Search Result For "laporan-keuangan-konsolidasi"

Account Assistant Account Officer Account Payable Account Receivable Accounting Accounting Case Study Accounting Certification Accounting Contest Accounting For Manager Accounting Manager Accounting Software Acquisition Admin Administrasi administrative assistant Administrator Advance accounting Aktiva Tetap Akuisisi Akun Akuntan Privat Akuntan Publik AKUNTAN. Akuntansi Akuntansi Biaya Akuntansi Dasar Akuntansi Management Akuntansi Manajemen Dan Biaya Akuntansi Pajak Akuntansi Perusahaan Dagang Akuntansi Perusahaan Jasa Akuntansi Syariah Akuntansi Translasi Akunting Analisis Transaksi Announcement Aplikasi Akuntansi archiving ARTICLES ARTIKEL Asumsi dasar Akuntansi Asuransi Aturan Pencatatan Akuntansi Audit Audit Kinerja Auditing Balance sheet Bank Basic Accounting Bea Cukai Bea Masuk Bidang Akuntansi Bukti Transaksi Buku Besar Calculator Capital Cara Pencatatan Akuntansi Career Cash Cash Flow Cat Certification Checker Checker Gudang COGS Collection Contest Corporate Social Responsibility (CSR) Cost Cost Analysis CPA CPA EXAM Credit Credit Policy Current Asset Custom Custom Clearence Dasar Akuntansi Data Debit Kredit Discount Diskon Distributor Dyeing Ekspor Engineering Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Example Expense Export - Import FASB Finance FINANCIAL Financial Advisor Financial Control Finansial Foreign Exchange Rate Form FRAUD Free Download Freebies Fungsi Akuntansi GAAP GAJI Garansi Gift Goodwill Gudang Harga Pokok Penjualan Hotel HPP HRD IFRS Impor Import Import Duty Informasi Akuntansi International Accounting Investasi IT Jasa Jasa Konstruksi Job Vacant JUDUL SKRIPSI AKUNTANSI TERBARU Jurnal Khusus Jurnal Pembalik Jurnal Pembalik Dagang Jurnal Penutup Jurnal Penutup Dagang Jurnal Penyesuaian Jurnal Umum Kas Kas Bank Kas Kecil Kasus Akuntansi Kasus Legal Kasus Pajak Kepala Rekrutment Kertas Kerja Keuangan Knitting Komentar Komputer Konsolidasi Konstruksi Konsultan Laba-Rugi Laboratorium Lain-lain lainnya LANDING COST Laporan akuntansi Laporan Arus Kas Laporan Keuangan Laporan Keuangan Dagang Laporan Keuangan Jasa Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Modal laporan Rugi Laba Layanan Konsumen Lean Accounting Lean Concept Lean Manufacturing Legal Logistik Lowongan Kerja Accounting MA Accounting Macam Transaksi Dagang Management Management Accounting Manager Manajemen Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan Manajemen Stratejik Manajer Manajer Administrasi Manfaat Akuntansi Manufaktur Marketing Matching Color Mekanisme Debit Mekanisme Kredit Mencatat Transaksi Merger metode fifo dan lifo Mid Level Miscellaneous Modal Neraca Neraca Lajur Neraca Saldo Neraca Saldo Setelah Penutupan Nerasa Saldo Office Operator Operator Produksi Paint PAJAK pajak pusat.pajak daerah(provinsi dan kabupaten) payroll Pelaporan Korporate Pemasaran Pembelian Pemberitahuan Pemindahbukuan Jurnal Pencatatan Perusahaan Dagang Pendapatan Pengakuan Pendapatan Pengarsipan Pengendalian Pengendalian Keuangan Pengertian Akuntansi PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN pengertian pajak PENGERTIAN PSAK PENGGELAPAN Pengguna Akuntansi Pengkodean Akun Penjualan Perbankan Perlakuan akuntansi Perpajakan Persamaan Dasar Akun Petty Cash Piutang Posting Buku Besar PPH PASAL 21 PPh Pasal 22 PPh Pasal 26 PPn PPn Import Prefesi Akuntansi Prinsip Akuntansi PRINSIP DASAR AKUNTANSI Produksi Profesi Akuntansi Professi Akuntan Profit-Lost Proses Akuntansi Proyek PSAK PSAK TERBARU PURCHASE Purchasing QA QC Quality Assurance Quality Control Quiz Rabat Rajut rangkuman Rebate Recruitment Recruitment Head Rekrutment Retail Retur Return Revenue Review Saldo Normal Sales Sales Representative Sejarah Akuntansi SERIE ARTIKEL Sertifikasi Shareholder Shipping Agent Shipping Charge siklus akuntansi Silus Akuntansi Dagang Sistem sistem akuntansi Sistem Informasi Sistem Informasi & Pengendalian Internal Soal dan Jawaban CPA SPI Spreadsheet Accounting Spreadsheet Gratis Staff Struktur Dasar Akuntansi Supervisor system pengendalian system pengendalian gaji Tax Taxation Teknik Tekstil Template Teori-teori Akuntansi Tinta Tip n Tricks TIPS AND TRICKS Tools Top Level Transaksi Keuangan Tutup Buku Ujian CPA UPAH update situs USAP Utilities Video Tutor Warehouse Warna warranty What Is New
Showing posts sorted by relevance for query laporan-keuangan-konsolidasi. Sort by date Show all posts

Setelah Merger & Acquisition Accounting - Part 1 dan Merger & Acquisition Accounting - Part 2, kini masuk ke TEORI LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Penting bagi mereka yang menangani perusahaan yang mempunyai subsidiary (anak perusahaan) dan ingin memahami laporan keuangan konsolidasi from the scratch.

Untuk memperoleh pemahaman dan manfaat yang maksimal, saya akan coba untuk men-seimbangkan antara kajian theories dan technical aspects-nya. Adalah tidak mungkin sanggup mengaplikasikan sesuatu tanpa mengetahui kajian theory -nya (khusunya bagi mereka yang samasekali belum pernah mengetahui sebelumnya). Dan akan menjadi useless juga bila mengetahui theory tanpa tahu “how to –nya.

Sudah pernah kita bahas di posting sebelumnya (Merger & Acquisition Accounting) penggabungan perjuangan ada banyak sekali kemungkinan scheme yang di lakukan sesuai dengan maksud dan tujuan penggabungan. Salah satu maksud penggabungan perjuangan yakni untuk memperoleh kendali atas perusahaan lain, yang dilakukan dengan cara membeli lebih banyak didominasi saham investee (perusahaan yang diakuisisi) tanpa membubarkannya (tanpa likuidasi).

