Latest Post

Account Assistant Account Officer Account Payable Account Receivable Accounting Accounting Case Study Accounting Certification Accounting Contest Accounting For Manager Accounting Manager Accounting Software Acquisition Admin Administrasi administrative assistant Administrator Advance accounting Aktiva Tetap Akuisisi Akun Akuntan Privat Akuntan Publik AKUNTAN. Akuntansi Akuntansi Biaya Akuntansi Dasar Akuntansi Management Akuntansi Manajemen Dan Biaya Akuntansi Pajak Akuntansi Perusahaan Dagang Akuntansi Perusahaan Jasa Akuntansi Syariah Akuntansi Translasi Akunting Analisis Transaksi Announcement Aplikasi Akuntansi archiving ARTICLES ARTIKEL Asumsi dasar Akuntansi Asuransi Aturan Pencatatan Akuntansi Audit Audit Kinerja Auditing Balance sheet Bank Basic Accounting Bea Cukai Bea Masuk Bidang Akuntansi Bukti Transaksi Buku Besar Calculator Capital Cara Pencatatan Akuntansi Career Cash Cash Flow Cat Certification Checker Checker Gudang COGS Collection Contest Corporate Social Responsibility (CSR) Cost Cost Analysis CPA CPA EXAM Credit Credit Policy Current Asset Custom Custom Clearence Dasar Akuntansi Data Debit Kredit Discount Diskon Distributor Dyeing Ekspor Engineering Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Example Expense Export - Import FASB Finance FINANCIAL Financial Advisor Financial Control Finansial Foreign Exchange Rate Form FRAUD Free Download Freebies Fungsi Akuntansi GAAP GAJI Garansi Gift Goodwill Gudang Harga Pokok Penjualan Hotel HPP HRD IFRS Impor Import Import Duty Informasi Akuntansi International Accounting Investasi IT Jasa Jasa Konstruksi Job Vacant JUDUL SKRIPSI AKUNTANSI TERBARU Jurnal Khusus Jurnal Pembalik Jurnal Pembalik Dagang Jurnal Penutup Jurnal Penutup Dagang Jurnal Penyesuaian Jurnal Umum Kas Kas Bank Kas Kecil Kasus Akuntansi Kasus Legal Kasus Pajak Kepala Rekrutment Kertas Kerja Keuangan Knitting Komentar Komputer Konsolidasi Konstruksi Konsultan Laba-Rugi Laboratorium Lain-lain lainnya LANDING COST Laporan akuntansi Laporan Arus Kas Laporan Keuangan Laporan Keuangan Dagang Laporan Keuangan Jasa Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Modal laporan Rugi Laba Layanan Konsumen Lean Accounting Lean Concept Lean Manufacturing Legal Logistik Lowongan Kerja Accounting MA Accounting Macam Transaksi Dagang Management Management Accounting Manager Manajemen Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan Manajemen Stratejik Manajer Manajer Administrasi Manfaat Akuntansi Manufaktur Marketing Matching Color Mekanisme Debit Mekanisme Kredit Mencatat Transaksi Merger metode fifo dan lifo Mid Level Miscellaneous Modal Neraca Neraca Lajur Neraca Saldo Neraca Saldo Setelah Penutupan Nerasa Saldo Office Operator Operator Produksi Paint PAJAK pajak pusat.pajak daerah(provinsi dan kabupaten) payroll Pelaporan Korporate Pemasaran Pembelian Pemberitahuan Pemindahbukuan Jurnal Pencatatan Perusahaan Dagang Pendapatan Pengakuan Pendapatan Pengarsipan Pengendalian Pengendalian Keuangan Pengertian Akuntansi PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN pengertian pajak PENGERTIAN PSAK PENGGELAPAN Pengguna Akuntansi Pengkodean Akun Penjualan Perbankan Perlakuan akuntansi Perpajakan Persamaan Dasar Akun Petty Cash Piutang Posting Buku Besar PPH PASAL 21 PPh Pasal 22 PPh Pasal 26 PPn PPn Import Prefesi Akuntansi Prinsip Akuntansi PRINSIP DASAR AKUNTANSI Produksi Profesi Akuntansi Professi Akuntan Profit-Lost Proses Akuntansi Proyek PSAK PSAK TERBARU PURCHASE Purchasing QA QC Quality Assurance Quality Control Quiz Rabat Rajut rangkuman Rebate Recruitment Recruitment Head Rekrutment Retail Retur Return Revenue Review Saldo Normal Sales Sales Representative Sejarah Akuntansi SERIE ARTIKEL Sertifikasi Shareholder Shipping Agent Shipping Charge siklus akuntansi Silus Akuntansi Dagang Sistem sistem akuntansi Sistem Informasi Sistem Informasi & Pengendalian Internal Soal dan Jawaban CPA SPI Spreadsheet Accounting Spreadsheet Gratis Staff Struktur Dasar Akuntansi Supervisor system pengendalian system pengendalian gaji Tax Taxation Teknik Tekstil Template Teori-teori Akuntansi Tinta Tip n Tricks TIPS AND TRICKS Tools Top Level Transaksi Keuangan Tutup Buku Ujian CPA UPAH update situs USAP Utilities Video Tutor Warehouse Warna warranty What Is New


Dalam pelaksanaan Akuntansi Pemerintah, untuk menciptakan kondisi ideal dalam menghasilkan laporan keuangan dibutuhkan adanya Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan Sistem Akuntansi Pemerintah (Pusat dan Daerah), lalu juga Proses Akuntansi yang baik, sehingga terciptalah Laporan Keuangan yang baik, untuk dapat digunakan oleh pemerintah, pemeriksa, DPR, dan masyarakat (yang mempunyai kemampuan membaca laporan keuangan).

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang diatur dalam PP 24 Tahun 2005 ini selanjutnya akan dijadikan sebagai contoh dalam penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat ataupun Daerah, dan keluaran dari sistem akuntansi itu pun nantinya harus sesuai dengan standar akuntansi. Singkatnya, SAP mengatur mengenai keluaran yang diharapkan, sedangkan Sistem Akuntansi Pemerintah merupakan gabungan dari langkah-langkah untuk menghasilkan keluaran yang sesuai dengan SAP. Kaprikornus antara SAP dan Sistem Akuntansi Pemerintah merupakan satu kesatuan yang padu dan utuh.

Dalam hal Sistem Akuntansi, Sistem Akuntansi Pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD). SAPP yaitu serangkaian prosedur manual ataupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran hingga dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Pusat. SAPD pun mempunyai pengertian yang sama dengan SAPP, namun apabila di SAPP mengurus operasi keuangan Pemerintah Pusat, maka SAPD mengurus operasi Pemerintah Daerah. Lebih lanjut lagi, akan dibahas secara lebih jauh mengenai perbedaan antara SAPP dan SAPD dilihat dari segi peraturan yang mengaturnya, konstruksi sistem akuntansinya, dan entitas akuntansinya.

