Saran saya :
Sebaiknya diperiksa dengan teliti. Ketahui dengan pasti, yang mana yang benar ?, apakah invoice-nya memang USD 121,000.00 atau Piutangnya memang hanya sebesar USD 110,000.00 saja ?. Jika piutangnya memang hanya USD 110,000 saja berarti invoice-nya salah.
Catatan : pembayaran PPN-nya mengapa sangat kecil ?, kalaupun misal piutangnya memang hanya USD 110,000 saja, pun utang PPN-nya mestinya masih lebih besar dibandingkan dengan pembayaran PPN-nya.
Jika ada ralat, silahkan tanyakan kembali.
Goodluck.
Putra
[Step-3]. Bandingkan antara “Total Fisik Uang” dengan “Saldo Petty Cash Log”
Jika tidak sama ;
Lakukan Penelusuran dengan cara melaksanakan step mundur dari penghitungan fisik uang hingga ke bukti transaksi, hingga perbedaan ditemukan :
Fisik uang salah -->> perbaiki entry fisik uang
Fisik uang benar -->> Check petty Cash Log
Entry pada petty cash log salah -->> Perbaiki Petty Cash Log Entry
Entry pada petty cash log benar -->> Telusuri Bukti Transaksi
Bukti Transaksi Kurang -->> Cari Bukti Transaksi
Bukti Transaksi Lengkap -->> Catat selisih (variance) yang terjadi
Jika sudah sama ;
Lanjutkan ke sesi ke-3 di bawah ini.
C. Membuat Laporan Rekonsiliasi Petty Cash
Buat Laporan Rekonsiliasi Petty Cash Seperti di bawah :
Cara menciptakan Laporannya :
Kolom “Date” : Masukkan tanggal rekonsiliasi
Kolom “Expected Starting Balance” : Masukkan nilai “Actual Ending Balance” tanggal sebelumnya (lebih mudah masukkan formula).
Kolom “ Actual Starting Balance” : Masukkan Laporan Fisik Uang pada pembukaan petty cash (awal jam kerja)
Kolom “Variance” : buat formula “Expected Starting Balance” [dikurangi] “Actual Starting Balance”.
Ketiga Kolom di atas di isi ketika rekonsiliasi pagi hari (pembukaan petty cash)
Kolom berikutnya dikerjakan ketika penutupan petty cash :
Kolom “Cash Activities” : ketik manual mutasi cash yang ada di petty cash log untuk hari itu.
Kolom “Expected Balance” : buat formula “Actual Starting Balance” [ditambah] “Cash Activities”
Kolom “Actual Ending Balance” : masukkan total fisik uang dari laporan fisik uang.
Kolom “ Variance” : masukkan formula "Actual Ending balance” [dikurangi] “Expected Ending Balance” .
Catatan : Untuk setiap variance yang muncul, selalu lakukan penelusuran kebelakang, kalau tidak ditemukan, maka variance harus dilaporkan kepada atasannya untuk dilakukan adjustment.
Mengapa pencatatan yang pertama dikatakan masuk akal dan pencatatan yang dibawahnya dikatakan tidak masuk akal ?.
Jawabannya ialah Matching Principles, yaitu : Pengeluaran hendaknya diakui pada periode kapan potensi pendapatan akan diperoleh atas pengeluaran tersebut.
Dalam masalah di atas, kalau yang dilakukan ialah pencatatan menyerupai pada pencatatan yang kedua, maka : pada ketika penutupan buku (31 Desember 2007), akan nampak beban yang begitu tinggi, bahkan sangat mungkin PT. XYZ kelihatan seperti mengalami kerugian yang besar akhir pembebanan : Shipping Cost, Insurance Cost, Import Duty, Import Tax, Trucking & Installation Cost dengan SEKALIGUS. Sementara mesin belum berproduksi, belum menghasilkan outpun samasekali. Diperiode-periode berikutnya (2008, 2009, 2010 hingga mesin tersebut ditarik dari penggunaan) akan nampak keuntungan yang tinggi, akhir semua pengeluaran tersebut telah dibebankan sekaligus ketika pembelian.
