
[-]. Perhitungan Dasar
[-]. Pelaporan

Part-2: Harga Pokok Penjualan Pada Perusahaan Dagang
[-]. Struktur-nya (The Structure)
[-]. Alur & Siklus-nya (The allure & Cycle)
[-]. Mengukur Nilai Persediaan (Inventory Valuation)
[-]. Perhitungan-nya (The Calculation)
[-]. Study Kasus (Case Study)
[-]. Kajian Perpajakannya

Part-3: Harga Pokok Penjualan Pada Perusahaan Manufaktur
[-]. Harga Pokok Produksi (Production Cost)
[-]. Struktur-nya (Structure)
[-]. Alur & Siklus-nya (Allure & Cycle)
[-]. Perhitungan-nya (The Calculation)
[-]. Study Kasus (Case Study)
[-]. Kajian Perpajakannya

Sebagai pembukaan kita eksklusif masuk ke Harga Pokok Penjualan (COGS) - basic....... silahkan ikuti....


Hak – Hak Dasar Pemegang Saham

Pemegang saham mempunyai hak-hak tertentu  yang  harus  dilindungi  oleh      hukum dan perusahaan. Hak-hak dasar pemegang saham meliputi hak untuk memperoleh pertolongan kepemilikan sahamnya secara aman, mentransfer sahamnya, memperoleh isu perusahaan secara terpola dan sempurna waktu, berpartisipasi  dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), dan dapat memilih direksi dan komisaris, serta berhak atas keuntungan perusahaan sesuai dengan porsi kepemilikannya.

Klasifikasi hak pemegang saham biasa secara umum terbagi atas tiga, yaitu :
a.              Hak Preemptive
Hak Preemptive merupakan hak untuk menerima persentase kepemilikan yang sama jikalau perusahaan mengeluarkan komplemen lembar saham. Hak ini memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga persentase kepemilikannya tidak berubah (Hartono, 2009).

b.             Hak Kontrol
Hak kontrol ialah hak bunyi untuk ikut serta dalam menentukan kebijakan perusahaan (La Porta et al., 1999). Hak kontrol terdiri atas dua yaitu :
§    Hak Kontrol Langsung
Hak kontrol pribadi ialah persentase saham yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali atas nama dirinya pada sebuah perusahaan.
§   Hak Kontrol Tidak Langsung
Hak kontrol tidak pribadi ialah penjumlahan atas hasil control minimum dalam setiap rantai kepemilikan. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang memimpin perusahaannya. Pemegang saham melaksanakan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan dewan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham (Hartono, 2009).

c.              Hak Menerima Pembagian Keuntungan (Hak Aliran Kas)
Hak fatwa kas ialah klaim keuangan pemegang saham terhadap perusahaan (La Porta et al., 1999). Hak fatwa kas terdiri atas dua yaitu :
§    Hak Aliran Kas Langsung
Hak fatwa kas pribadi ialah persentase saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali pada perusahaan publik atas nama dirinya sendiri.
§    Hak Aliran Kas Tidak Langsung
Hak fatwa kas tidak pribadi ialah penjumlahan atas hasil perkalian persentase saham dalam setiap rantai kepemilikan. Hak fatwa kas tidak pribadi menyampaikan klaim pemegang saham pengendali terhadap dividen secara tidak pribadi melalui mekanisme kontrol terhadap perusahaan.

Calculator (penghitung) Bea Masuk, PPN dan PPh Import ini berfungsi untuk membantu melaksanakan estimasi (perkiraan) yang mendekati akurat mengenai perhitungan: Bea Masuk, PPN dan PPh Import atas sebuah rencana import. Saya buat untuk membantu rekan-rekan yang bergelut dengan aktifitas export – import.

Kali ini, giliran rekan-rekan yang bergerak di export-import yang berkesempatan memperoleh tools gratis, biar adil :-).


Model spreadsheet-nya

Seperti screenshot dibawah ini:

 PPN dan PPh Import ini berfungsi untuk membantu melaksanakan estimasi  Bea Masuk, PPN & PPh Import - Calculator
Data yang diperlukan

Adapun data yang perlu di-input:

[-]. Freight Cost (sesuai standard IATA)
[-]. Insurance (jika ada)
[-]. Tariff Bea Masuk (sesuai HS Code Nomenclatur)
[-]. Rate PPN Import (sesuai HS Code Nomenclature)
[-]. Rate PPh Import (sesuai HS Code Nomenclature)


Catatan: HS Code Nomenclature terbaru (2007)

Jika ada diantara rekan-rekan belum memiliki Nomenclature HS Code terbaru (2007) dan bermaksud memilikinya, boleh menghubungi saya di : lie.dharma.putra[at]gmail.com. Detail Buku:

Isi buku: Daftar komoditi import, beserta tarif-tarif nya (tarif bea masuk dan PPn Import-nya), dikelompokkan sesuai jenis dan materi baku komoditi-nya.

Jumlah Halaman: 1093 halaman.

Jenis file: PDF file, bila butuh hard copy juga mampu saya bantu.


