Updated Determinasi Cost Vs Expense ialah klarifikasi lebih detail untuk “
Determinasi Cost & Expense – Terapan” yang memang saya buat belum detail, alasannya saya rancang untuk menjadi materi pertanyaan dalam
Accounting Contest-1. Sudah saya bayangkan bahwa kesimpulan pendek tersebut masih meninggalkan keraguan, bahkan mungkin kekeliruam persepi. Di posting ini saya akan jelaskan secara tuntas, sekalian membahas ihwal marketing expenditure issue yang ada di Accounting Contest-1, jangan dimasukkan ke dalam hati. That is funny side of a game :-) so, no hurt feeling. Okay?
Determinasi Cost dan siklusnyaSeperti telah saya sampaikan di
Determinasi Cost & Expense – Terapan, bahwa suatu expenditure (pengeluaran) disebut "Cost" apabila atas pengeluaran tersebut dimaksudkan untuk memperoleh sesuatu yang nantinya sanggup mendatangkan cash atau potensi cash kembali. Kembalinya cash sanggup dalam jangka pendek (misalnya: inventory, contoh: pembelian baut oleh toko bangunan atau pembelian polo shirt oleh anda), atau dalam jangka panjang (misalnya: aktiva tetap, contoh: pembelian piano).
Common issue yang menciptakan pemahan ihwal cost menjadi terpenggal (tidak utuh) ialah ”Siklus perubahan dari cash kembali ke cash”. Mohon dibaca baik-baik kalimat di bawah ini:
”..........
untuk memperoleh sesuatu yang nantinya sanggup mendatangkan cash atau potensi cash kembali”
Warning!: Ini bukan problem main kalimat atau kata-kata, most of us from ”Economic” bukan orang-orang linguistic yang jago dalam bermain kalimat (kata). Sengaja saya bahas kalimat ini, merely supaya jangan hingga menjadikan salah persepi dan membingungkan, semoga kita benar-benar memperoleh pemahaman yang terang dan mantap (neither ambigous nor bias).
[a]. Untuk memperoleh sesuatu yang nantinya mendatangkan cash.
Dari kalimat ini terang ada siklus dari cash hingga menjadi cash kembali. Siklus-nya menyerupai ini:
Tentu anda sudah tahu, asset itu sanggup bermacam-macam: sanggup piutang, persediaan, aktiva tetap atau aktiva laib-lain. So, perubahan dari asset untuk kembali lagi ke cash itu sanggup memakan waktu usang (karena melalui siklus yang panjang) atau sanggup jadi pendek.
Misalnya:
Anda mengeluarkan Cash (asset) Rp 100,000 untuk membeli materi baku (inventory=asset), dari materi baku dijadikan barang dalam proses (another asset), dari barang dalam proses kemudian dijadikan barang jadi (inventory=asset), dari barang jadi dijual ke customer menjadi piutang (another asset), dari piutang gres menjadi cash (asset). Maka pengeluaran untuk membeli materi baku tadi ialah Cost.
atau:
Anda membayar buruh, buruh menghasilkan barang setengah jadi (inventory=asset), dan seterusnya menyerupai yang di atas hingga menjadi cash.
Atau siklus pendek:
Anda membeli barang jadi (inventory), kemudian anda jual kembali dan menghasilkan cash (sales term: cash on delivery).
Selanjutnya, belahan kalimat yang kedua....................
[b].Untuk memperoleh sesuatu yang nantinya berpotensi mendatangkan cash.
Critical point (jangan hingga anda terkecoh):
Kalimat pada pint [b] di atas yang mengenadung kata “potensi” sangat terang (potensi=expected=diharapkan) terang mencerminakan bahwa “bisa jadi cost tidak menghasilkan cash kembali”. Pada dikala itulah terjadi “LOST” atau “KERUGIAN” (dan diakui sebagai lost/kerugian). It is a lost!
Misalnya:
Anda membeli raw material, ternyata raw materialnya terbakar atau hilang, atau sehabis diproses ternyata product yang dihasilkan gagal (rusak). It is another lost!
Atau:
Anda membeli barang jadi (inventory), kemudian anda jual, ternyata buyer (customer) tidak mau membayar (bad debt). It is lost as well!.
How about Expense?
Determinasi Expense dan Siklusnya.
Expense apabila atas pengeluaran tersebut dipergunakan untuk memperoleh sesuatu yang tidak menghasilkan atau berpotensi menghasilkan cash kembali.
Batasan ini tidak berarti bahwa atas expense yang terjadi tidak akan menghasilkan apa-apa. Tentu saja menghasilkan sesuatu. Hanya saja hasilnya bukan asset atau cash kembali, melainkan hanya support, yaitu manfaat yang sanggup memperlancar operasional perusahaan.