Akan menjadi masuk akal apabila, semua pengeluaran-pengeluaran tersebut dikapitalisasi ( diakui sebagai perolehan) untuk kemudian dibebankan secara gradual selaras dengan penggunaan mesin tersebut (utilization), yaitu dengan cara menyusutkannya (depreciating).
B. AKTIVA TETAP DIBELI DENGAN MENCICIL
Perolehan aktiva dengan pembayaran dicicil, tentu pengeluaran kas tidak akan terjadi sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit sesuai dengan janji dengan kreditur (Bank). Lain daripada itu, tentu akan ada bunga yang harus ditanggung.
Contoh Kasus :
PT. XYZ membeli sebidang tanah untuk daerah perjuangan seluas 1 Ha seharga Rp 1,900,000,000,-, dengan sistem pembayaran sebagai berikut :
Pembayaran pertama ialah sebesar Rp 900,000,000,- sedangkan sisanya dicicil sebanyak 10 kali selama 10 Tahun. Atas Pokok cicilan dikenakan BUNGA TETAP 18% pertahun.
Maka Transaksi ini, dicatat (dijurnal) sebagai berikut :
Bagaimana kalau dengan bunga menurun ?.
Maka transaksinya dicatat sebagai berikut :
Pendapatan Bunga Jasa Giro merupakan “Pendapatan Yang Telah Dikenakan Pajak Final”, dimana pendapatan ini tidak akan dikenakan pajak lagi alasannya yaitu bank telah memungut pajak atas pendapatan tersebut, sehingga khusus pada “Laporan Laba/Rugi Fiskal”, Pendapatan Bunga Jasa Giro merupakan koreksi fiskal negative, artinya: Pendapatan Kena Pajak menjadi berkurang akhir adanya Pendapatan bunga jasa giro. Pada Laporan Laba Rugi Fiskal akan nampak sebagai berikut :
TIPS : Agar Biaya Bank Tetap Terkendali
Untuk perusahaan bersekala kecil yang menggunakan jasa perbankan dalam volume yang sedikit tentu biaya bank tidaklah material. Akan tetapi untuk perusahaan bersekala besar yang menggunakan lalulintas pembayaran (pengeluaran/pemasukan) dana melalui bank dalam volume besar, biaya bank menjadi material, sehingga tidak ada alasan bagi pengelola keuangan perusahaan untuk tidak melaksanakan pengendalian yang memadai atas biaya bank.
Membina kekerabatan yang baik secara jangka panjang dengan institusi keuangan yaitu prudent, tetapi melaksanakan pengawasan yang besar lengan berkuasa terhadap biaya bank yaitu keharusan.
Ada 2 hal yang mampu dilakukan supaya biaya bank tetap terkendali ;
1). Pastikan pihak administrasi bank mengetahui bahwa perusahaan anda akan melaksanakan annual review (penilaian tahunan) atas jasa perbankan yang disediakan, dan biaya bank yang competitive yaitu salah satu “goal utama” perusahaan yang anda kelola. Pesan tersebut akan mengirimkan dua sinyal penting kepada administrasi bank :
(a). Anda yaitu manajer keuangan yang ketat dan prudent
(b). Manajemen bank sebaiknya berpikir dua kali sebelum melaksanakan kenaikan atas biaya bank yang akan dikenakan, atau menyelipkan biaya biaya gres atas jasa perbankan yang disediakan.
2). Selalu pertanyakan secara serius kepada pihak bank untuk setiap biaya bank yang dikenakan, dan minta penjelasan mengapa biaya tersebut dikenakan. Dengan informasi terperinci dari pihak bank, mungkin anda akan menemukan beberapa biaya-biaya bank yang dikenakan yaitu atas jasa perbankan yang tidak anda butuhkan atau bahkan tidak pernah anda pakai sama sekali.