Cara kerjanya

Sangat sederhana. Begitu data di atas di input, maka anda akan eksklusif memperoleh estimasi atas:

[-]. Bea Masuk
[-]. PPN Import
[-]. PPh Pasal 22 Import

Di ujung spreadsheet anda akan memperoleh total Import Duty & Tax. Begitu cepat dan mudah.


Tingkat accuracy

Menganut system “Garbage in – Garbage Out”, artinya hasil estimasi yang dihasilkan tergantung seberapa valid angka yang akan dimasukkan. Jika 100% valid maka out-put-nya akan 100% valid juga.


Yang perlu dicatat

Layaknya mesin penghitung, beliau pin-pin-bo :-P alias pintar-pintar-bodoh. Dia tidak mampu mengubah perintah anda yang salah menjadi benar, melainkan hanya mengerjakan apa yang anda perintahkan.


Cara mendapatkan

Bagi yang ingin mendapatkannya, silahkan subscribe dib log ini dan…kirimkan komentar, dengan meng-copy + paste goresan pena dibawah ini dan melengkapi-nya dengan mengisi titi-titik yang ada.

---------------------------------------------------------------------------------------------------
PENDAPAT SAYA MENGENAI BLOG INI ADALAH:

Kekurangan blog ini, yaitu:……………….. (isi pendapat anda, min. 20 kata)

Kelebihan Blog ini, yaitu:…………………… (isi pendapat ini, min. 20 kata)

Ke depan, saya ingin blog ini:…………………(isi cita-cita anda, min 20 kata)

Nama:……………….
E-mail Address:………………
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Jangan segan-segan mengungkapkan kekurangan blog ini, dan memberikan cita-cita anda mengenai blog ini di masa yang akan datang. Semakin banyak jumlah kata yang anda sampaikan semakin bagus.

Jangan khawatir tidak memperoleh Calculator (penghitung) Bea Masuk, PPN dan PPh Import ini hanya alasannya ialah menulis kritik yang pedas, feel free and enjoy!

Sebagai pengantar pembahasan Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold) kita akan mulai dasar-dasarnya terlebih dahulu, citra umum mengenai Harga Pokok Penjualan. Dengan pengetahuan dasar ini, saya berharap anda sanggup memperoleh fundament yang cukup untuk melangkah ke pembahasan dan masalah yang lebih berkembang. Sehingga di final serie nanti anda sanggup mendapat citra yang utuh dan penuh mengenai Harga Pokok Penjualan dan Harga Pokok Produksi. Sehingga tidak akan pernah resah lagi walau dibolak balik bagaimanapun juga kasus-nya, berhadapan dengan jenis perjuangan apapun, dengan elemen cost yang bermacam-macam, anda akan tetap sanggup memperlakukannya dengan benar dan akurat.


Difinisi Dasar Harga Pokok Penjualan

Pada dasarnya Harga Pokok Penjualan (istilah yang digunakan IAI) yaitu segala cost yang timbul dalam rangka menciptakan suatu produk menjadi siap untuk dijual. Atau dengan kalimat lain, Harga Pokok penjualan yaitu cost yang terlibat dalam proses pembuatan barang atau yang sanggup dihubungkan pribadi dengan proses yang membawa barang dagangan siap untuk dijual.


Struktur Harga Pokok Penjualan

Dengan difinisi di atas, sanggup kita peroleh struktur dasar harga pokok penjualan. Harga pokok Penjualan intinya terdiri dari dari 3 (tiga) element besar saja:

[-]. Persediaan (Inventory)
[-]. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
[-]. Overhead Cost


Persediaan

Untuk peruhaan dagang, elemen persediaan hanya terdiri dari “Persediaan Barang Jadi” saja, atau yang dikenal dengan “Inventory”.

Sedangkan perusahaan manufaktur persediaannya terdiri dari:

[-]. Persediaan Bahan Baku (Raw Materials)
[-]. Persediaan Barang Dalam Proses (WIP = Work In Pocess)
[-]. Persediaan Barang Kaprikornus (Inventory)

Elemen “Persediaan” yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu besarnya “Persediaan Terjual”. Dan untuk mengetahui nilai persediaan yang terjual maka perlu mengetahui unsur-unsur dibawah ini terlebih dahulu :

[-]. Persediaan Awal
[-]. Pembelian (Untuk perusahaan dagang)
[-]. Harga Pokok Produksi (Untuk perusahaan manufaktur)
[-]. Persediaan Akhir
[-]. Persediaan digunakan (IAI menyebutnya “Barang Tersedia Untuk Dijual”)

Persediaan Awal:
Adalah besarnya (nilai) persediaan yang sudah kita miliki sebelum proses di periode ini dimulai. Artinya, persediaan tersebut telah ada sebelum acara periode ini dimulai.