Dari segi peraturan yang mengaturnya, pada dasarnya peraturan yang mengatur mengenai SAPP dan SAPD, mengacu pada PP 24 Tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan, alasannya yaitu dari standar itu lahirlah sistem. Untuk SAPP sendiri, secara detail dijelaskan didalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK), yaitu PMK 59 Tahun 2005 yang kemudian direvisi menjadi PMK 171 Tahun 2007. Sedangkan mengenai SAPD, tertuang di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri), yaitu Permendagri 13 Tahun 2006. Dalam peraturan yang mengatur mengenai SAPP dan SAPD ini bersama-sama terdapat suatu pertanyaan “lucu” yang muncul. Mengapa peraturan mengenai SAPD dibuat oleh Mendagri, bukannya Menkeu yang seharusnya mengatur problem sistem akuntansi? Jawabannya yaitu semua itu alasannya yaitu Undang-Undang yang mengaturnya. Dalam UU 17 Tahun 2003 mengenai pengelolaan Keuangan Negara, dikatakan bahwa pengelolaan Keuangan Negara juga mengatur mengenai penerimaan dan pengeluaran daerah, dengan kata lain seharusnya SAPP dan SAPD keduanya mengacu pada UU 17 Tahun 2003 tersebut, sehingga penjelasan detail mengenai SAPP dan SAPD dituangkan dalam PMK. Namun, kenyataannya hanya SAPP lah yang tertuang ke dalam PMK, dan justru SAPD tertuang dalam Permendagri. Hal ini dikarenakan oleh munculnya UU 32 Tahun 2004 mengenai pemerintah daerah, sehingga kuasa mengenai SAPD jatuh ke tangan Permendagri. Itulah mengapa SAPD yang merupakan sistem akuntansi diatur dalam Permendagri.

Dari segi konstruksi sistem akuntansi, pada SAPP terdapat Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Sedangkan pada SAPD terdapat Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (SA-PPKD) yang dapat dianggap ibarat SA-BUN dalam pemerintah pusat, dan Sistem Akuntansi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SA-SKPD) yang setara dengan SAI dalam pemerintah pusat.

Dari segi entitas akuntansi, dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, Presiden berperan sebagai pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara (PKN), lalu Bendahara Umum Negara (BUN) dipegang oleh Menteri Keuangan, dan Menteri K/L lainnya bertindak sebagai pengguna anggaran. Sedangkan dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD) yaitu kepala daerah, lalu Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD), dan pengguna anggarannya yaitu Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD).

Diatas merupakan beberapa hal yang dapat diperbandingkan antara Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD). Bila ditelaah lebih lanjut mengenai PMK 171 Tahun 2007 ihwal SAPP dan Permendagri 13 Tahun 2006 ihwal SAPD, mungkin saja masih dapat lagi ditemukan perbedaan-perbedaan antara SAPP dan SAPD yang lainnya selain dari segi peraturan yang mengaturnya, konstruksi sistem akuntansinya, ataupun dari segi entitas akuntansinya.



Shenanigans keuangan yakni tindakan yang dirancang untuk menyembunyikan atau mendistorsi kinerja keuangan atau kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan oleh administrasi dengan tujuan menyesatkan investor wacana kinerja keuangan perusahaan atau kesehatan ekonomi. Akibatnya, investor sering tertipu untuk percaya bahwa pendapatan perusahaan yang besar, arus kas yang lebih kuat, dan kondisi neraca yang lebih aman dari yang bersama-sama terjadi.Beberapa shenanigans dapat dideteksi melalui jumlah yang disajikan pada laporan keuangan perusahaan ibarat Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Arus Kas. Bukti shenanigans lain mungkin tidak secara eksplisit diatur dalam angka dan karena itu diharapkan ketelitian narasi yang terkandung dalam catatan kaki, pelaporan laba kuartalan, dan representasi lain yang bertujuan umum oleh manajemen. Adapun pengklasifikasian kejahatan keuangan (Shenanigans) menjadi tiga kelompok besar antara lain: Shenanigans Manipulasi Laba, Shenanigans Arus Kas, dan Key Metrik Shenanigans.

Shenanigans dipandang perlu disebabkan oleh aneka macam hal, antara lain sebagai berikut:
a. Shenanigans merupakan ganjaran (faktor keserakahan).
b. Dapat meningkatkankinerja yang berafiliasi dengan bonus.
c. Dapat mencegahoutcomenegatif(fear factor).
d. Dapat membantuperusahaanmendapatkan pembiayaan.
e. Dapat menghilangkanpersepsipasar negatif.
f. Dapat membantuperjanjianpembiayaanperusahaan
g. Shenanigans sangat mudah untukdilakukan.
h. Terkadang berfungsi sebagai jebakan.

Adapun jenis-jenis perusahaan yang paling memungkinkan melaksanakan Shenanigans antara lain sebagai berikut:
a. Perusahaandenganlingkungan pengendalianyang lemah, dengan ciri:
1) Tidak adaanggota independen
2) Kurangnyaauditorindependen/kompeten
3) Fungsi audit internalyang tidak memadai
b. Manajemen menghadapi tekanan kompetitif yang ekstrima tau diketahui atau diduga memiliki huruf yang dipertanyakan.
c. Perusahaan dengan pertumbuhan cepat tetapikecil.
d. Perusahaan publik yang baru.
e. Perusahaan swasta.



Investor menilai tegas perusahaan direktur ketika perusahaan tersebut gagal untuk memenuhi ekspektasi pendapatan pada ketika pelaporan kuartalan. Harga saham sering menderita penurunan dramatis ketika pendapatan dilaporkan tak sesuai harapan. Tidak mengherankan, jikalau kemudian untuk mengarahkan harga saham (dan paket kompensasi eksekutif) yang lebih tinggi, beberapa perusahaan terlibat dalam banyak sekali kejahatan untuk memanipulasi laba. Ada 7 Shenanigans manipulasi laba (EM) menurut Scilit’s yang menimbulkan kekeliruan pendapatan perusahaan berkelanjutan.

1. Mengakui pendapatanterlalu dini.
Pendapatanharus dicatatsetelah proseslabatelah selesai danpertukarantelah terjadi.
• Proseslabaharussubstansial telah selesai.
• Adanya syarat dalam pertukaran.

Ada tiga tipe skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Pengiriman barang sebelum penjualan selesai.
Barang harus ditukar dengan uang tunai atau kesepakatan yang sanggup mendapatkan amanah untuk membayar sebelum pendapatan diakui. Perlu diperhatikan pada pengiriman awal sebelum penjualan terjadi (terutama pada tamat kuartal) ialah sebagai berikut:
• Pengiriman sebelum tanggal pengiriman.
• Pengiriman barang dagangan hanya berisi adegan dari pesanan pelanggan.
• Pengiriman barang dagangan kepada pelanggan yang telah membatalkan pesanan mereka.
Kontrak jangka panjang dapat menjadi pengecualian (sering menggunakan persentase penyelesaian)tetapi hal ini dapat menjadi masalah, antara lain:
• Ketidakpastian, yaitu perkiraanbiaya masa depan.
• Tindakan interim pada tingkat penyelesaian menjadi sulit.
• Perubahan terhadap biaya dan penyelesaian dapat ditaksir untuk memanipulasi laba.
• Ketidakpastian poitik dapat menghipnotis kontrak (misalnya, pesanan dibatalkan).
• Perusahaan gres dengan produk yang tidak pasti terhadap pasar.
b) Mengakui pendapatan pada ketika adanya ketidakpastian penting
Harus ada probabilitas tinggi bahwa barang akan dibayar dan tidak dikembalikan, dengan harus menentukan apakah:
• Risiko dan manfaat kepemilikan telah ditransfer kepada pembeli.
• Pembeli mungkin mengembalikan barang, dengan maksud apakah ada hak atas pengembalian.
• Pembeli tidak membayar barang, dengan maksud apakah pembeli memiliki pembiayaan untuk membayar barang.
c) Mengakui pendapatan pada ketika tindakan lebih lanjut terkait layanan yang akan datang.
Seharusnya hanya mengakui pendapatan yang diperoleh hingga ketika ini, sedangkan penerimaan sisa ialah kewajiban. Sering terjadi pada waralaba dengan kondisi:
• Mengakui pendapatan pada ketika masih mempromosikan layanan yang akan datang.
• Hak membuatkan wilayah untuk memiliki hak pribadi dengan tujuan membuka waralaba daerah, maka perusahaan tidak boleh menganggap sebagai penghasilan ketika ini (menunda hingga franchise terbuka).