Dapat kita lihat bahwa :
Setelah pengeluaran overhaul di kapitalisasi sebesar Rp 7,000,000 dengan cara mendebit rekening Akumulasi penyusutan sebesar Rp 7,000,000, maka :
Akumulasi Penyusutan berkurang sebesar Rp 7,000,000, sehingga Akumulasi Penyusutan sesudah overhaul yaitu Rp 8,750,000 – Rp 7,000,000 = Rp 1,750,000
Nilai Buku menjadi Rp 10,000,000 – Rp 1,750,000 = Rp 8,250,000Penyusutan yang
Dapat dibebankan pada tahun ke-8 ini yaitu sebesar Rp 8,250,000 : 7 = Rp 1,178,571 (angka 7 yaitu umur hemat sesudah overhaul, ingat : “setelah overhaul diperkirakan mesin akan tetap produktif hingga 7 tahun ke depan”).
Nilai Buku tutup tahun ke-8 ini pun menjadi sanggup kita hitung, yaitu : Rp 8,250,000 – Rp 1,178,571,- = Rp 7,071,429,-
Faktor-faktor Lain yang Perlu Dipertimbangkan
In term to determine whether the expenditure supposed to be treaten as an expense or to be capitalized, using all the above approach is simply not enough :-), seems that we need another terminology…
Misalnya : terjadi penggantian salah satu komponen (dalam pola di atas penggantian mouse untuk sebuah unit PC ), penggantian komponen seharusnya di kapitalisasi, tetapi mau dikapitalisasi juga nilainya koq kecil, harga mouse cuma Rp 35,000,- sementara harga satu unit computer standar (termasuk mouse tentunya) mungkin antara Rp 4,000,000 s/d. Rp 5,000,000,- .
Yup….. kita perlu pendekatan lain untuk melengkapinya.
Berikut yaitu faktor-faktor yang PERLU dipertimbangkan untuk mendeterminasi apakah suatu pengeluaraan di masa penggunaan aktiva “dibebankan atau di kapitalisasi” :
1. Tingkat Keseringan
Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin (repetitive), sebaiknya pengeluaran tersebut dibiayakan saja, and vice versa…
2. Metrialitas
Jika pengeluaran tersebut sifatnya material, maka sebaiknya dikapitalisasi, kalau tidak berarti di bebankan (silahkan diukur dengan membandingkan antara pengeluaran yang terjadi dengan harga perolehan aktiva-nya).
3. Lama Manfaat
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan memperlihatkan manfaat lebih dari satu tahun buku, maka sebaiknya di kapitalisasi, kalau hanya satu tahun buku atau kurang, sebaiknya dibebankan diperiode yang sama saja.
4. Pengaruhnya terhadap Umur Ekonomis atau kapasitas
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan menambah umur hemat atau meningkatkan kapasitas,maka sebaiknya di kapitalisasi. Demikian sebaliknya.
Mudah-mudahan suplemen pertimbangan di atas merupakan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan yang sengaja saya tunda di awal artikel :-)
Sepertinya gres satu sub-pokok bahasan saja, sudah begitu panjang. Terpaksa pembahasan mengenai penyusutan (depereciation) kita bahas di postingan berikutnya. Mudah-mudahan sabar menunggu ya :-).
Sebagai obat atas pemenggalan ini, saya berikan satu renungan, yang mungkin berguna…..
Sebagai seorang book keeper tentu menginginkan perlakuan akuntansi yang sangat precisely… Tapi, perlu diingat “Accounting Is Not A Law”, so… tidak ada istilah benar atau salah dalam perlakuan akuntansi…. Yang ada yaitu “Appropriate or In-appropriate” (wajar atau tak wajar). Yang menjadi main priority dari perlakuan akuntansi yaitu PENGGUNA (the user).
Maka dari itu, setiap kali melaksanakan evaluasi (pengukuran/penghitungan), ratifikasi (pencatatan) maupun pelaporan (disclosure), instead of thinking about correct or not correct, try to think about :
- Will the user be able to read (hence to understand) the report ?
- Will this journal entry potentially lead the user to a bias interpretation or not ?
- Is this transaction potentially an erroneous or fraud ?
- Are you comfortable with the number and they way you record it ?.
Jika semua pertanyaan-pertanyaan tersebut sanggup anda jawab tanpa keraguan, maka anda tidak perlu ragu lagi. Lets do it and get it done !.