Critical point (don’t let this fool ya!):
Batasan inilah yang terkadang sanggup stretch (deutch:molor) hingga mengaburkan, bahkan sanggup menjadikan kebingungan. Pada dasarnya, tidak ada satu pun perusahaan yang mau melaksanakan pengeluaran (baik yang berupa cost maupun expense) untuk sesuatu yang sama sekali tidak bermanfaat (read:manfaat ekonomis).
Misalnya:
Perusahaan membeli kertas photocopy. Ini hádala expense. Apakah kertas ini tidak menawarkan manfaat?. Bukankah kertas ini nantinya akan menciptakan bab penagihan sanggup menciptakan debit note, dan dari debit note tersebut sanggup menghasilkan cash?.
atau:
Perusahaan membeli kerupuk untuk perlombaan makan kerupuk pada tanggal 17-August. Ini ialah expense. Apakah itu tidak bermanfaat? Bukankah dengan adanya perayaan 17-August sanggup menjadikan keakraban pegawai, sanggup memupuk kerjasama, membentuk a solid teamwork, dan karenanya sanggup meningkatkan produktifitas perusahaan, sehingga laba meningkat?
Jawabannya adalah ”Yes, they are all great support for the company!” but….
Artinya, semua itu memang memberi manfaat bagi kelancaran dan kelangsungan usaha, akan tetapi manfaat yang dihasilkan “TIDAK MEMPENGARUHI ATAU DIPENGARUHI OLEH OUTPUT PRODUCT/JASA PERUSAHAAN MAUPUN REVENUE PERUSAHAAN“. Itulah batasan manfaat atas suatu expense.
Seperti referensi di atas, pembelian kertas photo copy atau pembelian kerupuk untuk lomba 17-august, meskipun memberi manfaat akan tetapi samasekali tidak besar lengan berkuasa terhadap dan juga tidak mensugesti output product atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
So, how about the "young-professional marketer-lady"?
Jawaban Accounting Contest-1
Dari klarifikasi saya di atas, apakah anda masih memerlukan jawabannya?
Anyway, jawabannya:
Jika professional marketer dibayar menurut sasaran revenue atau sales (monthly/quarterly/annual revenue), maka pengeluaran untuk pembayaran kepadanya ialah "COST" otherwise it is "EXPENSE".
Mengapa?
Karena kalau besarnya pembayaran diukur berdasarkan TARGET REVENUE/SALES atau by COMISSION , maka expenditure tersebut akan dipengaruhi oleh total revenue (sales) yang dihasilkan. Dan atas pengeluara tersebut terang besar lengan berkuasa terhadap revenue (which could be account payable or cash) kembali yang akan diterima perusahaan.
Misalnya:
Professional Marketer akan dibayar Rp 1000,- kalau berhasil menghasilkan revenue Rp 1,000,000 s/d 5,000,000. akan dibayar Rp 2,000,000 kalau menghasilkan revenue di atas Rp 5,000,000.
atau:
Professional Marketer mendapatkan komisi 5% untuk setiap sales yang dihasilkan.
Bagimana kalau sebuah kombinasi?
Misalnya:
Diberikan Gaji Pokok Rp 500/bulan dan 5% comission per sales.
Maka yang Rp 500 ialah expense, sedangkan yang 5% x sales ialah "Cost of sales"
Mungkin anda ingin mengatakan: “Waktu saya kuliah dosen menyampaikan bahwa: Expense (biaya operasional) ialah pengeluaran yang mau tidak mau harus dikeluarkan oleh perusahaan guna menjaga kelangsungan hidup perusahaan, apakah batasan itu boleh dipakai?"
Boleh juga, hanya saja masih ada kelemahannya.
Apakah pak putra sanggup menyebutkan kelemahan batasan itu?
Okay, saya beri satu contoh:
Biaya kertas, bukankah itu expense?, bagaimana kalau mulai hari ini saya tidak mengijinkan anda menggunakan kertas lagi?, sebagai gantinya, semua document harus di simpan dalam softcopy (digital), discan, dan lain-lain. So, mulai hari ini tidak ada kertas di kantor. Dan asumsi biaya kertas saya hapus! Apakah operasional perusahaan menjadi tidak lancar? (Atau malah lebih lancar dan lebih effisien? :-P)
Mau referensi lain lagi?
Biaya listrik, bukankah itu expense?, bagaimana kalau mulai hari ini kita pakai genset, tidak pakai listrik lagi. Apakah tanpa biaya listrik perusahaan akan berhenti beroperasi?.
Jika balasan anda semuanya: ”tidak”, maka saya mau bertanya, apakah ”pengeluaran wajib/tidak wajib” masih relevan untuk dijadikan batasan untuk mendeterminasi cost dan expense?