2. Mengakui pendapatan fiktif.
Pendapatan harus dicatat setelah proses laba telah selesai dan pertukaran telah terjadi. Ada tiga tipe skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Mengakui pendapatan pada pertukaran asset yang sama. Tidak adanya legalisasi atas pendapatan pada pertukaran property yang sama.
b) Mengakui pengembalian dana dari pemasok sebagai pendapatan. Retailer sering mendapatkan pengembalian uang dari pemasok. Hal ini bukan merupakan pendapatan.
c) Menggunakan estimasi fiktif pada laporan keuangan interim. Pada kondisi ini harus mengestimasi adanya retur penjualan, biaya jaminan yang akan datang. Pada laporan kuartalan, memperkirakan tingkat persediaan dan harga pokok penjualan, sering dilakukan dengan menggunakan persentase laba kotor.

3. Mendongkrak pendapatan dengan one time gains
Pendapatan harus dicatat setelah proses laba telah selesai dan pertukaran telah terjadi. Begitu pula dengan keuntungan hanya dilaporkan setelah pertukaran telah terjadi. Ada empat teknik dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Meningkatkan profit dengan menjual asset yang mengabaikan nilai.
Ini ialah bukan keuntungan. Contoh khas meliputi: menjual asset yang diperoleh dari suatu transaksi pooling, perusahaan yang menggunakan LIFO (terutama dengan persediaan yang banyak memungkinkan manajemen untuk mengelola harga pokok penjualan), dan real estate atau asset lainnya yang diperoleh dalam waktu yang lama.
b) Meningkatkan profit dengan utang yang kadaluarsa. Ini sangat menarik ketika utang gres dikeluarkan pada tingkat yang lebih tinggi, profit tersebut tidak terulang.
c) Gagal untuk memisahkan keuntungan atau kerugian yang tidak biasa dan tidak berulang dari pendapatan yang berulang. Misalnya keuntungan dari acara non operasi menyerupai penjualan asset, acara yang tidak terus-menerus menyerupai penghentian bisnis.
d) Membenamkan kerugian pada operasi yang tidak berkelanjutan.
Operasi yang tidak berkelanjutan mencakup operasi yang dihentikan, keuntungan/kerugianyang luar biasa, dan efek kumulatif pendapatan dari prinsip akuntansi yangberubah.

4. Mengalihkan beban ke periode sebelumnya atau ke periode yang akan datang.
Perusahaan harus memanfaatkan biaya yang dikeluarkan dengan menghasilkan manfaat di masa depan dan biaya tersebut yang tidak menghasilkan manfaat tersebut. Jika aset tersebut tidak material atau manfaat yang akan diterima selama periode waktu yang singkat, item tersebut sebagai beban.
Beban harus dibebankan terhadap pendapatan pada periode dimana manfaat diterima. sebagai perusahaan menyadari manfaat dari menggunakan aset, aset atau sebagian ada dari harus ditulis sebagai beban periode. ketika ada penurunan tiba-tiba dan subtantial dari nilai suatu aset aset harus segera dihapuskan dan secara keseluruhan, bukan secara bertahap. Ada tiga tipe skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Ketidaktepatan mengkapitalisasi biaya, dengan maksud mengalihkan beban ke periode selanjutnya. Kapitalisasi yang tidak sempurna sering mencakup biaya start-up, biaya penelitian dan pengembangan, periklanan dan biaya administrasi. Hal itu dilakukan dengan menciptakan aset (aset ditangguhkan), juga dapat dilakukan dengan memasukkan beberapa biaya tersebut ke dalam persediaan (menunda biaya hingga barang tersebut dijual).
b) Penyusutan atau amortisasi biaya terlalu lambat. Depresiasi yang lambat dapat menimbulkan kekayaan bersih dan profit yang lebih tinggi.
c) Gagal untuk melaporkan asset yang berharga.

5. Tidak diungkapkannya semua liabilities.
Sebagai perusahaan harus bertanggungjawab terhadap semua kewajiban jikalau kewajiban tersebut akan dilaporkan pada masa yang akan datang. Ada empat teknik dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Melaporkan pendapatan dari pada kewajiban pada ketika kas diterima.
b) Gagal untuk menambah kewajiban kontigen.
c) Gagal untuk mengungkapkan komitmen dan kontinjensi.
d) Melakukan transaksi untuk menjaga Debt off the books.

6. Mengalihkan pendapatan yang sekarang ke periode yang akan datang.
Pendapatan harus dicatat pada periode di mana pendapatan ituditerima. Teknik dalam aturan ini ialah menciptakan cadangan untuk menggeser pendapatan penjualan pada periode selanjutnya. Pada kondisi ini terjadi karena:
a) Dilakukan dengan menunda penjualan.
b) Dilakukan untuk memperlancar pendapatan.
c) Adanya Smoothing income yang biasanya membawa kejutan tidak menyenangkan di masa yang akan datang.
d) Bersikap kritis terhadap perusahaan sukses yang memiliki cadangan besar.

7. Mengalihkan beban di masa yang akan datang ke periode sekarang.
Beban harus dibebankan terhadap pendapatan pada periode dimana manfaat tersebut diterima. Ada dua teknik dasar dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Percepatan beban diskresionari pada periode sekarang.
b) Melaporkan depresiasi atau amortisasi yang terjadi pada masa yang akan datang.

Transaksi Perusahaan Dagang - Secara garis besar, transaksi perusahaan dagang yang sering terjadi dibagi menjadi empat, ialah pembelian, pengeluaran kas, penjualan, dan penerimaan kas.


Pembelian

Transaksi pembelian hanya meliputi pembelian barang dagang an, ialah barang yang akan dijual kembali kepada pelanggan. Transaksi pembelian ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut.

1) Beban Angkut Pembelian
Beban angkut pembelian akan menambah nilai pembelian. Pencatatan pengeluaran untuk beban angkut bergantung pada syarat penyerahan barang yang telah disepakati. Syarat penyerahan barang yang biasa di guna kan, di antaranya FOB shipping point dan FOB destination point.

 transaksi perusahaan dagang yang sering terjadi dibagi menjadi empat Macam Transaksi Perusahaan Dagang


a) Free on Board Shipping Point/FOB Shipping Point
Berdasarkan syarat ini, pihak pembeli menanggung biaya angkut pengiriman barang dari gudang penjual hingga ke gudang pembeli.
b) Free on Board Destination Point/FOB Destination Point
Berdasarkan syarat ini, pihak penjual menanggung beban angkut pengiriman barang dari gudang penjual hingga ke gudang pembeli.

2) Potongan Tunai Pembelian
Potongan tunai pembelian akan mengurangi jumlah pem be li an. Perusahaan akan mendapatkan pecahan tunai pembeli an pada ketika membeli barang dagangan atau barang lainnya secara tunai atau membayar utang dagang sesuai dengan syarat pembayaran yang telah disepakati. Misalnya, syarat pemba yarannya 3/10, n/60. Angka 3 me nunjuk kan besarnya pecahan (dalam persen), 10 me nunjukkan lamanya waktu pembayaran yang mendapatkan pecahan semenjak tanggal terjadinya transaksi, dan n/60 menunjukkan jangka waktu pelunasan. Dengan demikian, syarat 3/10, n/60 berarti akan mendapat pecahan sebesar 3%, jikalau pem bayaran dilakukan dalam jangka waktu 10 hari atau kurang dari 10 hari semenjak terjadinya transaksi dan jangka waktu pelunasannya selama 60 hari.