Pembeliaan:
Jangan lupa yang kita akui yaitu “cost yang terjadi”, sehingga besarnya nilai pembelian yang kita akui hanya sebesar cost yang timbul saja, yang diwujudkan dengan “Pengeluaran Kas (cash disbursement)” atau ratifikasi “Utang Dagang”. Sehingga nilai pembelian yang kita akui yaitu sebesar nilai bersihnya (net purchase) saja. Hal ini perlu ditegaskan alasannya dalam praktek bisnis, seringkali sebagai perusahaan sebagai pembeli, baik itu pembelian barang jadi (untuk perusahaan dagang) maupun pembelian materi baku (perusahaan manufaktur) memperoleh potongan harga (discount), sanggup juga terjadi pengembalian barang kepada pihak penjual (Return). Untuk memperoleh nilai net purchase, maka kita perlu struktur menjadi:
[-]. Gross Purchase (biasa ditulis “Purchase” saja)
[-]. Discount
[-]. Return
[-]. Net Purchase


Persediaan Akhir:
Adalah besarnya persediaan yang kita bukukan sebagai “persediaan” diakhir periode.

Persediaan Digunakan/Terjual (Persediaaan Tersedia Untuk Dijual):
Adalah besarnya persediaan:
[-]. Barang dagangan yang terjual (untuk perusahaan dagang)
[-]. Besarnya Bahan Baku yang digunakan & barang dagangan yang terjual (untuk
perusahaan manufaktur).


Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)

Direct Labor Cost yaitu upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang pribadi terlibat pada proses pengolahan barang dagangan. Dikatakan Direct Labor Cost hanya bila besarnya upah yang dibayarkan tergantung pada jumlah output product yang dihasilkan.

Yang termasuk ke dalam kelompok tenaga kerja pribadi yaitu tenaga kerja yang dibayar berdasarkan: “Upah Satuan” atau “Upah Harian/Jam”.

Dalam hal tenaga kerja dibayar dengan upah satuan, tentu dengan terang sanggup kita lihat bahwa upah tenaga kerja tersebut sanggup dibebankan pribadi pada product yang dihasilkan.

Jika upah yang dibayarkan menurut jumlah jam kerja, maka biasanya perusahaan telah memilih jumlah (satuan) yang harus dihasilkan untuk tengang waktu tertentu (per jam atau perhari). Sehingga pada final perhitungan, sanggup diketahui berapa direct labor cost yang akan di bebankan untuk 1 satu unit product, dan total direct labor cost untuk akumulasi product yang dihasilkan.

Pada perusahaan pedagang kecil (small wholesaler atau retailer), direct labor cost sulit untuk sanggup di alokasikan dengan semestinya. Sehingga Direct Labor Cost hanya sanggup kita temukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur atau pertambangan.


Overhead Cost

Adalah cost yang timbul selain dari ketiga kedua elemen tersebut diatas, yang biasanya disebut dengan indirect cost, jenisnya tentu saja bervariasi, tergantung jenis usaha, sekala perjuangan dan jenis sumberdaya yang digunakan oleh perusahaan. Yang jamak kita temui pada perjuangan manufaktur atau dagang yaitu :

[-]. Sewa (Rental Cost)
[-]. Penyusutan Mesin & Peralatan (Depreciation on Machineries & Equipment)
[-]. Penyusutan Bangunan Pabrik (Factory’s Building Depreciation)
[-]. Listrik, Air untuk pabrik (Factory’s Utilities)
[-]. Pemeliharaan Pabrik & mesin (Factory & Machineries Maintenance)
[-]. Pengemasan (Packaging/Bottling & labor cost-nya)
[-]. Gudang (Warehousing Cost)
[-]. Sample produksi (Pre-production sampling)
[-]. Ongkos kirim (Inbound & Outbound deliveries)
[-]. Container (Continer)


Siklus dan Alur Jurnal Harga Pokok Penjualan

Inventory

Inventory (yang tercantum di dalam neraca pada periode sebelumnya), akan menjadi persediaan awal pada periode kini (current period). Jika persediaan tersebut terjual pada periode ini, maka persediaan tersebut di biayakan (expensed) dan diakui sebagai Harga Pokok Penjualan.

Proses pembebanan inventory dilakukan pada ketika barang terjual (diserahkan) dengan jurnal:

[Debit]. Harga Pokok Penjualan (Inventory terjual)
[Credit]. Inventory

Catatan: untuk membebankan inventory terjual ke dalam harga pokok penjualan, jurnal di atas:
Sisi debit akan menambah harga pokok penjualan pada laporan keuntungan rugi
Sisi kredit akan mengurangi nilai inventory pada neraca di final periode nanti

Jurnal tersebut berpasangan dengan:

[Debit]. Kas (atau piutang)
[Credit]. Penjualan
Catatan: untuk mengakui penjualan dan piutang (penerimaan kas) di periode tersebut

Jika pada periode yang sama terjadi penambahan inventory akhir pembelian barang dagangan, maka pembelian tersebut akan menambah nilai persediaan barang dagangan (inventory), atas pembelian tersebut di jurnal dengan:

[Debit]. Inventory
[Credit]. Cash (atau Utang Dagang)

Catatan: Jurnal diatas:
Sisi debit akan menambah nilai inventory pada neraca
Sisi kredit akan mengurangi kas atau menambah utang dagang pada neraca

Selanjutnya bila sebagaian dari barang tersebut laris terjual maka bab yang laris terjual tersebut akan dibebankan ke dalam harga pokok penjualan menyerupai pada alur pertama tadi, dengan jurnal yang sama (tentu saja dengan nilai yang sesuai)


Work In Process & Raw Material

Untuk perusahaan manufaktur, disamping persediaan barang jadi, juga terdapat persediaan barang dalam proses (work in process) dan persediaan materi baku.

