January 2018

Account Assistant Account Officer Account Payable Account Receivable Accounting Accounting Case Study Accounting Certification Accounting Contest Accounting For Manager Accounting Manager Accounting Software Acquisition Admin Administrasi administrative assistant Administrator Advance accounting Aktiva Tetap Akuisisi Akun Akuntan Privat Akuntan Publik AKUNTAN. Akuntansi Akuntansi Biaya Akuntansi Dasar Akuntansi Management Akuntansi Manajemen Dan Biaya Akuntansi Pajak Akuntansi Perusahaan Dagang Akuntansi Perusahaan Jasa Akuntansi Syariah Akuntansi Translasi Akunting Analisis Transaksi Announcement Aplikasi Akuntansi archiving ARTICLES ARTIKEL Asumsi dasar Akuntansi Asuransi Aturan Pencatatan Akuntansi Audit Audit Kinerja Auditing Balance sheet Bank Basic Accounting Bea Cukai Bea Masuk Bidang Akuntansi Bukti Transaksi Buku Besar Calculator Capital Cara Pencatatan Akuntansi Career Cash Cash Flow Cat Certification Checker Checker Gudang COGS Collection Contest Corporate Social Responsibility (CSR) Cost Cost Analysis CPA CPA EXAM Credit Credit Policy Current Asset Custom Custom Clearence Dasar Akuntansi Data Debit Kredit Discount Diskon Distributor Dyeing Ekspor Engineering Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Example Expense Export - Import FASB Finance FINANCIAL Financial Advisor Financial Control Finansial Foreign Exchange Rate Form FRAUD Free Download Freebies Fungsi Akuntansi GAAP GAJI Garansi Gift Goodwill Gudang Harga Pokok Penjualan Hotel HPP HRD IFRS Impor Import Import Duty Informasi Akuntansi International Accounting Investasi IT Jasa Jasa Konstruksi Job Vacant JUDUL SKRIPSI AKUNTANSI TERBARU Jurnal Khusus Jurnal Pembalik Jurnal Pembalik Dagang Jurnal Penutup Jurnal Penutup Dagang Jurnal Penyesuaian Jurnal Umum Kas Kas Bank Kas Kecil Kasus Akuntansi Kasus Legal Kasus Pajak Kepala Rekrutment Kertas Kerja Keuangan Knitting Komentar Komputer Konsolidasi Konstruksi Konsultan Laba-Rugi Laboratorium Lain-lain lainnya LANDING COST Laporan akuntansi Laporan Arus Kas Laporan Keuangan Laporan Keuangan Dagang Laporan Keuangan Jasa Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Modal laporan Rugi Laba Layanan Konsumen Lean Accounting Lean Concept Lean Manufacturing Legal Logistik Lowongan Kerja Accounting MA Accounting Macam Transaksi Dagang Management Management Accounting Manager Manajemen Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan Manajemen Stratejik Manajer Manajer Administrasi Manfaat Akuntansi Manufaktur Marketing Matching Color Mekanisme Debit Mekanisme Kredit Mencatat Transaksi Merger metode fifo dan lifo Mid Level Miscellaneous Modal Neraca Neraca Lajur Neraca Saldo Neraca Saldo Setelah Penutupan Nerasa Saldo Office Operator Operator Produksi Paint PAJAK pajak pusat.pajak daerah(provinsi dan kabupaten) payroll Pelaporan Korporate Pemasaran Pembelian Pemberitahuan Pemindahbukuan Jurnal Pencatatan Perusahaan Dagang Pendapatan Pengakuan Pendapatan Pengarsipan Pengendalian Pengendalian Keuangan Pengertian Akuntansi PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN pengertian pajak PENGERTIAN PSAK PENGGELAPAN Pengguna Akuntansi Pengkodean Akun Penjualan Perbankan Perlakuan akuntansi Perpajakan Persamaan Dasar Akun Petty Cash Piutang Posting Buku Besar PPH PASAL 21 PPh Pasal 22 PPh Pasal 26 PPn PPn Import Prefesi Akuntansi Prinsip Akuntansi PRINSIP DASAR AKUNTANSI Produksi Profesi Akuntansi Professi Akuntan Profit-Lost Proses Akuntansi Proyek PSAK PSAK TERBARU PURCHASE Purchasing QA QC Quality Assurance Quality Control Quiz Rabat Rajut rangkuman Rebate Recruitment Recruitment Head Rekrutment Retail Retur Return Revenue Review Saldo Normal Sales Sales Representative Sejarah Akuntansi SERIE ARTIKEL Sertifikasi Shareholder Shipping Agent Shipping Charge siklus akuntansi Silus Akuntansi Dagang Sistem sistem akuntansi Sistem Informasi Sistem Informasi & Pengendalian Internal Soal dan Jawaban CPA SPI Spreadsheet Accounting Spreadsheet Gratis Staff Struktur Dasar Akuntansi Supervisor system pengendalian system pengendalian gaji Tax Taxation Teknik Tekstil Template Teori-teori Akuntansi Tinta Tip n Tricks TIPS AND TRICKS Tools Top Level Transaksi Keuangan Tutup Buku Ujian CPA UPAH update situs USAP Utilities Video Tutor Warehouse Warna warranty What Is New

 rasanya penjualan dengan credit sudah menjadi keharusan PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG (AR)Di dunia perdagangan khususnya (bisnis secara luas) yang begitu competitive cerdik balig cukup akal ini, rasanya penjualan dengan credit sudah menjadi keharusan. Jika tidak, mungkin pelanggan (terlebih-lebih) calon pelanggan akan menentukan membeli dari competitor (pesaing) kita. Menyediakan kemudahan credit kepada customer sudah merupakan keharusan. Trend penjualan dengan cara credit (pembayaran di masa yang akan datang) menjadikan beberapa issue (masalah) baik dalam operasional maupun administrative-nya (pencatatan). Bagaimana menggolongkan Piutang (Account Receivable)?, Bagaimana accounting treatment atas receivable (piutang)? apa saja dilema (issue) yang biasa timbul di dalam piutang? Bagaimana melaksanakan control (pengendalian) atas piutang? Bagimana jikalau piutang sulit ditagih? Akan dibahas di posting ini dan serie-nya.


Yang menjadi concern kita di accounting tentu sisi adminstratif-nya (perlakuannya). Mulai dari cara menentukan besarnya piutang (measuring), pengukuhan (recognizing), pengelompokan (classifying) dan pelporannya (reporting/disclosure).

Sedangkan bagi mereka yang berada di bab keuangan (financial) atau yang mengendalikan kedua-duanya, maka penentuan a syncronized credit policy with sales force, sekaligus meminimalisasi piutang tak tertagih (bad debt) ialah kiprah utama yang hanya akan terealisasi dengan baik jikalau didukung oleh manajemen yang akurat dan sempurna waktu.

Kita akan mulai bahas topic ini satu persatu…..mudah-mudahan saya berkesempatan (bisa atur schedule) biar dapat mempostingnya secara lengkap mulai dari administrative-nya (accounting treatment), credit policy, account receivable control (pengendalian piutang), sampai how to deal with bad debitor, bagaimana menghadapi penghutang yang susah ditagih, dengan mengedepankan professionalisme yang akan tetap menjaga gambaran perusahaan di waktu yang sama.