3) Retur Pembelian dan Pengurangan Harga
Retur pembelian dan pengurangan harga akan mengurangi nilai pembelian barang dagangan. Transaksi retur pembelian dan pengurangan harga terjadi pada ketika barang yang dipesan tidak sesuai dengan pesanan. Jika ada barang yang tidak sesuai dengan pesanan atau rusak, perusahaan yang membeli dapat mengembalikan barang tersebut kepada penjual. Selanjutnya, transaksi tersebut dicatat dalam akun retur pembelian dan pengurangan harga.


Pengeluaran Kas

Jika waktu pembayaran sudah jatuh tempo, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah kas untuk melunasi utang tersebut. Selain itu, perusahaan juga akan mengeluarkan sejumlah kas untuk membeli barang dagangan dan membeli barang atau jasa lain secara tunai.


Penjualan

Transaksi penjualan hanya meliputi penjualan barang dagangan. Transaksi penjualan ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut.

1) Potongan Tunai Penjualan
Potongan tunai penjualan akan mengurangi jumlah penju al an. Perusahaan akan menunjukkan pecahan tunai penjualan pada ketika menjual barang dagangan secara tunai dengan syarat-syarat tertentu atau mendapatkan pelunasan piutang dagang sesuai dengan syarat pembayaran yang telah disepakati.

2) Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Retur penjualan dan pengurangan harga akan mengurangi nilai penjualan. Pengiriman barang dagangan tidak selamanya berjalan dengan baik. Barang dagangan mampu saja mengalami kerusakan dalam perjalanan atau tidak sesuai dengan yang di pesan sehingga mungkin saja pembeli me ngembalikan barang yang rusak tersebut dan perusahaan harus menerimanya.


Penerimaan Kas

Perusahaan akan mendapatkan sejumlah kas pada ketika pelanggan membayar utangnya kepada perusahaan dan menjual barang dagangan atau barang lainnya secara tunai. Perusahaan juga akan mendapatkan kas dari aktivitas lain di luar usaha pokok perusahaan. Misalnya, penerimaan kas dari pendapatan bunga. Transaksi-transaksi perusahaan dagang tersebut dapat di ringkas dalam bentuk Bagan 1.2 berikut.

 transaksi perusahaan dagang yang sering terjadi dibagi menjadi empat Macam Transaksi Perusahaan Dagang

Jurnal Khusus Perusahaan Dagang - (Special Journal) Transaksi perusahaan dagang secara garis besar terdiri atas transaksi pembelian, penjualan, penerimaan kas, dan pengeluaran kas. Transaksi-transaksi tersebut terjadi secara rutin atau berulangulang selama satu kurun akuntansi. Oleh sebab itu, pencatatan transaksi perusahaan dagang dilakukan dalam jurnal khusus. Namun, untuk transaksi yang jarang terjadi tetap dicatat dalam jurnal umum. Misalnya, transaksi pengembalian barang (retur) dan potongan.

Jurnal khusus ialah jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi yang terjadi berulang-ulang dan sejenis. Dalam jurnal khusus, setiap jenis transaksi dikelompokkan berdasarkan jenis transaksinya sehingga pencatatannya lebih mudah. Oleh sebab itu, tujuan peng gunaan jurnal khusus, di antaranya untuk memper mudah proses pencatatan transaksi dan mengurangi biaya yang harus dikeluar kan untuk mencatat transaksi tersebut. Sesuai dengan transaksi yang terjadi dalam perusahaan dagang, jurnal khusus dibagi menjadi empat, yaitu jurnal pembelian, jurnal penerimaan kas, jurnal penjualan, dan jurnal pengeluaran kas.


Jurnal Pembelian (Purchase Journal)

Jurnal pembelian ialah jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat pembelian barang dagangan atau aktiva lainnya secara kredit. Bentuk jurnal pembelian, yaitu sebagai berikut.

 Transaksi perusahaan dagang secara garis besar terdiri atas transaksi pembelian Jurnal Khusus Perusahaan Dagang



Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipt Journal)

Jurnal penerimaan kas ialah jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat semua penerimaan kas yang dilakukan per usahaan. Bentuk jurnal penerimaan kas, yaitu sebagai berikut.

 Transaksi perusahaan dagang secara garis besar terdiri atas transaksi pembelian Jurnal Khusus Perusahaan Dagang



Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Jurnal penjualan ialah jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat penjualan barang dagangan dan barang lain secara kredit. Bentuk jurnal penjualan, yaitu sebagai berikut.

 Transaksi perusahaan dagang secara garis besar terdiri atas transaksi pembelian Jurnal Khusus Perusahaan Dagang



Jurnal Pengeluaran Kas (Cash Payment Journal)

Jurnal pengeluaran kas ialah jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat semua pengeluaran kas. Bentuk jurnal penge luaran kas, yaitu sebagai berikut.

 Transaksi perusahaan dagang secara garis besar terdiri atas transaksi pembelian Jurnal Khusus Perusahaan Dagang


Pada perusahaan dagang, jurnal umum digunakan untuk men catat semua transaksi yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari keempat jurnal khusus tersebut. Misalnya, transaksi retur pembelian dan pengurangan harga serta retur penjualan dan pengurangan harga. Bentuk jurnal umum, sama menyerupai pada perusahaan jasa, yaitu sebagai berikut.

 Transaksi perusahaan dagang secara garis besar terdiri atas transaksi pembelian Jurnal Khusus Perusahaan Dagang

 Transaksi perusahaan dagang secara garis besar terdiri atas transaksi pembelian Jurnal Khusus Perusahaan Dagang


Banyaknya skandal pelaporan keuangan dan penyajian kembali laba dalam beberapa tahun terakhir telah menimbulkan banyak pertanyaan pada investor, apakah laba yang dilaporkan bisa bebas dari manipulasi manajemen. Investor telah memperluas fokus mereka untuk menyertakan Laporan Arus Kas khususnya bab yang menyoroti arus kas dari operasi (CFFO).

Investor mulai memendam kecurigaan perihal pelaporan keuangan perusahaan: bahwa administrasi sekarang memainkan trik untuk mencemari arus kas dari operasi. Sayangnya, kecurigaan ini dijalankan dengan baik. Investor tidak bisa lagi percaya bahwa administrasi akan melaporkan arus kas jujur dan tanpa kebijaksanaan. Untuk membantu investor menavigasi penipuan arus kas, Scilit’s telah mengidentifikasi empat Shenanigans Arus Kas (CF) berikut yang dapat menimbulkan kekeliruan dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas dari operasinya:
1. Cash Flows Shenanigans No 1: Mengalihkan Pembiayaan Arus Kas masuk pada Bagian Operasi.
2. Cash Flows Shenanigans No 2: Mengalihkan Arus Kas keluar operasi normal untuk Bagian Investasi.
3. Cash Flows Shenanigans No 3: Menggembungkan Operasi Arus Kas dengan menggunakan Akuisisi atau Pelepasan.
4. Cash Flows Shenanigans No.4: Meningkatkan Arus Kas Operasi dengan menggunakan kegiatan yang tidak berkelanjutan.