Laporan keuangan konsolidasi harus disusun bila salah satu perusahaan yang bergabung mempunyai control (kendali) terhadap perusahaan lain. Dalam hal ini tentunya perusahaan investor (acquirer). Pengendalian (control) diasumsikan diperoleh apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh lebih dari 50% hak bunyi pada perusahaan lain, kecuali apabila sanggup dibuktikan sebaliknya bahwa tidak terdapat pengendalian walaupun pemilikan lebih dari 50% (IAI 1994). Laporan tersebut dihentikan menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas kejadian ekonomi.

Jika seluruh saham (100%) dibeli, tentu laporan konsolidasi sangat gampang untuk dibuat. Tinggal menggabungkan kedua (ketiga, keempat atau lebih) hasil operasi perusahaan, untuk menghasilkan satu laporan keungan saja (schema perusahaan induk-cabang). Tetapi, masalah akan timbul ketika acquirer (investor) membeli perusahaan investee (terakuisisi) kurang dari 100%, yang artinya masih menyisakan hak bagi perusahaan investee walaupun mungkin sangat kecil (minor).

Persoalan-persoalan itulah yang menjadikan banyak sekali theory dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Sejauh ini sudah ada 3 (tiga) theories, yaitu:

[1]. Proprietary Theory (teori perusahaan induk).

Theory ini yakni yang paling pertama digunakan dalam sejarah teori penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Theory ini didasari oleh satu asumsi, bahwa: Laporan keuangan Konsolidasi yakni ekspansi dari laporan keuangan perusahaan induk, oleh karenanya harus dibentuk dari sudut pandang pemegang saham perusahaan induk. Artinya: laporan keuangan konsolidasi dibentuk semata-mata hanya untuk kepentingan stockholder perusahaan induk, dan keuntungan higienis pada laporan keuangan konsolidasi merupakan ukuran keuntungan bagi perusahaan induk saja.

Theory ini menjadi tidak applicable ketika kepemilikan perusahaan induk pada perusahaan investee tidak mencapai 100%. Timbul ketidak-konsisten-an atas perlakuan akuntansinya.

Misalnya:

[-]. Kepemilikan minoritas merupakan kewajiban dari sudut pandang stockholder perusahaan induk (kemepilikan minoritas dimasukkan ke dalam kelompok kewajiban), kenyataannya kewajiban yang dimaksudkan disini bukan kewajiban yang menurut pada konsep kewajiban yang common (=lazim?).

[-]. Laba kepemilikan minoritas dianggap sebagai beban dari sudut pandang stockholder perusahaan induk, beban yang dimaksudkan tidak memenuhi criteria beban yang common.


[2]. Entity Theory (Teori Entitas)

Theory ini mencoba menjawab (memberikan solusi) atas persoalan-persoalan yang timbul pada proprietary theory:

[-]. Entity theory merefleksikan sudut pandang keseluruhan entitas usaha.

[-]. Laba kepemilikan minoritas merupakan distribusi total keuntungan konsilidasi.

[-]. Kepemilikan minoritas merupakan cuilan dari equitas pemegang saham konsolidasi.

[-]. Laba dan ekuitas subsididiary (perusahaan anak) ditentukan terhadap seluruh pemegang saham, sehingga total keuntungan sanggup di-distribusi-kan secara consisten kepada both stockholder lebih banyak didominasi dan minoritas.

[-]. Seluruh aktiva higienis preusan anak dikonsolidasikan pada nilai wajarnya, menurut harga yang dibayarkan oleh preusan induk untuk kepemilikannya. Hal ini untuk menjamin konsistensi evaluasi atas aktiva higienis kepemilikan both lebih banyak didominasi dan minoritas.

Bisa dilihat bahwa theory entitas menyerupai memaksakan seolah olah kepemilikan minoritas (minority owner) berkepntingan atas laporan konsolidasi, padahal kenyataannya tidak. Laba higienis dianggap kompenen dari ekuitas neraca konsolidasi. It sounds irrelevant obviously.

Okay, let’s see the next theory, what they offers about.


[3]. Contemporary Theory (teori kontemporer)

Contemporary berada diantara kedua tehory yang sudah ada sebelumnya (entity & proprietary), hal itu tercermin dari approach yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi:

[-]. Basically bagi theory ini, laporan keuangan konsolidasi menyajikan posisi keuangan sebagai hasil operasi perjuangan perusahaan tunggal, tetapi dibentuk terutama untuk kepentingan stockholder dan creditor perusahaan induk.

[-]. Laba higienis konsolidasi yakni keuntungan higienis untuk pemegang saham perusahaan induk.

[-]. Laba kepemilikan minoritas yakni pengurang dalam memilih keuntungan higienis konsolidasi (tetapi bukan beban menyerupai pada proprietary theory). Ini dianggap sebagai alokasi atas realisasi keuntungan entitas keseluruhan kepada both lebih banyak didominasi dan minoritas.

[-]. Ekuitas kepemilikan minoritas dianggap cuilan dari ekuitas konsolidasi, dilaporkan dalam jumlah tunggal (single amount) sebab kemepilikan minoritas tidak akan mengambil manfaat dari disclosure (pengungkapan/pelaporan) konsolidasi.

[-]. Aktiva higienis perusahaan anak dikonsolidasikan pada nilai buku ditambah kelebihan biaya investasi perusahaan induk atas nilai bukunya. Selisih tersebut diamortisasi selama 40 tahun.


Among the pro’s and con’s about the theories, FASB lebih cenderung berada ditengah-tengah, sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Standard No. 94, FASB memutuskan bahwa:

[-]. Kepemilikan minoritas harus dimasukkan sebagai komponen terpisah dari ekuitas neraca konsolidasi (proprietary theory), BUT then….

[-]. Laba dari kepemilikan minoritas bukan merupakan beban nor kerugian, melainkan sebagai pengurang dari keuntungan higienis konsolidasi dalam menghitung keuntungan kepemilikan lebih banyak didominasi (entity theory).

[-]. Laporan Keuangan Konsolidasi harus mengungkapkan keuntungan higienis kepemilikan lebih banyak didominasi dan minoritas.

Okay, saya rasa cukup untuk theories-nya. Coming Up; bagaimana menciptakan laporan keuangan konsolidasi?, disana akan saya berikan pola kasus, tentu saja termasuk kertas kerja, sampai menghasilkan laporan keuangan konsolidasi baik pada ketika terjadinya akuisisi maupun laporan keungan konsolidasi hasil operasi sehabis akuisisi. Itu akan kita bahas di posting saya selanjutnya, yaitu: Laporan Keuangan Konsolidasi – Part 1.