Saya akan mulai dengan “how to classify receivables” bagaimana mengklasifikasikan piutang (yang pada prakteknya berdasarkan saya masih rada simpang siur).

Sering kita mengalami keraguan dalam mengelompokkan piutang. Banyak istilah yang terkadang tumpang tindih dan cenderung tidak beraturan, terutama di perusahaan-perusahaan gres yang system-nya belum tersusun dengan baik. Bisa dimengerti, alasannya ialah perjuangan kecil (terlebih-lebih yang gres merintis) sudah niscaya mengarahkan semua focus dan sumberdayanya untuk business development development, sedangkan sisi administrative masih di perioritas setelahnya, alasannya ialah keterbatasan sumberdaya manusianya (sebagai konsekwensi dari capital yang kecil juga tentunya).

Sering kita melihat neraca yang mengandung dua jenis piutang: Piutang Dagang dan Piutang Usaha. Apa beda antara kedua jenis piutang ini? Apakah pengelompokkan ini sudah baik?

Kadang ada juga yang melaporkan adanya unsur Piutang Wesel (Notes Receiavble) di Neraca. Jenis piutang apa itu? Apa bedanya dengan jenis piutang yang lainnya?

Tidak jarang juga kita menemukan laporan keuangan (dalam hal ini mereca/balance sheet) yang tidak membedakan jenis-jenis piutang ini secara terpisah, melainkan disebutkan menjadi satu saja yaitu: Account Receivable (AR) atau Piutang saja. Mengapa?

Baca selengkapnya di…[[Account Receivable – Perlakuan Akuntansi Piutang]]

Berapa besarnya piutang yang dilaporkan?, bagaimana jikalau piutang sulit ditagih atau bahkan gagal ditagih? Kapan suatu piutang dinyatakan sebagai piutang tak tertagih (bad debt)? Apa antisipasinya? Apa itu cadangan kerugian piutang (doubtful receivable allowance) dan bagaimana menentukan besarnya? Bagaimana membersihkannya? Bagaimana mekanisme abolisi piutang (writte-off)?, kapan suatu account receivable boleh di writte-off? How to control (melakukan pengendalian) receivable? Ikuti kelanjutan serie ini, jadilah member di: Accounting, Financial, Taxation yang baru.



Rantai nilai perusahaan mengidentifikasi kegiatan utama yang menciptakan nilaipelanggan dan terkait dengan kegiatan penunjang. Tujuan utama analisi rantai nilai adalah untuk memfasilitasi perbandingan, aktivitas-aktivitas, bagaiman efektif danefisien sebuah perusahaan menunjukkan nilai kepada pelanggan, relatif terhadap pesaingnya. Ada kekerabatan dekat antara kegiatan penciptaan nilai bahwa kegiatan perusahaan dan sumber daya dan kemampuan. Ada juga kekerabatan dinamis antara kegiatan perusahaan dan sumber daya dan kemampuan. Kegiatan penciptaan nilai lebih dari sekedar perwujudan dari sumber daya atau kemampuan potensi itu. 

Kondisi perusahaan yang tidak efisien dapat menjadikan biaya perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pesaing hal ini menjadikan kerawanan pada perusahaan yang bersangkutan sebab memperlemah daya saingnya. Maka biaya perusahaan harus diupayakan kompetitif dibandingkan dengan para pesaingnya. Disparitas biaya dapat terjadi mulai dari hal –hal yang kecil hingga yang signifikan diantaranya :
a.              Biaya materi baku, suku cadang dan energy
b.             Usia pabrik dan peralatan serta basic technology yang digunakan
c.              Biaya produksi, marketing, penjualan dan promosi

Dalam melaksanakan efisiensi perusahaan, tidak boleh dikorbankan mutu produk atau jasa, sebab hal itu akan besar lengan berkuasa negatif terhadap kepuasan konsumen. Demikian pula efisiensi biaya perusahaan tidak boleh dilakukan dengan memangkas anggaran R&D secara signifikan sebab hal itu akan menjadikan perusahaan kehilangan prospek penjualan di masa depan.

Pilihan Strategis untuk Memperbaiki kelemahan Biaya atau Nilai Kerugian ; Hasil analisis rantai nilai dan benchmarking dapat mengungkapkan biaya atau nilai kerugian relatif terhadap tentangan utama. Informasi tersebut sangat penting dalam menyusun langkah strategis untuk menghilangkan kelemahan tersebut dan meningkatkan profitabilitas. Sumber- sumber Informasi Benchmarking :
a.              Laporan, aliansi perdagangan, analisis dan pelanggan
b.             Kunjungan ke perusahaan ( benchmark )
c.              Data dari perusahaan konsultan

 free tool ahad ini telah di posting di  Lupa Password File Accounting? - Free Tool
Lupa password file accounting anda? Jangan khawatir, free tool ahad ini telah di posting di Accounting, Financial, Taxation yang baru. Sebuah tool yang dapat membuka document (Excel, Word, dan dokumen lain berbasis Ms Office). Seperti biasa, ada tips-nya juga, yaitu: Bagimana caranya membuat password dan menyimpannya dengan cara yang pintar.


Download filenya, di un-pack, lalu install. Kini anda tidak perlu khawatir lagi jikalau anda lupa dengan password pada salah satu file anda. Yang tertarik silahkan kunjungi dan unduh di Accounting Financial Taxation (Pembuka Password File Accounting-Free Tool) disana. Yang belum menjadi member, silahkan registrasi membership dahulu.


Semoga free tool pembuka password ini bermanfaat!

 Ada beberapa issue yang sudah di bahas disana Account Receivable (Akuntansi Piutang) -2ndAccount receivable (akuntansi Piutang) the second series sudah di posting di Accounting, Financial, Taxation yang baru. Ada beberapa issue yang sudah di bahas disana. Diantaranya: Penilaian Account Receivable (Piutang), termasuk discount, return dan garansi, Pembentukan Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debt), sampai pengahapusannya (how to writte of the allowance). Seperti biasa posting dilengkapi dengan contoh-contoh sederhana yang gampang dipahami, disertai penjelasan-penjelasan dan logikanya. Menjurnal account receivable (piutang), memang mudah. Mahasiswa, bahkan anak SMEA (SMK Akuntansi) pun niscaya bisa. Tetapi ada banyak issue di balik kesederhanaan-nya, yang mungkin selama ini terlewatkan. Menjadi complex dikala dihadapkan dengan realita operasional business yang sebenarnya. Ada loopholes, ada kekeliruan umum (common mistakes) yang menjadi sumber ke-kusut-an dalam implementasinya.

Jauh lebih penting dari semua itu, ialah bagaimana memaintenance account receivable dengan baik.

Buku catatan (bookkeeping) sudah rapi, catatan sudah balance, perlakuan cadangan kerugian piutang sudah bisa, menghapuskan cadangan di satu sisi dan menghapuskan piutang tak tertagih (bad debt) sudah bisa, that is great! But....

But what is next? Apakah cukup hanya perlakuan yang benar saja?.

Untuk level clerk sampai bookkeeper, iya maybe itu sudah cukup. Tetapi bagi mereka yang ingin membuatkan diri, tampaknya itu belumlah cukup. Yang diperlukan oleh perusahaan bukan hanya sekedar buku yang rapi dan benar, jauh lebih penting ialah usaha-usaha meminimalisasi potensi lost-nya, merancang strategy-strategy yang dapat mencegah credit macet (bad debt), penentuan credit policy yang sesuai, melaksanakan pengawasan piutang (receivable controll) yang ketat, menangani debitor yang nakal, dan masih banyak issue lainnya yang perlu ditangani.