Persediaan barang dalam proses & materi baku pada neraca periode sebelumnya akan menjadi persediaan awal pada periode berjalan. Jika terpakai dalam proses produksi periode berjalan maka persediaan yang terpakai dibebankan ke dalam harga pokok penjualan dengan jurnal :

Untuk Bahan Baku:

[Debit]. Persediaan Barang Dalam Proses (WIP-Raw Material)
[Credit]. Persediaan Bahan Baku (Raw Material)

Untuk Barang dalam proses:

[Debit]. Inventory
[Credit]. Persediaan Barang Dalam Proses


Jika terjadi pembelian materi baku, maka nilai pembelian tersebut akan menambah persediaan materi baku pada neraca, atas pembelian materi baku tersebut di jurnal:

[Debit]. Bahan Baku (Raw Material)
[Credit]. Cash (Utang Dagang)

Selanjutnya bila sebagian dari materi baku yang dibeli tersebut dipakai, maka dilakukan penjurnalan menyerupai ketika pembebanan persediaan materi baku ke dalam Persediaan Work In Process di atas.


Direct Labor Cost & Over Head Cost

Direct Labor Cost aiakumulasikan dengan Raw Material Usage dan Work In Process Usage akan menghasilkan HARGA POKOK PRODUKSI, selanjutnya Harga Pokok Produksi dan Inventory akan membentuk Harga Pokok Penjualan.



Perhitungan Dasar Harga Pokok Penjualan

Jika kita buatkan formulasi dasar maka perhitungan Harga Pokok Penjualan sanggup dirumuskan dengan:

HPP = Inventory Usage + Direct Labour Cost + Overhead Cost


Inventory Usage sanggup kita turunkan menjadi :

Saldo Awal(+)Pembelian atau Penambahan(–)Saldo Akhir

Pembelian itu sendiri sanggup kita turunkan menjadi:

Purchase atau invoice (-) Discount (-) Return



Format Pelaporan Harga Pokok Penjualan

Dengan Struktur, Alur dan perhitungan Harga Pokok Penjualan menyerupai di atas, maka format laporan harga pokok penjualan sanggup kita construct. Hanya saja, referensi bentuk laporan akan saya berikan pada session berikutnya.

Lanjutkan! :

Harga Pokok Penjualan Untuk Perusahaan Dagang
Harga Pokok Penjualan Untuk Manufacturer
pada posting saya berikutnya.

Disana akan saya berikan klarifikasi struktur, alur jurnal dan perhitungan disertai dengan referensi kasusnya. Juga akan saya tampilkan referensi struktur laporannya yang comprehensive, tidak ketinggalan bahas kajian perpajakannya.

Sekarang kita memasuki Harga Pokok Penjulana (COGS) untuk Usaha Dagang (Trading). Di artikel ini akan dibahas mengenai alur, jurnal, perhitungan, dan pelaporan Harga Pokok Penjualan (COGS). Inventory Valuation akan menjadi salah satu topic penting. Kajian perpajakan terkait dengan COGS akan menjadi epilog artikel ini.


Seperti telah disebutkan pada artikel sebelumnya: Harga Pokok Penjualan (COGS) – Basic, bahwa untuk usah dagang (trading), entah itu wholesaler maupun retailer, perhitungan harga pokok penjualannya lebih sederhana dibandingkan dengan perjuangan manufaktur (Industry), namun demikian perjuangan dagang mempunyai characteristic yang khas, antara lain :

[-]. Tidak memakai mesin produksi, oleh karenanya tidak akan ada depreciation cost atas mesin. Mungkin ada depreciation cost atas peralatan. Misal : peralatan vacuum untuk packing.

[-]. Tidak ada Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost), jikapun ada tenaga kerja yang terlibat dalam membawa barang tersebut menjadi siap untuk dijual, cost-nya sulit untuk dialokasikan sebagai Upah Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost), oleh karenanya upah tenaga kerja ibarat ini biasanya dibebankan sebagai bab dari “Overhead Cost” i.e.: Ongkos packing.

[-]. Cost perusahaan dagang siklusnya lebih pendek.

[-]. Menjadi dilema tersendiri bagi perusahaan dagang yang menjual barang yang relative sama dalam jenis, ukuran dan kwalitas, oleh karenanya dibutuhkan penerapan methode tertentu untuk menilai barang persediaannya (Inventory Valuation) yang tentunya juga akan kuat pribadi terhadap pembebanan inventory cost-nya.


Struktur Harga Pokok Penjualan (COGS) Usaha Dagang

Harga Pokok Penjualan perjuangan dagang terdiri dari 2 kelompok besar yaitu: Persediaan Barang (Inventory ) dan Overhead saja.

A. Inventory :

Adalah persediaan barang dagangan yang diperoleh dari sisa persediaan periode sebelumnya yang dalam akuntansi kita sebut sebagai saldo awal persediaan (opening balance) ditambah dengan pembelian pada periode yang sama, dikurangi dengan sisa persediaan di selesai periode (Saldo Akhir = Closing Balance), itulah inventory Cost yang dibebankan sebagai Harga Pokok Penjualan.