Setelah Merger & Acquisition Accounting - Part 1 dan Merger & Acquisition Accounting - Part 2, sekarang masuk ke TEORI LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Penting bagi mereka yang menangani perusahaan yang memiliki subsidiary (anak perusahaan) dan ingin memahami laporan keuangan konsolidasi from the scratch.

Untuk memperoleh pemahaman dan manfaat yang maksimal, saya akan coba untuk men-seimbangkan antara kajian theories dan technical aspects-nya. Adalah mustahil mampu mengaplikasikan sesuatu tanpa mengetahui kajian theory -nya (khusunya bagi mereka yang samasekali belum pernah mengetahui sebelumnya). Dan akan menjadi useless juga bila mengetahui theory tanpa tahu “how to –nya.

Sudah pernah kita bahas di posting sebelumnya (Merger & Acquisition Accounting) penggabungan usaha ada banyak sekali kemungkinan scheme yang di lakukan sesuai dengan maksud dan tujuan penggabungan. Salah satu maksud penggabungan usaha yakni untuk memperoleh kendali atas perusahaan lain, yang dilakukan dengan cara membeli secara umum dikuasai saham investee (perusahaan yang diakuisisi) tanpa membubarkannya (tanpa likuidasi).

Laporan keuangan konsolidasi harus disusun bila salah satu perusahaan yang bergabung memiliki control (kendali) terhadap perusahaan lain. Dalam hal ini tentunya perusahaan investor (acquirer). Pengendalian (control) diasumsikan diperoleh apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh lebih dari 50% hak bunyi pada perusahaan lain, kecuali apabila dapat dibuktikan sebaliknya bahwa tidak terdapat pengendalian walaupun pemilikan lebih dari 50% (IAI 1994). Laporan tersebut tidak boleh menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi.

Jika seluruh saham (100%) dibeli, tentu laporan konsolidasi sangat mudah untuk dibuat. Tinggal menggabungkan kedua (ketiga, keempat atau lebih) hasil operasi perusahaan, untuk menghasilkan satu laporan keungan saja (schema perusahaan induk-cabang). Tetapi, problem akan timbul ketika acquirer (investor) membeli perusahaan investee (terakuisisi) kurang dari 100%, yang artinya masih menyisakan hak bagi perusahaan investee walaupun mungkin sangat kecil (minor).

Persoalan-persoalan itulah yang mengakibatkan banyak sekali theory dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Sejauh ini sudah ada 3 (tiga) theories, yaitu:

[1]. Proprietary Theory (teori perusahaan induk).

Theory ini yakni yang paling pertama digunakan dalam sejarah teori penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Theory ini didasari oleh satu asumsi, bahwa: Laporan keuangan Konsolidasi yakni perluasan dari laporan keuangan perusahaan induk, oleh karenanya harus dibuat dari sudut pandang pemegang saham perusahaan induk. Artinya: laporan keuangan konsolidasi dibuat semata-mata hanya untuk kepentingan stockholder perusahaan induk, dan laba bersih pada laporan keuangan konsolidasi merupakan ukuran laba bagi perusahaan induk saja.

Theory ini menjadi tidak applicable ketika kepemilikan perusahaan induk pada perusahaan investee tidak mencapai 100%. Timbul ketidak-konsisten-an atas perlakuan akuntansinya.

Misalnya:

[-]. Kepemilikan minoritas merupakan kewajiban dari sudut pandang stockholder perusahaan induk (kemepilikan minoritas dimasukkan ke dalam kelompok kewajiban), kenyataannya kewajiban yang dimaksudkan disini bukan kewajiban yang berdasarkan pada konsep kewajiban yang common (=lazim?).

[-]. Laba kepemilikan minoritas dianggap sebagai beban dari sudut pandang stockholder perusahaan induk, beban yang dimaksudkan tidak memenuhi criteria beban yang common.


[2]. Entity Theory (Teori Entitas)

Theory ini mencoba menjawab (memberikan solusi) atas persoalan-persoalan yang timbul pada proprietary theory:

[-]. Entity theory merefleksikan sudut pandang keseluruhan entitas usaha.

[-]. Laba kepemilikan minoritas merupakan distribusi total laba konsilidasi.

[-]. Kepemilikan minoritas merupakan bab dari equitas pemegang saham konsolidasi.

[-]. Laba dan ekuitas subsididiary (perusahaan anak) ditentukan terhadap seluruh pemegang saham, sehingga total laba dapat di-distribusi-kan secara consisten kepada both stockholder secara umum dikuasai dan minoritas.

[-]. Seluruh aktiva bersih preusan anak dikonsolidasikan pada nilai wajarnya, berdasarkan harga yang dibayarkan oleh preusan induk untuk kepemilikannya. Hal ini untuk menjamin konsistensi penilaian atas aktiva bersih kepemilikan both secara umum dikuasai dan minoritas.

Bisa dilihat bahwa theory entitas ibarat memaksakan seolah olah kepemilikan minoritas (minority owner) berkepntingan atas laporan konsolidasi, padahal kenyataannya tidak. Laba bersih dianggap kompenen dari ekuitas neraca konsolidasi. It sounds irrelevant obviously.

Okay, let’s see the next theory, what they offers about.


[3]. Contemporary Theory (teori kontemporer)

Contemporary berada diantara kedua tehory yang sudah ada sebelumnya (entity & proprietary), hal itu tercermin dari approach yang dipakai dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi:

[-]. Basically bagi theory ini, laporan keuangan konsolidasi menyajikan posisi keuangan sebagai hasil operasi usaha perusahaan tunggal, tetapi dibuat terutama untuk kepentingan stockholder dan creditor perusahaan induk.

[-]. Laba bersih konsolidasi yakni laba bersih untuk pemegang saham perusahaan induk.

[-]. Laba kepemilikan minoritas yakni pengurang dalam menentukan laba bersih konsolidasi (tetapi bukan beban ibarat pada proprietary theory). Ini dianggap sebagai alokasi atas realisasi laba entitas keseluruhan kepada both secara umum dikuasai dan minoritas.

[-]. Ekuitas kepemilikan minoritas dianggap bab dari ekuitas konsolidasi, dilaporkan dalam jumlah tunggal (single amount) alasannya yakni kemepilikan minoritas tidak akan mengambil manfaat dari disclosure (pengungkapan/pelaporan) konsolidasi.

[-]. Aktiva bersih perusahaan anak dikonsolidasikan pada nilai buku ditambah kelebihan biaya investasi perusahaan induk atas nilai bukunya. Selisih tersebut diamortisasi selama 40 tahun.