Issue-issue berikut ini akan dibahas di account receivable serie berikutnya (serie 3) di accounting, financial dan taxation yang baru: Lebih Detail dan Mendalam mengenai discount, return and after sales service (warranty), Exclusive Analisa Umur Piutang (Account Receivable Aging), kemudia credit policy tak kalah pentingnya (akan menjadi satu topic), account receivable control (pengendalian piutang) juga topic yang tak ingin anda lewatkan pastinya. Yang terakhir, sebagai epilog serie saya akan bahas mengenai “How to deal with a bad debt (bagaimana menghadapi piutang tak tertagih) sebuah case study, yang akan mengintegrasikan aneka macam kajian dan strategy, akan menjadi nilai tambah gres kalau anda menghadapi situasi ini. Silahka baca selengkapnya di: Account Receivable Treatment (Perlakuan Piutang) -2nd dan ikuti terus serie-serie berikutnya di: Accounting, Financial, Taxation yang baru. Jika belum menjadi member, silahkan register.



Menggunakan analisis sumber daya, analisis rantai nilai, dan bancharking untuk menentukan daya saing suatu perusahaan pada nilai dan biaya yang diharapkan tetapi tidak cukup. Sebuah penilaian yang lebih komprehensif perlu dibuat dari kekuatan kompetitif perusahaan secara keseluruhan.

Ada tiga Indikator Kompetitif Keuntungan yaitu :
a.              Kemampuan secara efektif dan efisien sumber daya dan kemampuan 
b.             Mencapai peringkat tinggi pada setiap faktor kunci keberhasilan. 
c.              Memiliki keunggulan kompetitif bersih atas para pesaingnya.  

Implikasi Strategis Penilaian Kekuatan Kompetitif
1.             Semakin tinggi keseluruhan rating  tertimbang kekuatan suatu perusahaan, semakin besar lengan berkuasa daya saing secara keseluruhan dibandingkan pesaing.
2.             Rating skor  menyampaikan total keunggulan kompetitif bersih untuk sebuah perusahaan dibanding  perusahaan lain.
3.             Perusahaan dengan nilai daya saing yang tinggi yaitu target untuk benchmarking.
4.             Rating menyampaikan bagaimana sebuah perusahaan dibandingkan dengan rival, faktor per faktor (kapabilitas/kapabilitas)
5.             Skor Kekuatan dapat berkhasiat dalam menentukan apa langkah-langkah maju taktik yang di buat. 

Lowongan Accounting untuk perusahaan Textile di jakarta dan Automobil's part di Surabaya. Untuk anda yang berdomisili di Surabayar dan ingin berkarik di dunia automotive, mampu dicoba. Informasi-informasi menyerupai ini akan terus ada di site Accounting, Financial, Taxation yang baru.
Silahkan baca detailnya di: Accounting Staff for Textile & Automobil, jangan lupa register dahulu di ruang member.

Oh ya, aktivitas 3A juga sudah mulai published, sudah ada beberapa topic yang dilempar ke floor, untuk didiskusikan (Accounting treatment: Reimbursment dan Accounting Treatment, tax & legal untuk Usaha Kontraktor) . Ini bukan aktivitas main-main yang tidak penting samasekali. Tetapi tujuannya sama menyerupai program-program lain yang selama ini di adakan disini, adalah pembelajaran accounting, perpajakan dan export import. Pergunakan kesempatan ini untuk memecahkan problem anda, dapatkan jawaban, pendapat, opini dari rekan-rekan member yang lain di Accounting, Financial, Taxation yang baru.

 berisi free tools dan tips mencegah pencurian data Free Tools & Tips: Mencegah Pencurian Data AccountingFree Tools & Tips: Mencegah Pencurian Data berisi free tools dan tips mencegah pencurian data. Amankan data keuangan dan accounting anda. Cari tahu bagaimana caranya mencegah pencurian data lewat USB, sekaligus dapatkan free tools untuk kebutuhan ini. Pencurian data sangat gampang terjadi, terlebih-lebih sehabis adanya technology USB dan flashdisk. Flashdisk yaitu salah satu alat yang paling gampang dan simple yang sanggup dipergunakan untuk mencuri data. Bawa flashdisk kecil, rahasia ditancapkan di USB port anda. Dalam hitungan menit bahkan detik, data-data penting sudah berpindah tangan.



Jika yang dicuri hanya MP3 atau video kesayangan anda, mungkin tidak masalah. Bagimana kalau yang dicuri yaitu data-data keuangan dan accounting perusahaan anda?, data bank, mungkin pin dan password-password penting kantor juga ada di dalamnya. Tidak sanggup diukur potensi lost-nya.

Pencurian data lewat USB ini, sungguh sulit di deteksi, lantaran flashdisk itu sendiri kecil, ditambah lagi cara penggunaan-nya yang sangat mudah. Jangankan staff, office boy pun sanggup mentransfer data ke flashdisk.

Saya gres saja posting article wacana cara mengatasi hal ini, termasuk packet free tools (utilities) sehubungan dengan pencurian data lewat USB port ini. Mulai dari modifikasi setting manual di registery, juga dengan instant tools yang sanggup mem-block penggunaan USB pada komputer-kompter yang anda inginkan. Anda juga sanggup melaksanakan setting supaya anda dikirimi allert atau peringatan setiap kali ada orang menancapkan external data storage (USB Devices monitored, USB Flash/Pen Drives, USB Memory Sticks, USB Card Readers, Mobile Phones, Digital Cameras, iPODs via USB, External USB Hard Disks, External USB CD Drives).

Disamping untuk keperluan ini, dalam packet free tools ini juga terdapat untility-utility berikut ini:

* USB to Ethernet Connector v2.4

* USB Copy Notify v1.3.3

* USB Safely Remove v.3.31.617

* Password Protect USB v3.6.2

* USB Smart Samsung Tool v1.12

* ID USB Lock Key v1.2.2

* USB Tolls isu / Contents


Baca tips selengkapnya sekaligus download tools yang anda butuhkan untuk keperluan ini di: Stop Accounting Data Theft di Accounting, Financial, Taxation yang baru. Jangan biarkan data-data penting anda tercuri. Jangan lupa register dahulu di ruang member.

 Bagimana perlakuan sales return dan provision for sales return Perlakuan : Diskon, Retur Penjualan, Garansi
Bagimana perlakuan atas diskon (potongan)? Bagaimana prosedurnya?. Bagimana perlakuan sales return dan provision for sales return? Bagaimana garansi diperpalukan? Itulah topic yang dibahas dalam posting ini. Keberadaan diskon (potongan), retur penjualan, dan garansi memang sering kurang menerima porsi yang cukup dalam pembahasan-pembahasan akuntansi, baik di buku-buku maupun di kursi kuliah. Kenyataannya, bagi perusahaan-perusahaan trading, terutama retailer, discount, sales return dan warranty ialah issue-issue yang sangat mendominasi dalam pelaksanaan manajemen perusahaan.
Discount (Diskon)

Ada 2 jenis discount yang biasa diberikan kepada customers, yaitu: Trade Discount/Rebate (Potongan Dagang/Rabat) dan Sales (Cash) Discount (Potongan Penjualan). Banyak diantara kita yang masih mixed-up mengenai kedua jenis discount ini.