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar - Seluruh transaksi perusahaan dagang dicatat dalam jurnal khusus dan jurnal umum, baik dengan menggunakan sistem perpetual maupun sistem periodik. Selanjutnya, jurnal tersebut dipindah bukukan ke dalam buku besar. Buku besar (ledger) yaitu sekelompok akun/perkiraan yang digunakan oleh perusahaan. Buku besar berisi akun-akun yang ada dalam perusahaan beserta nilainya. Pemindahbukuan (posting), yaitu proses memindahkan jumlah yang terdapat dalam jurnal ke buku besar sesuai dengan akunnya masing-masing.

Selain buku besar, dalam proses akuntansi perusahaan dagang digunakan juga buku besar pembantu (subsidiary ledger). Buku besar pembantu memiliki kegunaan untuk mencatat perincian akun yang ada dalam buku besar. Buku besar pembantu, di antaranya buku besar pembantu utang dagang, buku besar pembantu piutang dagang, dan buku besar pembantu persediaan barang dagangan.

Langkah-langkah mem-posting jurnal khusus ke dalam buku besar, yaitu sebagai berikut.
a. Jumlahkan semua kolom yang ada dalam jurnal khusus, kecuali kolom serba-serbi.
b. Jumlahkan akun-akun yang sejenis yang ada pada kolom serbaserbi.
c. Buat buku besar untuk setiap akun yang ada dalam jurnal khusus.
d. Pindahkan jumlah yang ada dalam jurnal khusus ke setiap buku besar.
e. Jumlahkan setiap akun dalam buku besar. Bentuk akun buku besar dan buku besar pembantu bermacammacam, ada bentuk T, bentuk 2 kolom, bentuk 3 kolom, dan bentuk 4 kolom.

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar


Untuk kelengkapan data, posting jurnal ke buku besar menggunakan bentuk 4 kolom. Namun, melihat kemudahannya digunakan bentuk T. Contoh cara posting dari jurnal khusus ke buku besar bentuk T, yaitu sebagai berikut.

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar


Contoh Soal
Perusahaan Abadi Jaya selama Agustus 2007 melaksanakan transaksi sebagai berikut.
2 Agustus, dibeli barang dagangan dari PT Murni Rp3.000.000,00, dengan syarat pembayaran 5/10, n/30 dan bukti transaksi berupa faktur No. B801.
5 Agustus, dikeluarkan nota debet No. RB801 yang dilampirkan dengan bukti pengiriman barang yang rusak kepada PT Murni sebesar Rp300.000,00.
11 Agustus, dibayar utang dagang kepada PT Murni dengan cek No. PB801.
12 Agustus, dijual barang dagangan secara tunai kepada Toko Sejahtera sebesar Rp2.000.000,00 dengan bukti tran saksi No. JT801.
13 Agustus, dibeli perlengkapan kantor sebesar Rp280.000,00 secara tunai dari Toko Sejati dengan bukti transaksi No. BT801.
16 Agustus, dibeli barang dagangan dari PT Sari Jaya sebesar Rp5.000.000,00 dengan syarat pembayaran 5/10, n/30 dan bukti transaksi berupa faktur No. B802.
16 Agustus, dijual barang dagangan kepada Toko Melati sebesar Rp3.500.000,00 tunai dengan bukti transaksi No. JT802.
19 Agustus, dijual barang dagangan kepada Toko Sinar Abadi sebesar Rp2.000.000,00, syarat pembayaran 3/10, n/30 dengan bukti transaksi berupa faktur No. J801.
20 Agustus, diterima kembali barang dagangan dari Toko Sinar Abadi Rp250.000,00 alasannya yaitu ada barang yang rusak dengan bukti nota kredit No. RJ801.
21 Agustus, dibayar iklan sebesar Rp500.000,00 dan tagihan listrik sebesar Rp750.000,00 secara tunai.
22 Agustus, dijual barang dagangan kepada Toko Abadi sebesar Rp500.000,00 dengan bukti transaksi berupa faktur No. J802 dan syarat pembayaran 3/10, n/30.
30 Agustus, dibayar gaji pegawai sebesar Rp1.750.000,00.
31 Agustus, diterima cek dari Toko Sinar Abadi untuk pelunasan utangnya.

Berdasarkan transaksi Perusahaan Abadi Jaya tersebut, dibuat jurnal khusus. Kemudian, pada selesai bulan diakumulasi dan diposting ke buku besar umum dan buku besar pembantu.

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar


Setelah jurnal pengeluaran kas di-posting, akun utang dagang, perlengkapan kantor, beban iklan, beban listrik, gaji pegawai, kas, dan kepingan pembelian akan tampak ibarat berikut.

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar


Setelah jurnal umum di-posting, akun utang dagang, retur pembelian dan pengurangan harga, retur penjualan dan pengu rangan harga, serta piutang dagang akan tampak ibarat berikut.

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar Pemindahbukuan Jurnal Ke Buku Besar

Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang – pribadi saja kita bahas sebagai berikut.


Definisi Perusahaan Dagang

Perusahaan yaitu setiap bentuk usaha yang menjalankan usaha yang bersifat tetap, terus-menerus, didirikan, bekerja, dan berkedudukan di daerah tertentu dengan tujuan memperoleh laba atau keuntungan.

Tujuan setiap per usahaan, yaitu untuk memaksimalkan keuntungan yang dihasil kan. Keuntungan atau laba (profit) yaitu selisih antara jumlah yang diterima perusahaan atas penjualan barang atau jasa kepada pelanggan dari jumlah yang harus dike lu ar kan untuk meng hasilkan dan menjual barang atau jasa tersebut. Perusahaan dagang yaitu perusahaan yang membeli barang dagangan dari pemasok dan menjualnya kembali kepada pe langgan tanpa diproses terlebih dahulu atau tanpa diubah bentuknya. Bentuk perusahaan dagang, antara lain supermarket, penyalur atau distributor, retailer, dan pengecer.

Berdasarkan definisi perusahaan dagang, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri perusahaan dagang, yaitu sebagai berikut.
a. Perusahaan dagang membeli barang dagangan untuk dijual kembali kepada pelanggan.
b. Barang dagangan yang dibeli tidak diproses terlebih dahulu sebelum dijual kepada pelanggan.
c. Dalam menghasilkan pendapatan, dilakukan transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan.
d. Penjualan merupakan pendapatan untuk perusahaan dagang.
e. Biaya untuk memperoleh barang dagangan dilaporkan sebagai harga pokok penjualan.
f. Barang dagangan yang belum terjual disebut persediaan barang dagangan yang dilaporkan sebagai aktiva lancar dalam neraca.


 pribadi saja kita bahas sebagai berikut Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang



Transaksi Perusahaan Dagang

Secara garis besar, transaksi perusahaan dagang yang sering terjadi dibagi menjadi empat, yaitu pembelian, pengeluaran kas, penjualan, dan penerimaan kas.

a. Pembelian
Transaksi pembelian hanya meliputi pembelian barang dagang an, yaitu barang yang akan dijual kembali kepada pelanggan. Transaksi pembelian ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
1) Beban Angkut Pembelian
2) Potongan Tunai Pembelian
3) Retur Pembelian dan Pengurangan Harga

b. Pengeluaran Kas

c. Penjualan
Transaksi penjualan hanya meliputi penjualan barang dagangan. Transaksi penjualan ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
1) Potongan Tunai Penjualan
2) Retur Penjualan dan Pengurangan Harga

d. Penerimaan Kas

 pribadi saja kita bahas sebagai berikut Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang



Jurnal Khusus (Special Journal)

Transaksi perusahaan dagang secara garis besar terdiri atas transaksi pembelian, penjualan, penerimaan kas, dan pengeluaran kas. Transaksi-transaksi tersebut terjadi secara rutin atau berulangulang selama satu periode akuntansi. Oleh sebab itu, pencatatan transaksi perusahaan dagang dilakukan dalam jurnal khusus. Namun, untuk transaksi yang jarang terjadi tetap dicatat dalam jurnal umum. Misalnya, transaksi pengembalian barang (retur) dan potongan.

a. Jurnal Pembelian (Purchase Journal)
b. Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipt Journal)
c. Jurnal Penjualan (Sales Journal)
d. Jurnal Pengeluaran Kas (Cash Payment Journal)


Sistem Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang

Pencatatan transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan dapat dicatat dengan dua metode, yaitu sistem perpetual dan sistem periodik.

a. Sistem Perpetual (Perpetual System)
Pada sistem perpetual, pembelian dan penjualan barang dagangan dicatat pada akun persediaan barang dagangan (merchandise inventory) sehingga pergerakan barang dagangan selalu dicatat, baik yang tersedia untuk dijual maupun yang telah dijual.

b. Sistem Periodik (Periodic System)
Berbeda dengan sistem perpetual, pada sistem periodik pergerakan barang dagangan sepanjang periode akuntansi tidak dicatat. Pada simpulan periode, perusahaan harus menghitung per sediaan yang masih tersisa secara fisik untuk menentukan jumlah barang dagangan yang terjual dan tersisa. Berikut di sajikan bentuk ayat jurnal untuk kedua sistem pen catatan tersebut.

 pribadi saja kita bahas sebagai berikut Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang

 pribadi saja kita bahas sebagai berikut Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang


Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar

Seluruh transaksi perusahaan dagang dicatat dalam jurnal khusus dan jurnal umum, baik dengan menggunakan sistem perpetual maupun sistem periodik. Selanjutnya, jurnal tersebut dipindah bukukan ke dalam buku besar. Buku besar (ledger) yaitu sekelompok akun/perkiraan yang digunakan oleh perusahaan. Buku besar berisi akun-akun yang ada dalam perusahaan beserta nilainya. Pemindahbukuan (posting), yaitu proses memindahkan jumlah yang terdapat dalam jurnal ke buku besar sesuai dengan akunnya masing-masing.

Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) HPP Perusahaan Dagang - Beban yang paling utama yang harus dikeluarkan oleh per usahaan dagang, ialah harga pokok penjualan. Nilai yang ditunjukkan dalam akun harga pokok penjualan merupakan harga pokok barang dagangan yang dijual kepada pelanggan (harga beli barang dagangan tersebut).


Cara menghitung harga pokok penjualan, ialah sebagai berikut.



 Beban yang paling utama yang harus dikeluarkan oleh per usahaan dagang Harga Pokok Penjualan HPP

 Beban yang paling utama yang harus dikeluarkan oleh per usahaan dagang Harga Pokok Penjualan HPP


Neraca Saldo dan Neraca Lajur Perusahaan Dagang - Langsung saja kita bahas berdasar bahan berikut.


Neraca Saldo (Trial Balance)

Berdasarkan Bagan 1.1 perihal siklus akuntansi, langkah selanjutnya setelah dilakukan posting ke dalam buku besar, yaitu menyusun neraca saldo. Neraca saldo yaitu daftar saldo setiap akun yang ada dalam buku besar pada suatu waktu tertentu. Fungsi neraca saldo, di antaranya untuk mengambarkan keseim bangan jumlah debet dan kredit serta menguji kebenarannya.

Selain itu, neraca saldo memiliki kegunaan untuk melihat posisi aktiva, kewajiban, dan modal setelah posting ke buku besar dari setiap akun yang ada dalam sebuah perusahaan. Berdasarkan saldo-saldo buku besar Perusahaan Abadi Jaya, dapat disusun neraca saldo sebagai berikut.

Neraca Saldo dan Neraca Lajur Perusahaan Dagang Neraca Saldo dan Neraca Lajur Perusahaan Dagang




Neraca Lajur (Work Sheet)

Neraca lajur merupakan alat yang digunakan untuk me ngum pul kan data akuntansi serta mengikhtisarkan ayat jurnal penye suaian dan saldo akun untuk menyusun laporan keuangan. Neraca lajur bukan bab dari jurnal, buku besar, atau laporan keuangan. Neraca lajur hanya sebagai alat untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam buku Membuka Cakrawala Ekonomi untuk Kelas XI, bahwa neraca lajur dapat disusun dalam bentuk 6 kolom, 8 kolom, 10 kolom, dan 12 kolom.

Neraca Saldo dan Neraca Lajur Perusahaan Dagang Neraca Saldo dan Neraca Lajur Perusahaan Dagang


Neraca Saldo dan Neraca Lajur Perusahaan Dagang Neraca Saldo dan Neraca Lajur Perusahaan Dagang

Kolom-kolom yang ada dalam neraca saldo, di antaranya sebagai berikut.
a. Neraca Saldo
Neraca saldo terdiri atas kolom debet dan kredit. Kolom neraca saldo berisi nilai setiap akun pada final periode akuntansi (biasanya pada 31 Desember) yang dapat dilihat pada buku besar setiap akun.
b. Penyesuaian
Kolom penyesuaian terdiri atas kolom debet dan kredit. Penyesuaian dilakukan untuk menggambarkan ketepatan besarnya nilai setiap akun.
c. Neraca Saldo Disesuaikan
Neraca saldo diadaptasi disusun dengan cara meng gabungkan angka pada neraca saldo dan penyesuaian.
d. Laporan Laba/Rugi
Kolom laba/rugi berisi angka-angka yang termasuk akun nominal, yaitu akun pendapatan dan beban dari neraca saldo disesuaikan.
e. Neraca
Kolom neraca berisi angka-angka semua akun riil, yaitu aktiva, kewajiban, dan modal dari neraca saldo disesuaikan.


Sejauh ini kita telah membahas kejahatan yang investor umumnya dapat mengidentifikasi dengan hati-hati membaca angka-angka dalam laporan keuangan. Secara umum administrasi menghadapi beberapa pembatasan di bawah aturan akuntansi (disebut GAAP, atau prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum) perihal bagaimana menyajikan laporan keuangan kepada investor. Untuk memotong banyak pembatasan tersebut dan memakai spin positif, administrasi telah menjadi lebih aktif dan menipu dalam menciptakan dan memanipulasi kunci metrik non-GAAP untuk memberi kesan kepada investor. Kekeliruan pelaporan keuangan tersebut cenderung tidak benar menyoroti pertumbuhan yang besar lengan berkuasa dan konsisten serta sehat tidaknya perusahaan.

Profit akuntansi yakni hasil dari akuntansi akrual (dan subjek darimanipulasi). Oleh karena itu, harus melihat laporan arus kas dan laporan laba rugi bersama-sama.
Arus kas operasi, dapat ditinjau dengan:
a) Pengukuran kinerja operasi pada basis kas (laba bersih dilakukan pada basis akrual). Hal ini dengan mengabaikan penjualan yang disebabkan oleh tindak lanjut eksistensi uang. Selain itu juga dengan mengabaikan beban atas kepemilikan asset.
b) Pengukuran quality of earnings, dengan membandingkan CFFO dengan Net income. Jika Net Income positif, sedangkan CFFO negatif (tahun demi tahun) maka mampu disimpulkan terdapat masalah. Begitu pula jikalau CFFO lebih kecil dari Net income. Bagian ini merupakan perbandingan yang penting dalam pembentukan perusahaan yang penjualan, piutang dan persediaan umumnya tidak berfluktuasi dengan cepat.
c) Analisis arus kas dapat membantu dalam hal memprediksi kebangkrutan. Mungkin melihat CFFO negatif selama bertahun-tahun sedangkan pendapatan yang positif, mungkin hasil dari membludaknya piutang.