Among the pro’s and con’s about the theories, FASB lebih cenderung berada ditengah-tengah, sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Standard No. 94, FASB memutuskan bahwa:

[-]. Kepemilikan minoritas harus dimasukkan sebagai komponen terpisah dari ekuitas neraca konsolidasi (proprietary theory), BUT then….

[-]. Laba dari kepemilikan minoritas bukan merupakan beban nor kerugian, melainkan sebagai pengurang dari laba bersih konsolidasi dalam menghitung laba kepemilikan secara umum dikuasai (entity theory).

[-]. Laporan Keuangan Konsolidasi harus mengungkapkan laba bersih kepemilikan secara umum dikuasai dan minoritas.

Okay, saya rasa cukup untuk theories-nya. Coming Up; bagaimana membuat laporan keuangan konsolidasi?, disana akan saya berikan pola kasus, tentu saja termasuk kertas kerja, sampai menghasilkan laporan keuangan konsolidasi baik pada ketika terjadinya akuisisi maupun laporan keungan konsolidasi hasil operasi setelah akuisisi. Itu akan kita bahas di posting saya selanjutnya, yaitu: Laporan Keuangan Konsolidasi – Part 1.

Apa itu Laporan Keuangan Konsolidasi?, Kapan diperlukan? Metode / Pendekatan/Approach apa saja yang biasa dipakai?, Bagaimana prosedurnya?. Mulai posting ini hingga beberapa posting ke depan saya akan membahas mengenai LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI, mulai dari konsepnya, metode-metodenya, prosedurnya, tentu saja akan disertai oleh contoh-contoh kasus, tidak ketinggalan kajian perpajakan terkait dengan perusahaan induk (parent company) dan anak (subsidiary) atau cabang, serta perwakilan (representative). Oh ya, di simpulan serie nanti saya juga akan bagikan kepada anda worksheet laporan keuangan konsolidasi, berupa template laporan keuangan konsolidasi, kalau diperlukan. Layaknya template, tentu sudah ada formula di dalamnya.


Laporan Keuangan Konsolidasi termasuk “advance financial accounting” topic.

Bagi rekan-rekan yang belum pernah menangani laporan keuangan konsolidasi, dan ingin mengingat-ingat kembali topic yang pernah di ajarkan di Akuntansi Keuangan Lanjutan pada akhir-akhir semester perkuliahan dahulu. Jangan khawatir, kita akan mulai dari konsep dasarnya sekali. Dan pelan-pen nanti akan kita tingkatkan ke bagian-bagian yang lebih mendalam seiring dengan tingkat pemahaman kita.

Bagi rekan-rekan yang sedang (sudah pernah) menangani laporan keuangan konsolidasi, mungkin tidak ada salahnya untuk mengikuti pembahasan awalnya juga. Siapa tahu ada bab tertentu yang anda tinggalkan, atau bahkan mungkin ada bab dari pembahasan awal ini yang sanggup membuka sumbat yang selama ini mengganjal pemahaman (penguasaan) anda di dalam menciptakan laporan keuangan konsolidasi.

Okay, enough with talks, kita mulai ke topic-nya….


Gambaran Umum Laporan Keuangan Konsolidasi

Definisi Umum

Laporan Keuangan Konsolidasi ialah Laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau lebih anak perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan – akan entitas – entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan.

Dari difinisi umum diatas, sanggup kita tarik suatu pemahaman bahwa; Laporan Keuangan Konsolidasi diharapkan apabila salah satu perusahaan yang bergabung mempunyai kontrol terhadap perusahaan lain. Otherwise, laporan keuangan konsolidasi tidak diperlukan.

Artinya; kalau tidak mempunyai hak kendali (control) yang lebih, maka mereka ialah tubuh perjuangan (entity) mandiri, artinya mereka masing-masing akan menciptakan laporan keuangan yang sendiri-sendiri dan mustahil untuk digabungkan, ditambahkan atau yang sejenisnya. So, there is no point to construct a consolidated financial statement.
 Mulai posting ini hingga beberapa posting ke depan saya akan membahas mengenai LAPORAN KE LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIMerger & Acquisition Accounting) terlebih dahulu. Di sana akan dibahas mengenai konsep Merger & Acquisition, dan mekanisme pembuatan laporan konsolidasi pada ketika Merger/Acquisition terjadi. Dengan memahami konsep dan prosesnya semenjak awal, saya berharap; pemahaman mekanisme pembuatan Laporan Keuangan Konsolidasi pasca penggabungan nantinya sanggup lebih gampang dipahami. Sampai ketemu di Merger & Acquisition Accounting - Part1. dan Merger & Acquisition Accounting - Part2.

Apa itu Laporan Keuangan Konsolidasi?, Kapan diperlukan? Metode / Pendekatan/Approach apa saja yang biasa dipakai?, Bagaimana prosedurnya?. Mulai posting ini hingga beberapa posting ke depan aku akan membahas mengenai LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI, mulai dari konsepnya, metode-metodenya, prosedurnya, tentu saja akan disertai oleh contoh-contoh kasus, tidak ketinggalan kajian perpajakan terkait dengan perusahaan induk (parent company) dan anak (subsidiary) atau cabang, serta perwakilan (representative). Oh ya, di simpulan serie nanti aku juga akan bagikan kepada anda worksheet laporan keuangan konsolidasi, berupa template laporan keuangan konsolidasi, kalau diperlukan. Layaknya template, tentu sudah ada formula di dalamnya.


Laporan Keuangan Konsolidasi termasuk “advance financial accounting” topic.

Bagi rekan-rekan yang belum pernah menangani laporan keuangan konsolidasi, dan ingin mengingat-ingat kembali topic yang pernah di ajarkan di Akuntansi Keuangan Lanjutan pada akhir-akhir semester perkuliahan dahulu. Jangan khawatir, kita akan mulai dari konsep dasarnya sekali. Dan pelan-pen nanti akan kita tingkatkan ke bagian-bagian yang lebih mendalam seiring dengan tingkat pemahaman kita.

Bagi rekan-rekan yang sedang (sudah pernah) menangani laporan keuangan konsolidasi, mungkin tidak ada salahnya untuk mengikuti pembahasan awalnya juga. Siapa tahu ada bab tertentu yang anda tinggalkan, atau bahkan mungkin ada bab dari pembahasan awal ini yang mampu membuka sumbat yang selama ini mengganjal pemahaman (penguasaan) anda di dalam membuat laporan keuangan konsolidasi.

Okay, enough with talks, kita mulai ke topic-nya….