Sebagai citra singkat:

Sebagian besar retailer memasang publish price di catalog atau brosurnya, harga bersama-sama diberikan pada ketika realisasi penjualan terjadi. Lalu bagaimana pencatatannya? Ini ialah issue yang jamak terjadi dalam dunia perdagangan.

Pada payment term (i.e: 2/10;N/30), perusahaan selaku penjual juga memperlihatkan discount lain sebagai perangsang bagi pelanggan untuk melaksanakan pembayaran lebih cepat. Bagimana prosedurnya, bagaimana keterkaitannya dengan discount yang telah diberikan pada ketika konfirmasi pembelian terjadi. This is another issue, problem kedua yang perlu kita ketahui.

Sales Return (Retur Penjualan).

Dalam setiap penjualan, selalu ada kemungkinan barang kembli (retur), entah alasannya ialah barang cacat atau alasannya ialah tidak memenuhi spesifikasi pesanan. Bagaimana penanganan retur dilakukan? Bagaimana pengaruhnya terhadap PPN? Bagaimana pengaruhnya terhadap revenue dan account receivable (piutang)? Ini ialah problem berikutnya yang dibahas dalam topic ini.

Warranty (Garansi)

Sebagai strategy perjuangan dagang yang terakhir, “after sales service (layanan purna jual)” berupa garansi (warranty) ialah sudah menjadi keharusan yang tidak tertulis dalam praktek perdagangan sampaumur ini. Menjadi salah satu pertimbangan penting dalam penentuan keputusan pembelian bagi pelanggan (customer).

Teram and Condition dari garansi (warranty) sanggup bermacam-macam, misalnya:

[-]. Penggantian dengan barang baru
[-]. Penggantian Spare-part
[-]. Service (repair)

Bagi penjual yang menyediakan warranty, ini ialah pengeluaran-pengeluaran nyata, artinya memang benar-benar suatu pengeluaran, akan tetapi di sisi lainnya, pengeluaran ini tidak diikuti oleh sales event (kejadian penjualan). Tidak sanggup disandingkan, bukan? Bagimana penanganannya?


Semua topic di atas saya bahas di satu posting khusus, yaitu : Accounting Treatment : Discount, Sales Return and Warranty di Accounting, Financial, Taxation yang baru. Bagi yang berminat dengan masalah-masalah diskon (potongan harga), retur (pengembalian barang) dan garansi (jaminan), sanggup dibaca di sana. Jangan lupa register dahulu di ruang member. Have a nice day!



Hutang usaha atau sering disebut dengan hutang dagang yaitu hutang yang ditimbulkan karena pembelian yang dilakukan oleh perusahaan baik barang maupun jasa yang bekerjasama dengan operasional perusahaan. Hutang usaha biasanya termasuk dalam kategori Hutang Lancar karena sebagian besar tempo pembayarannya yaitu kurang dari satu tahun.

Keputusan untuk melaksanakan pembelian secara kredit apabila dikelola dengan baik akan dapat mendukung kinerja perusahaan. Namun seringkali perusahaan mempunyai hutang dengan jumlah yang tidak terkendali, sehingga menganggu cash flow perusahaan. Oleh karena itu, keputusan untuk melaksanakan pembelian dengan cara kredit/berhutang harus dievaluasi dengan baik supaya tidak menganggu cash flow perusahaan. Berikut yaitu beberapa tips untuk mengelola hutang usaha perusahaan:

1.      Sederhanakan proses hutang perusahaan
a)      Kurangi jumlah cek yang beredar.
b)      Ketika dokumen pembelian masuk ke admin hutang, pastikan invoice maupun laporan penerimaan barang internal telah disetujui oleh pihak-pihak yang berwenang dan diperiksa kebenarannya.
c)      Pastikan Admin hutang perusahaan mengetahui karakteristik masing-masing supplier, sehingga mereka dapat menentukan hutang-hutang yang harus didahulukan proses pembayarannya.
d)     Berikan dogma kepada Admin Hutang perusahaan untuk dapat mengelola hutang perusahaan, ibarat penentuan hutang yang harus dibayar terlebih dahulu, sehingga dapat meringankan beban pekerjaan dari Direksi.

2.      Gunakan teknologi
a)      Analisa dan kurangi kesalahan dalam pembayaran, ibarat membayar dengan jumlah yang salah, kesalahan menginput no. CH/GB, dan membayar terlalu cepat atau terlambat.
b)      Gunakan software akuntansi untuk membantu proses pengelolaan hutang, sehingga perusahaan mengetahui berapa hutang yang harus dibayar pada jangka waktu tertentu dengan memasukkan term of payment dari masing-masing perusahaan.
c)      Gunakan Aging Report atas masing-masing hutang. Sehingga perusahaan dapat mengetahui hutang dalam jangka waktu tertentu. Pada ahad ini mungkin saja pembayaran yang harus dilakukan yaitu kecil, namun pada ahad berikutnya perusahaan harus membayar hutang dalam jumlah yang besar.

3.      Kurangi kecurangan pada hutang
a)      Dalam proses hutang, kecurangan yang sering terjadi yaitu Supplier Fiktif. Karyawan perusahaan membuat Supplier yang tidak aktual dan menerbitkan Nota Penagihan yang palsu dan perusahaan membayar nota tersebut, yang akan masuk dalam rekening karyawan tersebut.
b)      Terapkan prosedur dan kebijakan yang dapat mengurangi risiko tersebut. Beberapa cara yang dapat digunakan yaitu pertama, membatasi petugas yang dapat menambahkan master supplier. Setiap penambahan supplier harus disetujui oleh Pihak yang Berwenang dan harus diberikan penjelasan karena dari penambahan supplier tersebut. Kedua, pemisahan fungsi dan persetujuan yang memadai dari kepala departemen.

4.      Negosiasikan syarat pembayaran dari supplier
a)      Biasanya syarat pembayaran dari supplier yaitu n/30; n/60; 2/10, n/30; dll.
b)      Dari syarat yang ada tersebut, hubungilah supplier tersebut untuk negosiasi mengenai syarat pembayaran khusus untuk perusahaan. Supplier biasanya akan memperlihatkan diskon atau syarat khusus bagi pelanggan yang melaksanakan pembelian dalam jumlah besar dan teratur.
c)      Walaupun syarat pembayaran normal tidak dapat diganti, apabila perusahaan mengalami masa sulit, lebih baik untuk mendiskusikan hal tersebut kepada supplier dan menjelaskan bahwa ada keterlambatan pembayaran dibandingkan harus lari dan menghindari supplier.

5.      Kurangi peran Direksi untuk melaksanakan pemeriksaan dan tandatangan.
a)      Biasanya Direksi akan menandatangani CH/GB, tapi tidak harus mengaturnya. Admin Hutanglah yang harus mengatur, memilih faktur yang harus dibayar, menyiapkan Faktur, mengajukan pembayaran dan memverifikasi bahwa semua Faktur telah disetujui sebelum diberikan kepada Direksi.
b)      Direksi hanya perlu untuk melaksanakan pemeriksaan Jumlah yang tertera di Faktur dengan Nominal yang tertera pada Ch/GB yang akan dibayarkan.
c)      Bila perusahaan ingin mengelola cash dengan lebih efektif, pastikan Admin Hutang tahu batasan/anggaran dari setiap pembayaran hutang. Mereka akan mengetahui dengan lebih baik supplier mana yang dapat menunggu sampai pembayaran berikutnya.