Jika kita konstruksi,maka struktur lengkap inventory-nya akan ibarat dibawah ini:

A.1. Opening Balance

A.2. Purchase:
A.2.a. Purchase
A.2.b. Freight In
A.2.c. Discount
A.2.d. Return

A.3. Sales

A.4. Closing Balance


B. Overhead:

Elemen HPP (COGS) perjuangan dagang yang kedua ialah overhead, yaitu cost yang kuat secara tidak pribadi terhadap harga pokok penjualan, berikut ialah overhead cost yang biasa muncul pada perjuangan dagang:

B.1. Packing
B.2. Warehousing
B.3. Freight Out

Akumulasi semua element cost diatas itulah Total Harga Pokok Penjualan perjuangan dagang.

Detail dari masing-masing elemen di atas akan kita bahas pada sub-topic berikut ini.


Alur, Siklus Transaksi dan Jurnalnya

Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa elemen COGS perusahaan dagang terdiri dari kelompok besar yaitu: Inventory dan Overhead Cost.

Alur dan siklus Transaksi Inventory Cost:

Setiap proses akuntansi yang terkait dengan Neraca selalu berawal dari: Neraca berupa saldo awal (Opening Balance), dilanjutkan dengan Current Activities (Transaksi Debit [minus] Transaksi Credit), yang pada balasannya akan bermuara ke Neraca kembali berupa saldo selesai (Closing Balance).

Demikian halnya dengan Inventory, Inventory ialah bab dari Neraca. Maka alur inventory juga berawal dari saldo awal inventory, selanjutnya:

Jika terjadi pembelian barang dagangan, maka saldo inventory akan bertambah juga.

Jurnalnya:

[Debit]. Inventory à Menambah saldo inventory di Neraca
[Credit]. Cash / Utang à Mengurangi saldo Kas di Neraca

Dan kalau terjadi penjualan barang dagangan , maka saldo inventory akan berkurang. Pada dikala terjadi penjualan inilah Inventory Cost diakui:

Jurnalnya:

[Debit]. Cost of Goods Sold à Menambah Saldo COGS di Laba Rugi
[Credit]. Inventory à Mengurangi saldo Inventory di Neraca

Catatan: COGS ialah cost yang akan menjadi faktor pengurang Laba, ibarat kita ketahui Laba ialah element Neraca. Berkurangnya inventory pada aktiva di seimbangkan oleh berkurangnya keuntungan pada pasiva. Sehingga Neraca akan tetap dalam kondisi balance.

Karena ini transaksi penjualan, maka penjualan diakui di dikala yang sama

Jurnalnya:

[Debit]. Cash/Piutang à Menambah Saldo Cash atau Piutang di Neraca
[Credit]. Sales à Menambah saldo penjualan di Laba Rugi

Catatan: Sales ialah revenue yang akan menjadi faktor penambah Laba, Laba ialah element Neraca. Berkurangnya Cash/Piutang pada aktiva di seimbangkan oleh bertambahnya keuntungan pada pasiva.

Jika kita gambarkan dalam bentuk diagram, maka alur transaksi harga pokok penjualan akan menjadi ibarat dibawah ini:

 Di artikel ini akan dibahas mengenai alur HARGA POKOK PENJUALAN (COGS) – Usaha Dagang (Trading)Harga Pokok Produksi - COGS


Keputusan  Material  Yang Memerlukan Persetujuan RUPS

Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang. RUPS dan atau pemegang saham tidak dapat melaksanakan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, termasuk untuk melaksanakan penggantian atau pemberhentian  anggota Dewan Komisaris dan atau Direksi.

Apa itu Tarif Bea Masuk MFN (Most Favourable Nations), CEPT, EHP (Early Harvest Package), NT (Normal Track), ST (Sensitive Track)? Apa tujuannya, bagaimana implementasinya? Mungkin gosip ini memiliki kegunaan bagi rekan-rekan yang menggeluti aktifitas Export dan Import, apa pentingnya bagi dunia perpajakan dan accounting?

Mengikuti perkembangan (updated) hal-hal yang bekerjasama dengan aktifitas business kita ialah vital sifatnya, termasuk export – import. Tidak diragukan lagi, untuk Indonesia, hal-hal yang berbau export-import selalu menarik. Mengapa?

[-]. Export ialah andalan devisa Indonesia setelah Gas dan Minyak Bumi
[-]. Untuk supply banyak jenis kemoditi, Indonesia masih bergantung pada Import

Strategic value inilah yang hingga ketika ini masih digarap terus oleh pelaku bisnis di Indonesia, business export-import hingga tahun ini tetap bersinar, meskipun kita tidak menutup mata akan kompetisi yang semakin ketat dengan sesama negara ASEAN dan ASIA.


Hubungan-nya dengan accounting dan perpajakan?

Sangat erat. Bagi rekan-rekan di accounting dan perpajakan yang kebetulan sedang memagang perusahaan export-import, memahami tehnis penghitungan bea masuk, ppn import dan pph pasal 22 import termasuk wajib. Tidak boleh tidak tahu. Dan kehadiran anda diperusahaan akan menjadi lebih berarti jikalau anda memahami tata cara dan prosedur export-import, mengapa?