Gambaran Umum Laporan Keuangan Konsolidasi

Definisi Umum

Laporan Keuangan Konsolidasi ialah Laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau lebih anak perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan – akan entitas – entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan.

Dari difinisi umum diatas, dapat kita tarik suatu pemahaman bahwa; Laporan Keuangan Konsolidasi dibutuhkan apabila salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kontrol terhadap perusahaan lain. Otherwise, laporan keuangan konsolidasi tidak diperlukan.

Artinya; kalau tidak memiliki hak kendali (control) yang lebih, maka mereka ialah tubuh usaha (entity) mandiri, artinya mereka masing-masing akan membuat laporan keuangan yang sendiri-sendiri dan tidak mungkin untuk digabungkan, ditambahkan atau yang sejenisnya. So, there is no point to construct a consolidated financial statement.
 Mulai posting ini hingga beberapa posting ke depan aku akan membahas mengenai LAPORAN KE LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIMerger & Acquisition Accounting) terlebih dahulu. Di sana akan dibahas mengenai konsep Merger & Acquisition, dan prosedur pembuatan laporan konsolidasi pada ketika Merger/Acquisition terjadi. Dengan memahami konsep dan prosesnya semenjak awal, aku berharap; pemahaman prosedur pembuatan Laporan Keuangan Konsolidasi pasca penggabungan nantinya mampu lebih mudah dipahami. Sampai ketemu di Merger & Acquisition Accounting - Part1. dan Merger & Acquisition Accounting - Part2.

Pada Laporan Keuangan Konsolidasi-1, sudah dijelaskan dabagaimana membuat Laporan Keuangan Konsolidasi jikalau nilai wajar (fair value) asset dan liabilities perusahaan investee SAMA DENGAN book value (nilai bukun)-nya. Di posting ini saya akan bahas bagaimana membuat Laporan Keuangan Konsolidasi jikalau "Asset & Liabilities fair value" perusahaan investee TIDAK SAMA dengan nilai buku-nya.

Dalam kasus akuisisi aktiva bersih, tentunya perusahaan investee akan menawarkan laporan keuangan dengan nilai asset yang sesuai dengan nilai buku-nya, tanpa memperhitungkan apakah nailai bukunya sesuai dengan harga pasar atau belum. Akan tetapi pihak investor pastinya tidak akan percaya begitu. Disinilah perlunya menggunakan jasa appraisal independent untuk melaksanakan penilaian (re-valuation), guna memperoleh nilai yang wajar (fair value). Nilai wajar yang dimaksudkan disini ialah sesuai dengan harga pasarnya. Itulah sebabnya mengapa nilai wajar (fair value) kadang juga disebut dengan “Nilai Pasar (Market Value)”. Walaupun re-valuation telah dilakukan oleh appraisal independent, tetap saja nilai wajar yang dihasilkan masih berupa estimasi.
Regardless apakah hasil revaluasi sudah mencerminkan fair value atau belum, balasannya yang menjadi penentu deal atau tidaknya transaksi masih berpulang kepada calon investor yang akan melaksanakan final judgement & decision. Kenyataan-nya, dari begitu banyaknya kasus akuisi yang telah terjadi, tidak sedikit acquirer (investor) yang bersedia membayar lebih dari fair value.


Kuncinya:

Dalam kasus akuisisi aktiva bersih, jikalau fair value aktiva bersih perusahaan investee (terakuisisi) TIDAK SAMA dengan nilai bukunya, maka aktiva dan kewajiban perusahaan investee yang dapat diidentifikasi di catat sebesar fair value-nya. Selisih antara fair value aktiva bersih dengan harga beli (yang dibayarkan) di akui sebagai GOODWILL.


Contoh:

Masih memakai kasus yang saya pakai di Konsolidasi 1, untuk itu saya hadirkan kembali Balance Sheet kedua perusahaan sebelum proses akuisisi terjadi, ibarat dibawah ini:

 sudah dijelaskan dabagaimana membuat Laporan Keuangan Konsolidasi jikalau nilai wajar  LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI - Part2


Hanya saja, saya akan tambahkan :

Fair ValueInventory-nya ialah $ 120,000
Fair Value “Equipment (net)”-nya ialah $ 400,000

Jika saya masukkan ke dalam spreadsheet, perkiraan nilai wajarnya ibarat dibawah in

 sudah dijelaskan dabagaimana membuat Laporan Keuangan Konsolidasi jikalau nilai wajar  LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI - Part2


Dari spreadsheet di atas mampu kita lihat bahwa nilai wajar aktiva bersih PT. Sherrine (S) ialah $ 620,000 (diperoleh dengan cara: Total Asset Fair Value–Libilities Fair Value = $720,000–100,000 = $620,000).

Seperti biasanya, kita buatkan Elimination & Adjustment Journal, dan jurnalnya ialah ibarat dibawah ini:

 sudah dijelaskan dabagaimana membuat Laporan Keuangan Konsolidasi jikalau nilai wajar  LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI - Part2Catatan:

Set jurnal di atas terdiri dari:

[-]. Elimination Journal: Investasi pada company S di eliminasi dengan cara meng-offset-kannya equity perusahaan subsidiary (Comp S), nilainya tetap ibarat sebelumnya, yiatu $500,000

[-]. Adjustment Journal: yang di adjust ialah : Selisih fair value dengan book value dan Goodwill ($20,000+$100,000+$80,000) di-offset-kan dengan Investasi Pada Company S ($200,000).

Jika jurnal eliminasi & adjustment di atas kita masukkan ke dalam kertas kertas kerja konsolidasi, maka hasilnya akan ibarat di bawah ini:


 sudah dijelaskan dabagaimana membuat Laporan Keuangan Konsolidasi jikalau nilai wajar  LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI - Part2
Up Coming post dari serie Laporan Keuangan Konsolidasi ini adalah: Laporan Keuangan Konsolidasi-3, yang akan berfocus pada akuisi yang didanai dengan cara mengeluarkan saham (tidak dengan cash).

Pada Laporan Keuangan Konsolidasi-1, sudah dijelaskan dabagaimana menciptakan Laporan Keuangan Konsolidasi kalau nilai masuk akal (fair value) asset dan liabilities perusahaan investee SAMA DENGAN book value (nilai bukun)-nya. Di posting ini saya akan bahas bagaimana menciptakan Laporan Keuangan Konsolidasi kalau "Asset & Liabilities fair value" perusahaan investee TIDAK SAMA dengan nilai buku-nya.