Terlepas dari ukuran perusahaan, dengan mengelola hutang perusahaan dengan lebih efektif, perusahaan dapat menghemat waktu, uang dan merampingkan proses bisnis yang ada.

Dalam mengelola piutang dagang, ada dua hal yang paling dihindari:
1.      Piutang Tak Tertagih (bad debt) – Yang satu ini memang mimpi buruk paling menakutkan. Perusahaan sesehat apapun akan kolaps kalau memiliki bad debt yang tinggi.
2.      Piutang Lewat Jatuh Tempo (Overdue Receivable) Pembayaran yang melewati jatuh tempopun mampu menjadi benalu dapat menggerogoti kesehatan keuangan perusahaan dalam jangka panjang.

Yang manapun terjadi diantara kedua siatuasi tersebut, akan memaksa perusahaan untuk melaksanakan salah satu diantara ketiga tindakan berikut ini:
     a)      Mencari pertolongan bank (bank loan) guna menutupi kebutuhannya akan kas, yang sudah pasti disertai beban bunga yang harus ditanggung perusahaan; atau
     b)      Menurunkan kapasitas perusahaan dalam menghasilkan barang atau jasa sehingga pendapatan, langsung-atau-tak pribadi juga akan tergerus; atau
     c)      Kombinasi keduanya.
Dengan mindset dasar itu, perusahaan dan para pengelolanya cenderung untuk memaksimalkan usaha-usaha untuk mencegah piutang tak tertagih maupun piutang lewat jatuh tempo, atau mengatasinya kalau sudah terlanjur terjadi.

 rasanya penjualan dengan credit sudah menjadi keharusan PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG (AR)Di dunia perdagangan khususnya (bisnis secara luas) yang begitu competitive pandai balig cukup akal ini, rasanya penjualan dengan credit sudah menjadi keharusan. Jika tidak, mungkin pelanggan (terlebih-lebih) calon pelanggan akan memilih membeli dari competitor (pesaing) kita. Menyediakan akomodasi credit kepada customer sudah merupakan keharusan. Trend penjualan dengan cara credit (pembayaran di masa yang akan datang) menjadikan beberapa issue (masalah) baik dalam operasional maupun administrative-nya (pencatatan). Bagaimana menggolongkan Piutang (Account Receivable)?, Bagaimana accounting treatment atas receivable (piutang)? apa saja persoalan (issue) yang biasa timbul di dalam piutang? Bagaimana melaksanakan control (pengendalian) atas piutang? Bagimana bila piutang sulit ditagih? Akan dibahas di posting ini dan serie-nya.


Yang menjadi concern kita di accounting tentu sisi adminstratif-nya (perlakuannya). Mulai dari cara menentukan besarnya piutang (measuring), legalisasi (recognizing), pengelompokan (classifying) dan pelporannya (reporting/disclosure).

Sedangkan bagi mereka yang berada di bab keuangan (financial) atau yang mengendalikan kedua-duanya, maka penentuan a syncronized credit policy with sales force, sekaligus meminimalisasi piutang tak tertagih (bad debt) ialah peran utama yang hanya akan terlaksana dengan baik bila didukung oleh manajemen yang akurat dan sempurna waktu.

Kita akan mulai bahas topic ini satu persatu…..mudah-mudahan saya berkesempatan (bisa atur schedule) supaya mampu mempostingnya secara lengkap mulai dari administrative-nya (accounting treatment), credit policy, account receivable control (pengendalian piutang), sampai how to deal with bad debitor, bagaimana menghadapi penghutang yang susah ditagih, dengan mengedepankan professionalisme yang akan tetap menjaga citra perusahaan di waktu yang sama.

Saya akan mulai dengan “how to classify receivables” bagaimana mengklasifikasikan piutang (yang pada prakteknya menurut saya masih rada simpang siur).

Sering kita mengalami keraguan dalam mengelompokkan piutang. Banyak istilah yang terkadang tumpang tindih dan cenderung tidak beraturan, terutama di perusahaan-perusahaan gres yang system-nya belum tersusun dengan baik. Bisa dimengerti, alasannya ialah usaha kecil (terlebih-lebih yang gres merintis) sudah pasti mengarahkan semua focus dan sumberdayanya untuk business development development, sedangkan sisi administrative masih di perioritas setelahnya, alasannya ialah keterbatasan sumberdaya manusianya (sebagai konsekwensi dari capital yang kecil juga tentunya).

Sering kita melihat neraca yang mengandung dua jenis piutang: Piutang Dagang dan Piutang Usaha. Apa beda antara kedua jenis piutang ini? Apakah pengelompokkan ini sudah baik?

Kadang ada juga yang melaporkan adanya unsur Piutang Wesel (Notes Receiavble) di Neraca. Jenis piutang apa itu? Apa bedanya dengan jenis piutang yang lainnya?

Tidak jarang juga kita menemukan laporan keuangan (dalam hal ini mereca/balance sheet) yang tidak membedakan jenis-jenis piutang ini secara terpisah, melainkan disebutkan menjadi satu saja yaitu: Account Receivable (AR) atau Piutang saja. Mengapa?

Baca selengkapnya di…[[Account Receivable – Perlakuan Akuntansi Piutang]]

Berapa besarnya piutang yang dilaporkan?, bagaimana bila piutang sulit ditagih atau bahkan gagal ditagih? Kapan suatu piutang dinyatakan sebagai piutang tak tertagih (bad debt)? Apa antisipasinya? Apa itu cadangan kerugian piutang (doubtful receivable allowance) dan bagaimana menentukan besarnya? Bagaimana membersihkannya? Bagaimana prosedur pembatalan piutang (writte-off)?, kapan suatu account receivable boleh di writte-off? How to control (melakukan pengendalian) receivable? Ikuti kelanjutan serie ini, jadilah member di: Accounting, Financial, Taxation yang baru.

 sangat penting dalam pengendalian piutang  Pengendalian: Kebijakan Kredit (Credit Policy)Kebijakan Kredit (credit policy) sangat penting dalam pengendalian piutang (receivable). Banyak atau sedikitnya piutang tak tertagih (bad debt) sangat dipengaruhi oleh kebijakan cerdit yang anda terapkan di perusahaan. Ketika sales force dilakukan tanpa kendali, saldo account receivable membumbung tinggi, sementara masih banyak aktifitas operasional perusahaan yang memerlukan pendanaan segera juga. Gaji karyawan, pembelian raw material, office supplies, semuanya mendesak. Sampai dimana anda setting batas credit? kepada siapa anda dapat memperlihatkan cerdit? untuk jangka berapa usang credit anda sedikanan bagi customer? intinya; Bagaimana credit policy anda?. Apakah sudah syncrone antara credit policy, sales force dan ketersediaan cash di dalam perusahaan? Itulah topic yang dibahas di artikel ini.