Jurnal Penyesuaian (Adjusting Entry) Perusahaan Dagang - digunakan untuk mencatat transaksi yang sudah terjadi, tetapi belum dicatat. Selain itu, digunakan juga untuk mencatat transaksi yang telah dicatat, tetapi memerlukan koreksi biar nilainya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jurnal penyesuaian, antara lain dibuat untuk hal-hal sebagai berikut.


Beban Dibayar Terlebih Dahulu (Beban Dibayar di Muka)
Saldo beban yang dibayar terlebih dahulu harus diubahsuaikan dengan keadaan sebenarnya. Misalnya, pada 1 Desember 2007 perusahaan membayar beban sewa untuk jangka waktu 6 bulan sebesar Rp1.200.000,00. Pada selesai tahun (31 Desember 2007), beban tersebut gres terpakai satu bulan. Dengan demikian, beban yang telah dibayar untuk 5 bulan harus dikoreksi sebab jumlah tersebut tidak mencerminkan keadaan beban perusahaan yang sebenarnya. Besarnya beban sewa dibayar di muka yang harus ada dalam jurnal dibuat berdasarkan garis waktu berikut.

 digunakan untuk mencatat transaksi yang sudah terjadi Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang


Jurnal adaptasi yang harus dibuat, yaitu sebagai berikut.
Sewa dibayar di muka Rp1.000.000,00 (D)
Beban sewa Rp1.000.000,00 (K)


Pendapatan yang Belum Direalisasi (Pendapatan Diterima di Muka)
Sama dengan beban dibayar di muka, pendapatan yang belum direalisasikan harus diubahsuaikan biar jumlah pendapatan yang tercantum dalam laporan laba/rugi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Misalnya, pada 1 November 2007 perusahaan me nerima pendapatan sewa untuk 1 tahun sebesar Rp3.600.000,00. Ayat jurnal adaptasi yang harus dibuat didasarkan pada garis waktu ialah sebagai berikut.

 digunakan untuk mencatat transaksi yang sudah terjadi Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang

 digunakan untuk mencatat transaksi yang sudah terjadi Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang



Beban yang Belum Dibayar
Berbeda dengan beban dibayar di muka, beban yang belum dibayar merupakan biaya yang akan dibayar pada periode yang akan datang. Misalnya, gaji karyawan dibayar setiap tanggal 3. Pada selesai periode (31 Desember) perusahaan belum membayar jasa yang diberikan karyawan terhitung mulai 4 Desember hingga 31 Desember sebab pembayaran akan dilakukan pada 4 bulan berikutnya sebesar Rp3.000.000,00. Dengan demikian, perusahaan memiliki utang kepada karyawan. Utang inilah yang harus dibuat jurnal penyesuaiannya. Jurnal penye suaian dapat dibuat berdasarkan garis waktu berikut.

 digunakan untuk mencatat transaksi yang sudah terjadi Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang



Pendapatan yang Belum Diterima
Pendapatan yang belum diterima merupakan pendapatan yang akan diterima pada periode yang akan datang. Misalnya, perusahaan mendapatkan pendapatan bunga setiap 1 April dan 1 Oktober sebesar Rp180.000,00. Jurnal adaptasi dibuat berdasarkan garis waktu berikut.

 digunakan untuk mencatat transaksi yang sudah terjadi Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang



Pemakaian Perlengkapan
Selama tahun berjalan, jumlah perlengkapan yang dibeli akan berkurang sebab pemakaian yang terus-menerus sehingga jumlah yang tercantum dalam neraca saldo tidak memperlihatkan jumlah yang sebenarnya. Oleh sebab itu, diharapkan jurnal adaptasi untuk mencatat jumlah pemakaian selama tahun biar jumlah perlengkapan yang ada sesuai dengan jumlah sebenarnya. Misal nya, pada 1 Januari 2007 terdapat perlengkapan sebesar Rp1.500.000,00. Selama tahun 2007 perusahaan membeli perlengkapan sebesar Rp12.500.000,00. Adapun jumlah perlengkapan pada 31 Desember sebesar Rp2.000.000,00. Jurnal adaptasi yang dibuat, yaitu sebagai berikut.

Beban perlengkapan Rp12.000.000,00 (D)
Perlengkapan Rp12.000.000,00 (K)


Penyusutan Aktiva Tetap
Biaya untuk memperoleh aktiva tetap merupakan beban untuk perusahaan. Biaya tersebut harus dialokasikan menjadi beban sesuai dengan lamanya waktu penggunaan aktiva (umur ekonomis aktiva). Misalnya, perusahaan membeli peralatan toko Rp20.000.000,00. Peralatan toko tersebut disusutkan 10% dari harga perolehan. Jurnal adaptasi yang harus dibuat untuk mengalokasi biaya tersebut, yaitu sebagai berikut.

Beban penyusutan peralatan toko Rp2.000.000,00 (D)
Akumulasi penyusutan peralatan toko Rp2.000.000,00 (K)


Persediaan Barang Dagangan
Persediaan barang dagangan yang harus disesuaikan, yaitu persediaan barang dagangan awal dan akhir.

a. Penyesuaian terhadap Saldo Persediaan Barang Dagangan Awal
Saldo persediaan barang dagangan awal merupakan per sediaan barang dagangan yang siap untuk dijual pada tahun yang bersangkutan. Pada selesai periode, jumlah tersebut tidak men cermin kan persediaan barang dagangan yang bekerjsama sebab jumlah persediaan awal barang dagangan kemung kinan besar telah habis dijual. Misalnya, terdapat persediaan barang dagangan awal sebesar Rp5.000.000,00. Jurnal adaptasi yang dibuat, yaitu sebagai berikut.

Ikhtisar laba/rugi Rp5.000.000,00 (D)
Persediaan barang dagangan Rp5.000.000,00 (K)

b. Penyesuaian terhadap Saldo Akhir Persediaan Barang Dagangan
Pada selesai periode akuntansi, jumlah persediaan barang dagang an yang ada di perusahaan dagang mengalami perubahan jawaban adanya pembelian dan penjualan barang dagangan. Oleh sebab itu, saldo persediaan barang dagangan pada selesai periode harus disesuaikan. Misalnya, terdapat data persediaan barang dagangan selesai sebesar Rp4.500.000,00. Jurnal adaptasi yang dibuat, yaitu sebagai berikut.