Dalam kasus akuisisi aktiva bersih, tentunya perusahaan investee akan memperlihatkan laporan keuangan dengan nilai asset yang sesuai dengan nilai buku-nya, tanpa memperhitungkan apakah nailai bukunya sesuai dengan harga pasar atau belum. Akan tetapi pihak investor pastinya tidak akan percaya begitu. Disinilah perlunya menggunakan jasa appraisal independent untuk melaksanakan penilaian (re-valuation), guna memperoleh nilai yang masuk akal (fair value). Nilai masuk akal yang dimaksudkan disini yaitu sesuai dengan harga pasarnya. Itulah sebabnya mengapa nilai masuk akal (fair value) kadang juga disebut dengan “Nilai Pasar (Market Value)”. Walaupun re-valuation telah dilakukan oleh appraisal independent, tetap saja nilai masuk akal yang dihasilkan masih berupa estimasi.
Regardless apakah hasil revaluasi sudah mencerminkan fair value atau belum, akibatnya yang menjadi penentu deal atau tidaknya transaksi masih berpulang kepada calon investor yang akan melaksanakan final judgement & decision. Kenyataan-nya, dari begitu banyaknya kasus akuisi yang telah terjadi, tidak sedikit acquirer (investor) yang bersedia membayar lebih dari fair value.


Kuncinya:

Dalam kasus akuisisi aktiva bersih, kalau fair value aktiva higienis perusahaan investee (terakuisisi) TIDAK SAMA dengan nilai bukunya, maka aktiva dan kewajiban perusahaan investee yang sanggup diidentifikasi di catat sebesar fair value-nya. Selisih antara fair value aktiva higienis dengan harga beli (yang dibayarkan) di akui sebagai GOODWILL.


Contoh:

Masih menggunakan kasus yang saya pakai di Konsolidasi 1, untuk itu saya hadirkan kembali Balance Sheet kedua perusahaan sebelum proses akuisisi terjadi, menyerupai dibawah ini:

 sudah dijelaskan dabagaimana menciptakan Laporan Keuangan Konsolidasi kalau nilai masuk akal  LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI - Part2


Hanya saja, saya akan tambahkan :

Fair ValueInventory-nya yaitu $ 120,000
Fair Value “Equipment (net)”-nya yaitu $ 400,000

Jika saya masukkan ke dalam spreadsheet, perkiraan nilai wajarnya menyerupai dibawah in

 sudah dijelaskan dabagaimana menciptakan Laporan Keuangan Konsolidasi kalau nilai masuk akal  LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI - Part2


Dari spreadsheet di atas sanggup kita lihat bahwa nilai masuk akal aktiva higienis PT. Sherrine (S) yaitu $ 620,000 (diperoleh dengan cara: Total Asset Fair Value–Libilities Fair Value = $720,000–100,000 = $620,000).

Seperti biasanya, kita buatkan Elimination & Adjustment Journal, dan jurnalnya yaitu menyerupai dibawah ini:

 sudah dijelaskan dabagaimana menciptakan Laporan Keuangan Konsolidasi kalau nilai masuk akal  LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI - Part2Catatan:

Set jurnal di atas terdiri dari:

[-]. Elimination Journal: Investasi pada company S di eliminasi dengan cara meng-offset-kannya equity perusahaan subsidiary (Comp S), nilainya tetap menyerupai sebelumnya, yiatu $500,000

[-]. Adjustment Journal: yang di adjust yaitu : Selisih fair value dengan book value dan Goodwill ($20,000+$100,000+$80,000) di-offset-kan dengan Investasi Pada Company S ($200,000).

Jika jurnal eliminasi & adjustment di atas kita masukkan ke dalam kertas kertas kerja konsolidasi, maka hasilnya akan menyerupai di bawah ini:


 sudah dijelaskan dabagaimana menciptakan Laporan Keuangan Konsolidasi kalau nilai masuk akal  LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI - Part2
Up Coming post dari serie Laporan Keuangan Konsolidasi ini adalah: Laporan Keuangan Konsolidasi-3, yang akan berfocus pada akuisi yang dibiayai dengan cara mengeluarkan saham (tidak dengan cash).


Definisi
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (disingkat LKPP) yaitu laporan pertanggung-jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang terdiri dari Laporan realisasi anggaran, Neraca, Laporan arus kas dan Catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. LKPP Merupakan konsolidasi laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang disusun dengan berdasarkan praktik terbaik internasional (best practice) dalam pengelolaan keuangan Negara. LKPP diterbitkan setiap tahun, dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2004 semenjak Indonesia merdeka sebagai bentuk pertanggungjawaban keuangan pemerintah. LKPP disusun oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kementerian Keuangan Indonesia.

Komponen LKPP
Saat ini laporan keuangan pemerintah sentra disusun berdasarkan penerapan akuntansi basis kas menuju akrual. Pada tahun 2015 penerapan basis akrual akan diberlakukan di Indonesia sehingga laporan keuangan yang diberi opini oleh Badan Pemeriksa Keuangan yaitu yang berbasis akrual. Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:
1. Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode tertentu.

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasi.

2. Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan LO, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.

Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (LAK) yaitu bab dari laporan finansial yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan acara operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Tujuan LAK untuk memperlihatkan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. LAK wajib disusun dan disajikan hanya oleh unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.

Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akhir kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

3. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bab yang tak terpisahkan dari Laporan Keuangan dan oleh akhirnya setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan yaitu penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diharapkan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, menyerupai kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya. CaLK bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan pemerintah


LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 

Laporan Keuangan Konsolidasian
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.4 (2010), Laporan keuangan konsolidasian ialah laporan keuangan suatu kelompok usaha yang disajikan sebagai suatu entias tunggal. Laporan keuangan konsolidasi terdiri dari ;
·                Entitas induk     mempunyai satu atau lebih anak perusahaan / entitasÆ’
·                Entitas anak       yang dikendalikan oleh entias induk
·                Kelompok usaha            entitas induk dan seluruh entitas anaknya
·                Kepentingan non pengendali     ekuitas anak yang tidak dapat diatribusikan (lansung/tidak) pada entitas induk
·                Pengendalian     kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional untuk memperoleh manfaat

Ruang Lingkup LK Konsolidasian
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.4 (2010), ada beberapa episode yang menjadi ruang lingkup dari laporan keuangan konsolidasi, diantaranya ialah ;
·                Laporan konsolidasi meliputi seluruh entitas anak dari entitas induk
·                Entitas anak       “dikendalikan”
·                Pengendalian     ketika entitas induk : memiliki secara pribadi atau tidak pribadi melalui entitas anak lebih dari setengah (>50%) kekuasaan bunyi suatu entitas, kecuali dapat ditunjukkan secara terperinci bahwa kepemilikan tersebut tidak diikuti dengan pengendalian. Pengendalian ini ada ketika memiliki setengah atau kurang, jikalau terdapat :
a.              Kekuasaan yang melebihi setengah hak bunyi sesuai perjanjian dengan investor lain.
b.             Kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.
c.              Kekuasaan menunjuk atau mengganti sebagian besar dewan direksi atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan atau organ tersebut.
d.             Kekuasaan untuk memperlihatkan bunyi lebih banyak didominasi pada rapat dewan direksi atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui direksi atau organ tersebut.