Terutama bagi perusahaan yang banyak melaksanakan import, structure cost sangat didominasi oleh aktifitas import. Mulai dari inventory, freight cost, bea masuk, insurance, dll.

Kita eksklusif ke topic…….


Tarif Bea Masuk MFN

Apa itu “Tarif Bea Masuk MFN”?
Tarif Bea Masuk MFN (Most Favourable Nations) ialah tarif bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari negara lain, kecuali negara yang memiliki perjanjian khusus mengenai tarif bea masuk dengan Indonesia.

Apa tujuan “Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk MFN”?
Untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri, menunjukkan kepastian hukum bagi investor, menunjukkan pertolongan bagi konsumen, dan meningkatkan efisiensi manajemen kepabeanan, maka tarif bea masuk MFN akan diubahsuaikan secara bertahap sehingga secara relatif menjadi harmonis, rendah dan uniform pada tahun 2010. Pola pembiasaan tarif bea masuk ini disebut Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk, 2005-2010.


Implementasi Harmonisasi Tarif

Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk Tahap I telah tamat dirumuskan dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 591/PMK.010/2004 tanggal 21 Desember 2004. Keputusan ini berisi program/jadwal pembiasaan tarif bea masuk produk-produk pertanian, perikanan, pertambangan, farmasi, keramik dan besi baja untuk kurun waktu 2005-2010. Dengan implementasi kegiatan tersebut, maka tarif bea masuk Indonesia pada tahun 2010 akan relatif harmonis, rendah dan uniform.

Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 591/PMK.010/2004 tersebut, Menteri Keuangan menetapkan kembali tarif bea masuk keseluruhan produk pertanian, perikanan, pertambangan, farmasi, keramik dan besi-baja dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 600/PMK.010/2004 tanggal 23 Desember 2004. Tarif bea masuk yang gres ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2005 dan meliputi 1.964 pos tarif. Dari jumlah ini, tarif bea masuk yang mengalami perubahan pada tahun 2005 ialah sebanyak 239 pos tarif (96 pos tarif mengalami kenaikan dan 143 pos tarif mengalami penurunan).


Tarif Bea Masuk CEPT for AFTA

Apa itu Tarif Bea Masuk CEPT for AFTA ?
Tarif Bea Masuk CEPT for AFTA ialah tarif bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari negara-negara anggota ASEAN yang dilengkapi dengan Formulir-D (Certificate of Origin). Secara umum, ketika ini tarif bea masuk CEPT for AFTA ialah 0-5%, kecuali produk-produk yang masuk Exclusion List. Berdasarkan kesepakatan antar negara ASEAN, 60% dari seluruh pos tarif (10 digit) harus memiliki tarif bea masuk 0% pada tahun 2005.

Implementasi Tarif Bea Masuk CEPT for AFTA ?
Untuk memenuhi kesepakatan tersebut, Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.010/2005 tanggal 18 Mei 2005. Dalam PMK tersebut tarif bea masuk 1.571 pos tarif diturunkan dari 5% menjadi 0%, sehingga secara keseluruhan ketika ini terdapat 60,5% dari seluruh pos tarif memiliki tarif CEPT 0%. Jumlah pos tarif dengan tarif CEPT 0% secara bertahap akan bertambah sehingga pada tahun 2010 perdagangan antar negara ASEAN tidak terdapat lagi hambatan tarif bea masuk.


Tarif Bea Masuk ASEAN-China FTA

Angin segar bagi rekan-rekan yang sering melaksanakan import dari china.

Apa itu Tarif Bea Masuk ASEAN-China FTA?
Adalah tarif bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari China dan/atau negara ASEAN lainnya yang dilengkapi dengan Formulir-E (Certificate of Origin). Dalam rangka kerjasama perdagangan ASEAN-China disepakati untuk menurunkan tarif bea masuk secara bertahap dalam tiga kategori, yaitu Early Harvest Package (EHP), Normal Track (NT) dan Sensitive Track (ST).

Dan ini detailnya:

EHP (Early Harvest Package):
Adalah kegiatan penurunan tarif bea masuk antara ASEAN dan China, yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2004 dan diturunkan secara bertahap sehingga menjadi 0% pada tahun 2006. Program ini telah diimplementasikan oleh Indonesia dengan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 355/KMK.01/2004 (EHP ASEAN-China, terdiri dari 527 pos tarif) dan 356/KMK.01/2004 (EHP Bilateral Indonesia-China, terdiri dari 46 pos tarif). Tarif bea masuk produk-produk ini menjadi 0% pada tahun 2006, baik di Indonesia maupun di China.

Normal Track (NT):
Adalah kegiatan penurunan tarif bea masuk antara ASEAN dan China, yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Juli 2005 dan diturunkan secara bertahap sehingga menjadi 0% pada tahun 2010 dengan pengecualian sejumlah pos tarif yang dapat diturunkan menjadi 0% pada tahun 2012. Tim Tarif ketika ini sedang merumuskan kegiatan normal track yang diperkirakan meliputi lebih dari 9.000 pos tarif.