Persediaan barang dagangan Rp4.500.000,00 (D)
Ikhtisar laba/rugi Rp4.500.000,00 (K)

Selain menggunakan pendekatan ikhtisar laba/rugi, penye suaian persediaan barang dagangan juga dapat dicatat dengan pendekatan harga pokok penjualan. Penyesuaian dengan meng gunakan pendekatan harga pokok penjualan, meliputi akun persediaan barang dagangan awal, pembelian, beban angkut pembelian, retur pembelian dan pengurangan harga, pecahan pembelian, dan persediaan barang dagangan akhir.
1) Ayat Jurnal Penyesuaian untuk Persediaan Barang Dagangan Awal
Harga pokok penjualan Rpxxxx (D)
Persediaan barang dagangan Rpxxxx (K)
2) Ayat Jurnal Penyesuaian untuk Pembelian
Harga pokok penjualan Rpxxxx (D)
Pembelian Rpxxxx (K)
3) Ayat Jurnal Penyesuaian untuk Beban Angkut Pembelian
Harga pokok penjualan Rpxxxx (D)
Beban angkut pembelian Rpxxxx (k)
4) Ayat Jurnal Penyesuaian untuk Retur Pembelian dan Pengurangan Harga
Retur pembelian dan pengurangan harga Rpxxxx (D)
Harga pokok penjualan Rpxxxx (K)
5) Ayat Jurnal Penyesuaian untuk Potongan Pembelian
Potongan tunai pembelian Rpxxxx (D)
Harga pokok penjualan Rpxxxx (K)
6) Ayat Jurnal Penyesuaian untuk Persediaan Barang Dagangan Akhir
Persediaan barang dagangan Rpxxxx (D)
Harga pokok penjualan Rpxxxx (K)

Jurnal Penutup (Closing Entry) - Pada Bab 1, telah dibahas Siklus untuk Perusahaan Dagang mulai dari pencatatan, posting jurnal ke buku besar, membuat neraca saldo, neraca lajur, jurnal penyesuaian, dan laporan keuangan. Apakah setelah laporan keuangan disusun, siklus akuntansi sudah selesai? Jawabannya belum alasannya masih harus dilakukan tahap penutup an siklus akuntansi perusahaan dagang dengan membuat jurnal penutup.

Ayat jurnal penutup (closing journal entry) yaitu ayat jurnal yang digunakan untuk meng hilang kan saldo akun sementara semoga dapat digunakan untuk transaksi akuntansi periode berikutnya. Akun pendapatan dan beban merupakan akun sementara. Oleh alasannya itu, pada simpulan periode nilai kedua akun tersebut harus dijadikan nol. Pengambilan langsung (prive) juga merupakan akun sementara yang harus ditutup pada simpulan periode.

Jurnal penutup untuk akun sementara, yaitu sebagai berikut.



Menutup Seluruh Akun Pendapatan
Pendapatan utama perusahaan dagang diperoleh dari pen jualan. Oleh alasannya itu, akun penjualan ditutup dengan mendebet akun penjualan dan mengkredit akun ikhtisar laba/rugi. Jurnal penutup yang dibuat untuk memindahkan akun pengurang pen jualan, yaitu sebagai berikut.

Penjualan Rpxxxxx (D)
Retur penjualan dan pengurangan harga Rpxxxxx (K)
Potongan penjualan Rpxxxxx (K)

Adapun jurnal untuk menutup penjualan bersih, yaitu sebagai berikut.
Penjualan Rpxxxxx (D)
Ikhtisar laba/rugi Rpxxxxx (K)


Menutup Seluruh Akun Beban
Pembelian termasuk beban utama yang dikeluarkan perusahaan dagang untuk memperoleh barang dagangan. Oleh alasannya itu, pembelian atau harga pokok penjualan ditutup ke akun ikhtisar laba/ rugi. Jurnal untuk memindahkan akun pengurang dan penambah pembelian, yaitu sebagai berikut.

Retur pembelian dan pengurangan harga Rpxxxxx (D)
Potongan pembelian Rpxxxxx (D)
Pembelian Rpxxxxx (K)
Pembelian Rpxxxxx (D)
Beban angkut pembelian Rpxxxxx (K)

Adapun jurnal untuk menutup pembelian bersih, yaitu sebagai berikut.
Ikhtisar laba/rugi Rpxxxxx (D)
Pembelian Rpxxxxx (K)

Akun beban operasional lainnya ditutup dengan cara mengkreditkan jumlah beban yang ada dalam laporan laba/rugi alasannya saldo normal akun beban di sebelah debet. Sebaiknya diurutkan dari nilai beban terbesar hingga nilai beban terkecil. Jurnal penutup yang dibuat, yaitu sebagai berikut.

Ikhtisar laba/rugi Rpxxxxx (D)
Beban gaji Rpxxxxx (K)
Beban bunga Rpxxxxx (K)
Beban asuransi Rpxxxxx (K)


Menutup Laba atau Rugi
Selisih antara ikhtisar laba/rugi sisi debet dan sisi kredit ditutup ke akun modal. Jika selisih ikhtisar laba/rugi di sebelah debet, berarti perusahaan memperoleh laba. Jurnal penutup yang dibuat, yaitu sebagai berikut.

Ikhtisar laba/rugi Rpxxxxx (D)
Modal Rpxxxxx (K)

Jika selisih ikhtisar laba/rugi di sebelah kredit, berarti perusahaan menderita kerugian. Jurnal penutup yang dibuat, yaitu sebagai berikut.

Modal Rpxxxxx (D)
Ikhtisar laba/rugi Rpxxxxx (K)


Menutup Akun Pengambilan Pribadi (Prive)
Pengambilan langsung bersaldo normal di sebelah debet. Oleh alasannya itu, penutupan dibuat dengan mengkreditkan akun tersebut menyerupai berikut.

Modal Rpxxxxx (D)
Pengambilan langsung (prive) Rpxxxxx (K)

Jika jurnal penutup telah dibuat, akun-akun yang dibuatkan jurnal penutup akan memiliki saldo yang berbeda dengan jumlah sebelum jurnal penutup, yaitu memiliki saldo nol. Oleh alasannya itu, perubahan yang diakibatkan jurnal penutup tersebut harus di-posting ke buku besar. Cara mem-posting jurnal penutup sama dengan cara mem-posting jurnal khusus ke buku besar atau mem-posting jurnal umum ke buku besar, yaitu menyerupai berikut.

 telah dibahas Siklus  untuk Perusahaan Dagang mulai dari pencatatan Jurnal Penutup


Jurnal penutup untuk kasus Perusahaan Surya Sejati, yaitu sebagai berikut.

 telah dibahas Siklus  untuk Perusahaan Dagang mulai dari pencatatan Jurnal Penutup

 telah dibahas Siklus  untuk Perusahaan Dagang mulai dari pencatatan Jurnal Penutup

Menggunakan Pendekatan Holistik untuk Mendeteksi Shenanigans Pentingnya "Checks and Balances"

Jelas, tidak semua perusahaan menggunakan trik pelaporan kepada investor. Memang, kami percaya bahwa sebagian besar perusahaan melaporkan kondisi perusahaannya dengan jujur. Namun demikian, investor harus selalu waspada dan aktif mencari tanda-tanda peringatan dari masalah, alasannya yakni shenanigans terjadi dengan frekuensi yang cukup signifikan jikalau dibiarkan tidak terdeteksi.

Perusahaan dengan kelemahan struktural atau pengawasan yang tidak memadai menunjukkan lahan subur bagi shenanigans.

Investor harus menyelidiki tata kelola perusahaan dan pengawasan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dasar:
1. Apakah checks and balances yang sempurna ada di antara direktur senior daapat memadamkan kejahatan korporat?
2. Apakah anggota luar dewan memainkan tugas yang berarti dalam melindungi investor dari sifat serakah, sesat, atau administrasi yang tidak kompeten?
3. Apakah auditor memiliki kemandirian, pengetahuan, dan tekad untuk melindungi investor ketika administrasi bertindak tidak tepat?
4. Apakah perusahaan benar mengambil langkah memutar untuk menghindari pengawasan peraturan?

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.