Prosedur LK Konsolidasian
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.4 (2010), menggabungkan laporan keuangan entitas induk dan entitas anak akan menjumlahkan pos – pos sejenis dari aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban. Prosedur dari laporan keuangan konsolidasi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a.              Investasi entitas induk pada anak dengan porsi entitas atas ekuitas anak dieliminasi, (goodwill muncul)
b.             Kepentingan non pengendali diidentifikasi, ekuitas (awal dan perubahan, laba / rugi)
c.              Saldo transaksi, penghasilan dan beban intra kelompok usaha dieliminasi secara penuh yang belum direalisasi, dampak pajak penghasilan.

Laporan keuangan konsolidasian menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk transaksi dan peristiwa lain dalam keadaan yang serupa. (jika tidak sama penyesaian). Perubahan dalam episode kepemilikan entitas induk pada entitas anak yang tidak menjadikan hilangnya pengendalian dicatat sebagai transaksi ekuitas (dalam hal ini transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik). Kepantingan non pengendali disesuikan nilainya jikalau terpengaruh.

Kepentingan nonpengendali disajikan di ekuitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk, ibarat ; pendapatan komprehensif lain dan Laba / rugi komprehensif. Kepentingan non pengendali dapat mempunyai saldo defisit, serta jikalau anak entitas memiliki saham preferen kumulatif yang diklasifikasikan sebagai ekuitas diperhitungkan. Nonpengendalian ini disebabkan karena adanya kehilangan pengendalian, yang terdiri dari ;
·                Dapat terjadi dengan atau tanpa perubahan relatif / adikara tingkat kepemilikan.
·                Dapat terjadi melalui transaksi tunggal atau lebih dari satu transaksi. Identifikasi transaksi tunggal.
·                Jika entitas induk kehilangan pengendalian harus dilakukan pembiasaan (par 31). Kehilangan pengendalian entitas induk (par 31) ini dapat diuraikan maksud dan tujuannya sebagai berikut ;
ü   Menghentikan pengukuhan aset (termasuk setiap goodwill) dan kewajiban entitas anak pada nilai tercatatnya ketika pengendalian hilang.
ü   Menghentikan pengukuhan jumlah tercatat setiap kepentingan nonpengendali pada entitas anak terdahulu pada tanggal hilangnya pengendalian (termasuk setiap komponen pendapatan komprehensif lain yang diatribusikan pada kepentingan nonpengendali)
ü   Mengakui ; (a) nilai wajar pembayaran yang diterima (jika ada) dari transaksi, peristiwa atau keadaan yang menjadikan hilangnya pengendalian. (b) distribusi saham, jikalau transaksi yang menjadikan hilangnya pengendalian melibatkan distribusi saham entitas anak ke pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.
ü   Mengakui setiap sisa investasi pada entitas anak terdahulu pada nilai wajarnya pada tanggal hilangnya pengendalian.
ü   Mereklasifikasi ke laporan laba rugi, atau menghilangkan secara pribadi ke saldo laba jikalau disyaratkan oleh SAK lain, sejumlah yang diidentifikasi dalam paragraf 32.
ü   Mengakui setiap perbedaan yang dihasilkan sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi yang dapat diatribusikan pada entitas induk.
·                Sisa investasi pada entitas anak terdahulu dan setiap jumlah tertuang oleh atau kepada entitas anak terdahulu dicatat sesuai dengan SAK lain semenjak tanggal hilangnya pengendalian.

Pengungkapan  LK Konsolidasian
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.4 (2010), laporan keuangan konsolidasian memiliki beberapa pengungkapan, diantaranya ialah ;
·                Sifat kekerabatan antara entitas induk dan suatu entitas anak lebih dari setengah kekuasaan
·                Alasan mengapa kepemilikan (setengah kekuasaan bunyi tidak diikuti dengan pengendalian;
·                Akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitas anak jikalau LK memiliki tanggal / periode  berbeda.
·                Sifat dan luas setiap restriksi signifikan dalam kemampuan entitas anak untuk mentransfer dana ke entitas induk.
·                Rincian yang membuktikan dampak setiap perubahan episode kepemilikan entitas induk pada entitas anak yang tidak menjadikan hilangnya pengendalian.
·                Pengendalian hilang, maka entitas induk mengungkapkan keuntungan atau kerugian (jika ada) yang diakui sesuai dengan paragraf 31, dan : (a) porsi dari keuntungan atau kerugian yang dapat diatribusikan pada pengukuhan sisa investasi pada entitas anak terdahulu dengan nilai wajar. (b) pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif jikalau tidak disajikan terpisah.

Teori Konsolidasi
·                Entity Theory menganggap entitas konsolidasi sebagai satu entitas tersendiri yang dimiliki oleh induk dan non pengendali.
·                Parent Theory menganggap konsolidasi sebagai perpanjangan entitas induk
Atribut
Entity Theory
Parent Theory
Perbedaan fair value dari aset dan liabilitas teridentifikasi pada ketika akuisisi
Diakui penuh, mencerminkan hak untuk induk dan non pengendali.
Hanya diakui sebesar hak induk
Penyajian pihak non pengendali / NCI
Sebagai episode dari ekuitas
Tidak sebagai equity atau utang (sebelum ekuitas)
Goodwill
Goodwill merupakan aset entitas yang diakui penuh pada tanggal akuisisi
Goodwill hanya milik induk


Pendahuluan Translation Exposure
Translation exposure, atau disebut juga exposure akuntansi, terjadi karena laporan keuangan dari anak perusahaan diluar negeri yang dinyatakan dalam suatu mata uang asing, harus dinyatakan kembali dalam mata uang yang digunakan dalam laporan perusahaan induk untuk membuat laporan keuangan konsolidasi. Tujuan utama Translation exposure ialah mempersiapkan laporan konsolidasi, namun laporan keuangan yang sudah ditranslasikan itu juga digunakan oleh administrasi untuk mengkaji kinerja anak perusahaan di luar negeri.