Kata "policy", sekilas konotasinya mirip-mirip kata "police/polisi" atau "politic/politik", dan semua itu terdengar menyeramkan, mengekang dan menekan. Setidak-tidaknya, policy and procedure dapat menimbulkan kesan sesuatu yang akan menghambat dan memperlambat. Konotasi dan persepsi itu ada benarnya, jikalau policy yang dibentuk tidak mengikuti rytme perusahaan, terperinci itu akan menjadi pengahmbat, menjadi birokrasi yang tidak penting.

Tetapi, jikalau anda menciptakan kebijakan yang tepat, justru kebijakan yang anda buat malah mendukung, menopang, dan menaikkan productifitas perusahaan. Meningkatkan value added, sekaligus menjadi pencegah kebocoran dan pemborosan. Bagaimana caranya?

Segala sesuatu yang berisi kata "policy (kebijakan)" terdengar agak sakral. Sesuatu yang taboo untuk diubah. Kenyataannya, operasional perusahaan berjalan begitu dynamic, mengikuti tumbuh kembangnya perusahaan, market competitiveness, global musim yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Benarkah credit policy dilarang diubah?


Bukan hanya sekedar berbicara bagaimana sebuah credit policy sebaiknya di set, tetapi saya juga memperlihatkan panduan bagaimana menciptakan kebijakan kredit (credit policy). Sebagai aksesori saya akan post satu contoh credit policy (kebijakan kredit) yang mungkin dapat dijadikan sebagai reference. Posting selengkapnya ada di blog saya yang gres (Accounting, Financial, Taxation yang baru), jikalau anda tertarik anda dapat baca melalui link ini: Receivable Control: Credit Policy (Kebijakan Kredit).



Persediaan yaitu suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan  maksud  akan  digunakan  untuk  memenuhi  tujuan  tertentu  atau  barang-barang  yang  masih dalam proses produksi  maupun materi baku  yang masih menunggu untuk digunakan dalam suatu  proses  produksi.  Persediaan  dapat  berupa  bahan  mentah,  bahan  pembantu, barang dalam proses, barang jadi ataupun suku cadang. Dapat dikatakan, tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan. Pentingnya persediaan sehingga menjadi salah satu pos aktiva lancar.

Pengaturan  persediaan  akan  berpengaruh  terhadap  berbagai  fungsi  bisnis  seperti operation,  marketing,  dan  financial.  Tujuan  inventory  management  adalah  menyediakan persediaan  yang  dibutuhkan  untuk  proses  operasi  perusahaan  dengan  biaya  yang minimum.Jumlah yang disediakan tidak terlalu banyak semoga investasi tidak terlalu tinggi, dan juga tidak terlalu sedikit semoga kalau terjadi kekurangan harga persediaan tidak terlalu mahal. Dengan demikian, definisi administrasi persediaan yaitu acara yang berafiliasi dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kebutuhan pada perusahaan dengan sedemikian rupa,  sehingga  di  satu  pihak  kebutuhan  operasi  perusahaan  dapat  dipenuhi  pada  waktunya dan di lain pihak investasi perusahaan pada persediaan dapat ditekan secara optimal.

Ada banyak sekali jenis biaya yang berafiliasi dengan administrasi persediaan, yaitu :
      1.      Carrying Cost,  merupakan biaya penyimpanan persediaan yang terdiri atas biaya simpan  (storage  cost),  biaya  asuransi,  biaya  pajak,  biaya  kerusakan  dan penyusutan,  serta  biaya  modal.  Biasanya  biaya-biaya  ini  berkisar  antara  20%  -40% dari nilai persediaan perusahaan.
     2.      Ordering  Cost,  merupakan  biaya  pemesanan  persediaan  yang  terdiri  dari  biaya pesan,  biaya  penempatan,  biaya  upah,  biaya  telepon,  biaya  surat-menyurat  dan biaya kerugian penjualan.
      3.      Set-up Cost, merupakan biaya penyiapan atau pemasangan persediaan yang terdiri dari biaya mesin yang menganggur, biaya persiapan tenaga kerja langsung, biaya penjadwalan, dan biaya ekspedisi.
     4.      Shortage Cost, merupakan biaya kehabisan stok persediaan yang terdiri dari biaya kehilangan  penjualan,  biaya  kehilangan  pelanggan,  biaya  pemesanan khusus, selisih  harga,  biaya  terganggunya  operasi,  dan  biaya  pengeluaran  tambahan manajerial.

 Ada beberapa issue yang sudah di bahas disana Account Receivable (Akuntansi Piutang) -2ndAccount receivable (akuntansi Piutang) the second series sudah di posting di Accounting, Financial, Taxation yang baru. Ada beberapa issue yang sudah di bahas disana. Diantaranya: Penilaian Account Receivable (Piutang), termasuk discount, return dan garansi, Pembentukan Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debt), sampai pengahapusannya (how to writte of the allowance). Seperti biasa posting dilengkapi dengan contoh-contoh sederhana yang mudah dipahami, disertai penjelasan-penjelasan dan logikanya. Menjurnal account receivable (piutang), memang mudah. Mahasiswa, bahkan anak SMEA (SMK Akuntansi) pun pasti bisa. Tetapi ada banyak issue di balik kesederhanaan-nya, yang mungkin selama ini terlewatkan. Menjadi complex dikala dihadapkan dengan realita operasional business yang sebenarnya. Ada loopholes, ada kekeliruan umum (common mistakes) yang menjadi sumber ke-kusut-an dalam implementasinya.

Jauh lebih penting dari semua itu, ialah bagaimana memaintenance account receivable dengan baik.

Buku catatan (bookkeeping) sudah rapi, catatan sudah balance, perlakuan cadangan kerugian piutang sudah bisa, menghapuskan cadangan di satu sisi dan menghapuskan piutang tak tertagih (bad debt) sudah bisa, that is great! But....

But what is next? Apakah cukup hanya perlakuan yang benar saja?.

Untuk level clerk sampai bookkeeper, iya maybe itu sudah cukup. Tetapi bagi mereka yang ingin menyebarkan diri, sepertinya itu belumlah cukup. Yang diharapkan oleh perusahaan bukan hanya sekedar buku yang rapi dan benar, jauh lebih penting ialah usaha-usaha meminimalisasi potensi lost-nya, merancang strategy-strategy yang mampu mencegah credit macet (bad debt), penentuan credit policy yang sesuai, melaksanakan pengawasan piutang (receivable controll) yang ketat, menangani debitor yang nakal, dan masih banyak issue lainnya yang perlu ditangani.

Issue-issue berikut ini akan dibahas di account receivable serie berikutnya (serie 3) di accounting, financial dan taxation yang baru: Lebih Detail dan Mendalam mengenai discount, return and after sales service (warranty), Exclusive Analisa Umur Piutang (Account Receivable Aging), kemudia credit policy tak kalah pentingnya (akan menjadi satu topic), account receivable control (pengendalian piutang) juga topic yang tak ingin anda lewatkan pastinya. Yang terakhir, sebagai penutup serie saya akan bahas mengenai “How to deal with a bad debt (bagaimana menghadapi piutang tak tertagih) sebuah case study, yang akan mengintegrasikan aneka macam kajian dan strategy, akan menjadi nilai tambah gres jikalau anda menghadapi situasi ini. Silahka baca selengkapnya di: Account Receivable Treatment (Perlakuan Piutang) -2nd dan ikuti terus serie-serie berikutnya di: Accounting, Financial, Taxation yang baru. Jika belum menjadi member, silahkan register.