Sensitive Track (Normal Sensitive dan Highly Sensitive):
Adalah kegiatan penurunan tarif bea masuk antara ASEAN dan China yang dilakukan lebih lambat dari normal track. Sesuai kesepakatan, produk yang masuk Sensitive track memiliki tarif maksimum 20% pada tahun 2012 dan diturunkan secara bertahap sehingga menjadi 5% pada tahun 2018. Sedangkan tarif bea masuk produk highly sensitive tidak boleh melebihi 50% pada tahun 2015. Program ini dirumuskan bantu-membantu dengan Normal Track dan akan ditetapkan dalam satu paket sebagai implementasi dari agreement on Trade in Goods ASEAN-China FTA yang ditandatangani pada bulan Nopember 2004 di Vientiane, Laos.

Bagi rekan-rekan yang sudah memiliki dan membaca buku HS Code Nomenclature, pasti menemukan multiple-coloumn, masing-masing: MFN, CEPT dan AC-FTA. Kolom ini akan terus bertambah apabila kesepakatan FTA antara ASEAN dengan mitra dialog lainnya (i.e.: Korea, Jepang, Australia/New Zealand).

Informasi tambahan:

[a]. HS Code Nomenclature terbaru (2007)

Jika ada diantara rekan-rekan belum memiliki Nomenclature HS Code terbaru (2007) dan bermaksud memilikinya, boleh menghubungi saya di : lie.dharma.putra[at]gmail.com.

Detail Buku:

Isi buku: Daftar komoditi import, beserta tarif-tarif nya (tarif bea masuk dan PPn Import-nya), dikelompokkan sesuai jenis dan materi baku komoditi-nya.

Jumlah Halaman: 1093 halaman.

Jenis file: PDF file, jikalau butuh hard copy juga mampu saya bantu.


[b]. Free Calculator Bea Masuk, PPN & PPh Pasal 22 Import

Sekarang anda mampu memperoleh calculator penghitung Bea Masuk, PPN & PPh Pasal 22 Import disini. Caranya mudah. Silahkan baca detailnya di : Calculator Bea Masuk, PPN & PPh Import.

Informasi lebih lengkap dan detail mengenai Tarif Bea Masuk MFN, CEFT, NT & ST, silahkan hubungi DJBC.

Kali ini, aku mau bagi-bagi: SPREADSHEET BANK RECON (REKONSILIASI BANK), NERACA (BALANCE SHEET) & LABA RUGI CUMA-CUMA (dengan nama rekening yang sudah lengkap, dan dilengkapi dengan formula, anda cukup memasukkan angkanya). Mungkin rekan-rekan yang di corporate atau Middle enterprise sudah tidak membutuhkannya lagi, alasannya yaitu sudah ada "Instant Accounting Software". tapi bagi rekan-rekan yang mengurus UKM (Small business), mungkin masih membutuhkannya.

Saya sendiri membagikannya bukan alasannya yaitu aku sudah tidak membutuhkannya lagi, bukan juga alasannya yaitu aku sudah menggunakan accounting software yang nan-canggih. Lebih alasannya yaitu ingin membuatkan saja. Toh ini sesuatu yang sanggup dicopy (tanpa membuatnya menjadi susut), so makin banyak yang sanggup memakai, aku pikir akan makin bagus.

Dikantor aku menggunakan Lean Accounting-nya SAGE (MAS200) yang sudah sangat terintegrasi, mulai dari book-keeping, Credit System, Inventory Management, Production Planning, Budgeting, Forecasting, dan lain-lain. Di notebook maupun desktop aku langsung dirumah ada setidaknya 5 accounting software (3 fully licenced & 2 atau lebih piraced), ada 3 software statistic. Wait.... jangan salah mengerti, aku tidak bermaksud bragging or sacking or else. Saya ingin mengatakan.....

"Somehow, aku masih banyak menggunakan spreadsheet untuk keperluan analysis. Data aku export dari system ke spreadsheet kemudian aku analyze... bahkan aku masih punya template dari lotus & symponi yang aku buat waktu masih jamannya sekolah. Mungkin rekan-rekan kini sebagian besar sudah sebagian besar tidak kenal lotus or symponi. Itu spreadsheet yang terkenal sebelum ada windows".

Ok, enaugh ngobrol dan curhatnya...

Next is Q&A's session, bukan Quality Assurance, tapi Questions and answers :P

[Q]. What is the price?
[A]. As the title its says, the price is as much as "not even single red dim", alias gratis.

[Q]. Why?
[A]. Come on, ini bahkan lebih gampang dibandingkan aku menciptakan posting laporan case study setiap hari disini untuk even anonymous. Lagian aku hanya ingin berbagi.

[Q]. Sampai kapan gratisnya?
[A]. Sampai anda mendelete-nya daro computer anda

[Q]. Is it a password protected spreadsheet?
[A]. No.

[Q]. Is there any debugging guidance?
[A]. Ini hanya "plain simple spreadsheet" no broken, no even macro's command, I believe it doesn't necessary.

[Q]. May I get 3 of them?
[A]. Don't be greedy, that is not good for your fat (kidding :p), sayang sekali anda harus menentukan salah satu.... either one please...