Pengertian Translation Exposure
Eksposur translasi yang juga disebut sebagai accounting exposure, timbul karena laporan keuangan perusahaan anak di luar negeri – yang dinyatakan dalam mata uang gila – harus disajikan kembali dalam mata uang pelaporan perusahaan induk semoga perusahaan dapat menyusun laporan keuangan konsolidasi. Proses akuntansi untuk translasi mencakup perubahan (konversi) laporan keuangan perusahaan anak di luar negeri menjadi laoran keuangan yang berdenominasi rupiah.
Eksposur translasi juga merupakan potensi kenaikan atau penurunan kekayaan bersih dan laba bersih perusahaan induk, yang disebabkan oleh perubahan kurs nilai tukar semenjak tanggal terakhir dilakukannya translasi.

Metode Translasi
Ada dua metode dasar bagi translasi laporan keuangan anak perusahaan di luar negeri yang digunakan yaitu :
1. Metode nilai tukar ketika ini (current rate method)
Metode nilai tukar ketika ini merupakan metode yang paling lazim di dunia ketika ini. dengan metode ini, lini item pada laporan keuangan ditranslasikan menurut nilai tukar ketika ini dengan beberapa pengecualian. Lini item-item ini mencakup :
a. Aset dan kewajiban, seluruh aset/aktiva dan kewajiban ditranslasikan pada nilai tukar ketika ini, yakni nilai tukar yang berlaku pada tanggal neraca.
b. Item laporan laba rugi, seluruh item, termasuk penyusutan dan harga pokok penjualan ditranslasikan pada nilai tukar actual menurut tanggal ketika aneka macam pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian terjadi atau pada suatu nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode itu.
c. Distribusi, dividen yang dibayarkan ditranslasikan pada nilai tukar yang berlaku pada ketika tanggal pembayaran.
d. Item ekuitas, akun saham biasa dan modal disetor ditranslasikan pada nilai tukar historis. Laba ditahan tamat tahun terdiri dari laba ditahan awal tahun, plus atau minus laba atau rugi untuk tahun tersebut.

2. Metode temporal (temporal method)
Dengan metode temporal, aset dan kewajiban tertentu ditranslasikan pada nilai tukar yang konsiste dengan waktu penciptaan item-item keuangan. Metode temporal mengasumsikan bahwa sejumalah lini item aset individual menyerupai persediaan dan peralatan pabrik bersih dinyatakan ulang secara terencana untuk mencerminkan nilai pasar. Lini item termasuk :
a. Aset moneter (terutama kas, sekuritas yang dapat diperdagangkan, piutang dagang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama kewajiban lancar dan utang jangka panjang) ditranslasikan pada nilai tukar ketika ini.
b. Aset dan kewajiban nonmoneter (terutama persediaan dan aset tetap) ditranslasikan pada nilai tukar historis
c. Item laporan laba rugi ditranslasikan pada nilai tukar rata-rata untuk periode itu, kecuali untuk item-itemseperti penyusutan dan harga pokok penjualan yang secara pribadi terkait dengan aset dan kewajiban nonmoneter. Akun-akun ini ditranslasikan pada nilai tukar historis.
d. Distribusi, dividen yang dibayarkan ditranslasikan pada nilai tukar yang berlaku pada tanggal pembayaran.
e. Item ekuitas, saham biasa dan modal disetor ditranslasikan pada nilai tukar historis. Laba ditahan tamat tahun terdiri dari laba ditahan awal tahun asli ditambah (atau dikurangi) laba (atau rugi) untuk tahun berjalan, ditambah (atau dikurangi) ketidakseimbangan dari translasi.

Perbandingan Translation Exposure dan Operating Exposure
Eksposur operasi bergantung pada:
1. Depresiasi/apresiasi mata uang
Apabila mengalami depresiasi, maka cenderung menjadikan kerugian kurs
2. Peningkatan volume
Volume yang meningkat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan
3. Peningkatan harga jual
Harga jual yang meningkat juga meningkatkan keuntungan perusahaan

Sebaliknya eksposur translasi, selain dipengaruhi oleh depresiasi/apresiasi kurs, juga bergantung pada metode yang digunakan dalam translasi. Selisih kurs yang timbul dalam metode kurs berjalan besar lengan berkuasa terhadap nilai ekuitas, bersifat akumulatif, sehingga tidak terlalu besar lengan berkuasa terhadap kinerja perusahaan.

Perbandingan ini dilihat dari konseptual antara Translation Exposure dengan operating exposure yaitu sebagai berikut :
Translation Exposure menganalisis masalah-masalah akuntansi yang timbul dari perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan multinasional. Dimana tujuan Tujuan utama Translation exposure ialah mempersiapkan laporan konsolidasi, namun laporan keuangan yang sudah ditranslasikan itu juga digunakan oleh administrasi untuk mengkaji kinerja anak perusahaan di luar negeri.

Operating exposure yaitu mengkaji wacana rentang waktu dan lintas aneka macam arus kas masa depan yang membentuk nilai dari perusahaan multinasiona. Operating exposuremengukur setiap perubahan dalam nilai sekarang sebuah perusahaan sebagai akhir dari aneka macam perubahan dalam arus kas oprasi masa depan yang disebabkan oleh perubahaan yang tak dibutuhkan dalam nilai tukar. Analisis Operating exposure mengakji dampak perubahan nilai tukar dalam beberapa bulan atau tahun mendatang terhadap operasi perusahaan itu sendiri maupun posiss kompotitif perusahaan terhadap perusahaan lain.

Berdasarkan penjelasan diatas maka Translation Exposure berbicara wacana aneka macam perubahan dalam ekuitas pemilik yang dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasi yang disebabkan oleh perubahan dalam nilai tukar, sedangkan Operating exposure berbicara wacana perubahan dalam arus kas masa depan yang dibutuhkan dalam nilai tukar.

Pengelolaan Translation Exposure
Translation Exposure merupakanpotensi bagi kenaikan atau penurunan dalam kekayaan bersih dan laba bersih perusahaan induk yang dilaporkan yang disebabkan oleh perubahaan dalam nilai tukar semenjak translasi terkahir. Secara prinsip, translasi sangat sederhana. Laporan keuangan mata uang gila harus dikonversikan menjadi mata uang yang digunakan dalam pelaporan perusahaan induk untuk tujuan konsolidasi. Bila digunakan nilai tukar yang sama untuk mengukur kembali setiap lini item pada masing-masing laporan (laporan laba rugi dan neraca), tentu tidak akan terjadi ketidakseimbangan yang ditimbulkan dari pengukuran kembali itu. Namun bila digunakan suatu nilai tukar yang berlainan untuk lini item yang berbeda pada masing-masing laporan, akan terjadi ketidakseimbangan.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.