 Memilih accounting software yang sempurna ibarat meng Tips: Memilih Software/System AccountingBingung menentukan accounting software/system? Pernah kecewa terhadap software/system accounting tertentu? Bagaimana menentukan accounting software/system yang sempurna untuk perusahaan anda? Memilih accounting software yang sempurna ibarat meng-hire seorang senior credit analyst sekaligus bookkeeper. Tidak gampang memang. Begitu banyak accounting software yang beredar. Semuanya menyatakan dirinya mempunyai feature lengkap, user-friendly, bugs-free, multi-user, compatible dengan ini dan itu, memperlihatkan kemudahan-kemudahan. Didukung dengan penampilan yang artistic, clean dan professional. Bagaimana anda yakin bahwa itu semua benar? bagaimana kita bisa tahu itu benar atau provokasi dagang semata? dimana anda bisa mendapat warta yang benar, jujur apa adanya?



Apakah yang anda inginkan hanya sekedar accounting software yang bisa menjurnal, menciptakan buku besar, menciptakan laporan keuangan, disertai laporan pajak saja? atau sebuah system flexible yang bisa menghasilkan variasi laporan untuk keperluan business analysis, bisa memndorong produktifitas dan pemangkasan biaya?

Ada kesalahan lazim yang sadar atau tidak kita lakukan dalam menilai dan menentukan suatu software, terlebih lebih accounting software, diantaranya:
1. Asal cepat dan jadi.
2. Terpesona oleh penampilan
3. Asal murah

dan lain sebagainya...

Ada satu kesalahan persepsi umum yang sangat fundamental dalam mempersepsikan accounting software dan tools pada umumnya: Kita menyerahkan segala sesuatunya kepada accountig software, bahkan kita di lead (di dikte dan diatur) oleh software. Kita pikir software dan artifical intelligent bisa menggantikan fungsi manusia.....

Tips lengkap mengenai bagaimana menentukan software accounting yang tepat, bisa anda baca di: How to Choose Accounting software/System - Bagimana memeilih software accounting di situs yang baru: Accounting, Financial, Taxation.

Adopsi IFRS dan perubahaan dari GAAP ke IFRS is now a global phenomenon that is rapidly ga Apakah Kita Siap Adopsi IFRS?Adopsi IFRS dan perubahaan dari GAAP ke IFRS is now a global phenomenon that is rapidly gathering pace. Australia, Russia, the entire European Union, several countries in the Middle East and Africa, and others have decided on a wholesale, mandatory change to IFRS, while the US, South Africa, Singapore and Malaysia, to name but a few, are committed to local standards’ convergence with the international benchmark. Bagaimana dengan Indonesia, apakah kita akan confergence ke IFRS?, Or committed to our PSAK standard? plus simply "belum tahu"? It might be tempting to think “we can wait until IFRS are finalized”, but when will that be? The standards are always evolving, but the information requirements will remain the same and external pressures are climbing? Artikel yang sama juga saya post di situs yang gres dengan judul: Are We Ready For IFRS (Apakah Kita Siap dengan IFRS).


Perubahan Lingkungan Pelaporan Keuangan

Technology informasi yang berkembang pesat telah mengubah lingkungan pelaporan keuangan secara dramatis, mengurangi batasan jarak fisik dan bisa menciptakan informasi menjadi tersedia di seluruh dunia hanya dengan sekali pencet tombol (enter) dari sebuah computer di tengah perkebunan di desa terpencil. Kemajuan ini membawa jutaan investor (jika tidak milyaran) ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia. Antusiasnya para investor tidak terhalangi oleh batasan negara, misalnya: Investor dari Amerika bisa dengan gampang ber-investasi di Eropa atau di Singapore atau bahkan di Indonesia, and vice versa.

“Information is the lifeblood of the capital markets” kata Sam DiPiazza dan Bob Eccles (PricewaterhouseCoopers CEO) pada bukunya: Building Public Trust.


Ke-efektif-an pasar dunia ini tergantung pada ke—tepat waktu—an dari informasi keuangan yang transparan, sanggup dibandingkan dan relevan. Bukan hanya investor dan analyst yang membutuhkan informasi menyerupai ini, melainkan juga diperlukan oleh stakeholder lainnya (pekerja, suppliers, customers, institusi penyedia credit, bahkan pemerintah). Mereka (stakeholders) di jaman globalisasi ini bukan hanya sekedar ingin mengetahui informasi keuangan dari satu perusahaan saja, melainkan dari banyak perusahaan (jika bisa mungkin dari semua perusahaan) dari seluruh pecahan dunia, untuk tujuan benchmarking, membandingkan antar industry vertical maupun horizontal. Benchmarking yaitu sangat crucial kalau mau competitive dalam global business di masa kini ini. Jika tidak, maka akan tergilas.

Pertanyaannya yaitu bagimana kebutuhan ini bisa terpenuhi kalau perusahaan-perusahaan masih menggunakan tata cara, bentuk dan prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda?, Amerika menggunakan FASB dan US GAAP, Indonesia menggunakan PSAK-nya IAI, uni eropa menggunakan IAS dan IASB.

Itulah kira-kira yang melatar belakangi gaungnya adopsi IFRS belakangan ini.


Keuntungan (kelebihan) kalau mengadopsi IFRS

Membuat perubahan ke IFRS, artinya anda sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global, yang akan menciptakan perusahaan (business) anda bisa dimengerti oleh global market (pasar dunia). Thus, kalau kinerja perusahaan anda memang mempunyai nilai jual yang pantas, maka poptensi trade yang dihasilkan logikanya akan lebih manis dibandingkan ketika perusahaan anda belum mengadopsi IFRS dalam pembuatan laporan keuangannya. The big-5 accounting firm mostly menyampaikan bahwa banyak dari perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang significant dalam rangka memenuhi maksud mereka memasuki pasar modal dunia (global).

PricewaterhouseCoopers dalam publikasinya “Making A change To IFRS” yang gres saja saya baca, mengatakan:

Financial reporting that is not easily understood by global users is unlikely to bring new business or capital to a company. This is why so many are either voluntarily changing to IFRS, or being required to by their governments. Communicating in one language to global stakeholders enhances confidence in the business and improves finance-raising capabilities. It also allows multinational groups to apply common accounting across their subsidiaries, which can improve internal communications, and the quality of management reporting and group decision-making. At the same time, IFRS can ease acquisitions and divestments through greater certainty and consistency of accounting interpretation. In increasingly competitive markets, IFRS allows companies to benchmark themselves against their peers worldwide, and allows investors and others to compare the company’s performance with competitors globally. Those companies that do not make themselves comparable (or can’t, because national laws stand in the way) will be at a disadvantage and their ability to attract capital and create value going forward will be undermined


Apakah berubah dan mengikuti IFRS a Big Deal?

Jika anda bermaksud atau sedang berusaha beralih ke IFRS, saya ucapkan goodluck, anda bukanlah sekedar berganti hukum akuntansi (accounting rules) semata. IFRS yaitu sebuah “System Pengukuran Kinerja Baru”, a new primary GAAP yang harus di umumkan kepada semua pihak di perusahaan (organisasi) anda. Beralih ke IFRS artinya anda akan atau sedang “pola pikir pegawai accounting/keuangan dan bab lain di perusahaan anda dalam bekerja. Ini akan membutuhkan “decesive shift” dalam “strategic management” perusahaan (organisasi) anda.