[Q]. How are you going to deliver the gift?
[A]. I am going to submit it to right in your inbox, I am not going to use feeder agent anylonger for such gift delivery, it was too much delay we did before.

[Q]. Final Q..... Bagaimana cara mendapatkannya?, ada hukum main?
[A]. Tentu saja... kita main gundu waktu kecil saja ada aturannya, masa ini tidak... "APA KATA DUNIA...!"... :-))

Okay... caranya mudah:

Tulis komentar di halaman posting ini (mohon tidak di shoutbox, shoutbox khusus aku pakai untuk tanya jawab singkat saja). Commentnya cukup katakan anda ingin minta "spreadsheet: REKONSILIASI BANK" atau "Spreadsheet: LAPORAN LABA RUGI" atau "Spreadsheet: NERACA", cantumkan e-mail address anda, dan.....


Dan jawab pertanyaan poolling aku dibawah ini:

Jika aku menciptakan software (piranti lunak) accounting/perpajakan/keuangan sederhana, piranti kerja apa yang paling anda butuhkan?

Jawab (boleh menjawab lebih dari 1, cukup sebutkan hurufnya saja):

[a]. System penggajian, mulai dari gajian menurut menit lamanya bekerja, dengan rate tertentu yang sanggup anda tentukan sendiri, hingga menghasilkan slip gaji, terintegrasi dengan perhitungan PPh Pasal 21, uang muka PPh 21, dan mengasilkan bukti potong PPh 21, SPT PPh 21 Masa dan Bukti Potongnya.

[b]. Penghitung Penyusutan dan amortisasi, dilengkapi dengan fitur kapitalisasi biaya perolehan dan maintenance, disediakan pilihan metode penyusutan, dihitung menurut tanggal perolehan (bukan bulan dan tahun saja), terintegrasi dengan blanko lampiran khusus A1 SPT PPh Badan (Pasal 29).

[c]. Penghitung persediaan, EOQ, Inventory cost, dilengkapi dengan multi unit conversion, matrix colour dan size.

Sekarang silahkan click link komentar dibawah, jawab pertanyaan aku di atas, sebutkan spreadsheet yang anda inginkan, jangan lupa tinggalkan e-mail address anda secara unique (i.e.: putra[at]yahoo.co.id, dan lain sebagainya).

Enjoy!

L.D.Putra

Update: 10-Apr-08

[1]. Spreadsheet akan di deliver ke inbox e-mail anda paling lambat 1 x 24 jam.

[2]. Yang belum pernah subscribe di sini, silahkan subscribe dahulu, caranya? lihat di ujung halaman ini.

[3]. Saya luruskan, anda perlu menyebutkan:

Spreadsheet yang anda minta sekarang (salah satu: Bank Rekonsiliasi/Neraca/Laba-Rugi)

Dan sebutkan software yang anda paling butuhkan untuk masa yang akan datang (sehingga aku sanggup perioritaskan develope yang mana dahulu.

[4]. Penting: jangan lupa sebutkan e-mail anda, kalau belum silahkan ulangi sebutkan.


Thanks,
Putra

Update: 12-April-2008

Just for your information........

Ternyata template "Bank Reconciliation" dalam file "Word Processor" di luar sana di jual seharga USD 10.00, wahhh... berapa ya kalo di Rupiahkan?, kira-kira jadi Rp 91,000,- dan masih dalam file "Ms Word".
rekan yang di corporate atau Middle enterprise sudah tidak membutuhkannya lagi SPREADSHEET BANK RECON, NERACA & LABA RUGI CUMA-CUMADisini aku tidak mengeluarkan template atau form dalam Ms Word file, itu hanya cocok untuk "Secretary" atau "Receptionist" or else. Untuk rekan-rekan di accounting pastinya harus dalam spreadsheet, sudah ada formulanya (dan FREE tentunya).... :-)
So Grab yours now, while they are FREE!

Enjoy!


 RUPS,  Penyelenggaran  RUPS yang  Transparan,  Wajar,  dan Akuntabel

RUPS prinsip dasarnya sebagai organ perusahaan yang merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan.

Pengambilan keputusan RUPS harus dilakukan secara wajar dan transparan dengan memperhatikan hal-hal yang diharapkan untuk menjaga kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang, termasuk tetapi tidak terbatas pada Anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang diangkat dalam RUPS harus terdiri dari orang-orang yang patut dan layak (fit and proper) bagi perusahaan.

RUPS harus diselenggarakan sesuai dengan kepentingan perusahaan dan dengan memperhatikan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, serta dengan persiapan yang memadai, sehingga dapat mengambil keputusan yang sah. Penyelenggaraan RUPS merupakan tanggungjawab Direksi. Penyelenggaraan RUPS yang transparan yakni adanya keterbukaan mengenai gosip perusahaan secara akurat dan sempurna waktu yang harus dilakukan dan mencakup informasi  mengenai kinerja keuangan perusahaan, transaksi benturan kepentingan, pengelolaan risiko, struktur pengelolaan dan kebijakan perusahaan. Laporan keuangan harus diaudit oleh auditor independent, kompeten dan memiliki kualitas yang tinggi.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.