PricewaterhouseCoopers:

"Transition often affects many areas, including:

[-]. Product viability
[-]. Capital Instruments
[-]. Derivatives and hedging
[-]. Employee benefits

The list goes on: fair valuations, capital allocation, leasing, segment reporting, revenue recognition, impairment reviews, deferred taxation, cash flows, disclosures, borrowing arrangements and banking covenants
".

So kesimpulannya: beralih ke IFRS bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan anda, tetapi mungkin akan mengubah rujukan pikir dan cara semua element di dalam perusahaan.


IFRS Vs GAAP; Principles—based Vs Rules

Although there has been much conjecture about the need to teach IFRS as a "principles-based" system versus teaching U.S. GAAP as a "rules-based" system, this may be more jargon than anything. In a 2003 Sarbanes-Oxley-mandated study, the sec said neither U.S. GAAP nor IFRS can be described as one or the other. Both have aspects of each” (Susan Schott Karr, Financial Executive; Morristown).

Sementara itu Munter dari KPMG mengatakan: “the distinction between IFRS and U.S. GAAP has more to do with industry guidance (IFRS has none) and application guidance (U.S. GAAP has more)”, menyerupai di lansir oleh wordsuite .com.


Tantangan Dari Corporate ke Campus

Bagi pengusaha pada umumnya, yang menjadi materi pertimbangan apakah akan beralih ke IFRS atau tidak yaitu “Apakah implementasi IFRS akan menghasilan incremental benefit atau tidak?”. Tetapi bagi perusahaan-perusahaan yang sudah go international, atau yang mempunyai partner dari Uni Eropa, Australia dan Russia dan beberapa Middle East countries, tentu sudah tidak punya pilihan lain selain “mau tidak mau harus mulai berusaha menerapkan IFRS” dalam pelaporan keuangannya kalau masih mau berpartner dengan mereka..

Perubahan tata cara pelaporan keuangan dari GAAP (atau PSAK atau lainnya) ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS akan menjadi “kompetensi wajib-baru” bagi para pekerja accounting.

Saya sendiri sudah melihat faktanya, sudah begitu banyak e-mail masuk dari pengunjung blog ini yang menanyakan, apakah saya mempunyai buku ketentuan-ketentuan IFRS. Rekan-rekan yang bekerja di representative office atau subsidiary perusahaan absurd mulai dituntut untuk mengetahui dan bisa menciptakan laporan keuangan ber-standard IFRS. Mereka begitu desparately untuk sanggup mempelajari ketentuan IFRS, hingga mereka rela untuk membeli e-book khusus hukum IFRS, sebuah tuntutan yang lebih mendesak dari apapun untuk ketika ini. Penguasaan ketentuan IFRS yaitu the only tool yang bisa menyelamatkan career-nya yang terancam.

Ketika saya mulai membuka category “Accounting Job Vacancies” di blog saya yang gres “Accounting, Financial, Taxation (baru)“ sudah ada perusahaan yang mensyaratkan “IFRS capability”. Wow! Mungkin saya yang ketinggalan dalam hal ini. Itulah yang mendorong saya untuk mendedikasikan waktu simpulan pekan saya kemarin untuk khusus mengumpulkan informasi perkembangan IFRS. MULAI SEKARANG DAN SETERUSNYA, ANDA BISA MEMBACA KETENTUAN-KETENTUAN IFRS BESERTA PENJELASANNYA, PASAL DEMI PASAL (chapters), serta segala update-nya di blog saya yang baru: Accounting, Financial, Taxation.

Okay, tampaknya rekan-rekan yang sedang giat-giatnya, berusaha keras untuk mengumpulan informasi, mau tidak mau harus ikut mengikuti workshop-workshop atau courses atau ceminar yang diselenggarakan oleh “the big 5 accounting firms”, termasuk membeli buku maupun e-book IFRS. Tidak ada cara lain, alasannya yaitu memang itulah satu-satunya short-cut yang tersedia ketika ini untuk cepat bisa memahami dan menguasai ketentuan IFRS.

The next questions are:

[1]. Apakah calon-calon “accountancy bachelor degree” di Indonesia yang akan graduate setiap tahun, yang jumlahnya mungkin mencapai puluhan ribu per tahun ini harus mengikuti jejak pendahulunya, yaitu harus berusaha keras compliance dengan IFRS sehabis bekerja? Atau;

[2]. Apakah kalangan akademisi accounting kita di Indonesia (guru SMEA, dosen dan guru besar akuntansi) sudah siap mengganti: kurikulum, buku literature, syllabi dan bahan/alat didik accounting lainnya?

[3]. Apakah para penyelenggara: accounting short-course, computer akuntansi, pendalaman profesi akuntansi (PPAk), penyelenggara USAP siap akan perubahan ini?


Michael Cangemi (President dan CEO dari FEI) menyampaikan dalam tulisannya diMarch issue “ mengatakan: "This means that all of the GAAP books you own, everything you learned in college and in your entire career will change", semua buku mengenai GAAP yang anda miliki beserta segala sesuatu yang anda pelajari di sekolah dan career akan berubah.

Major accounting schools - the Universities of Texas, Illinois and Wisconsin - will teach IFRS”, kata Larry Rittenberg, Ph.D., Ernst & Young professor, University of Wisconsin. Hampir semua universitas yang menyelenggarakan jurusan akuntansi di semua negara bab amerika serikat telah mempunyai kelas khusus IFRS, katanya, menyerupai di lansir oleh Financial executive online.


Dari sebuah blog yang sangat ramai di U.S. sana, tetapi saya lupa mencatat nama blognya, saya membaca satu komentar yang tidak mengecewakan menggelitik. Kalau tidak salah bunyinya menyerupai ini:

Mengubah accounting curriculum bukanlah pekerjaan mudah, menyangkut banyak aspect. Apakah anda pikir para decision maker curriculum yang nota bena-nya yaitu para guru besar accounting yang sebentar lagi sudah akan memasuki masa retired (pensiun) akan bersedia menunda masa pensiunnya hingga universitas sepenuhnya IFRS ready? No way, bahkan mungkin mereka akan menentukan mempercepat masa pensiunnya! :P”.

Ada salah satu komentator lain menanggapi menyerupai ini: ”Saya seorang dosen akuntansi dari negara bab Maryland, kebetulan saya seorang guru besar, setahu saya, kami para dosen bukanlah orang yang berpikiran sempit, kami siap menunda masa pensiun, begitu kami menerima statement resmi dari bahwa FASB, SEC dan ICPA akan mengikuti IFRS”. Rupanya kalangan akademisi di United State masih ”wait and see” perilaku resmi dari institusi yang mereka anggap sebagai kiblat. Tetapi setidaknya mereka siap untuk menunda masa pensiun untuk kepentingan generasi penerus mereka.

Bagaimana dengan bapak-ibu dosen, guru besar, para tetua akuntansi, the so-called ”embahnya auditor”, para penyelenggara Pendalaman Profesi Akuntansi, penyelenggara USAP, di Indonesia yang terhormat? Apakah ada yang belum sempat membaca ketentuan-ketentuan IFRS? Apakah anda pernah berpikiran untuk pelan-pelan mulai mengganti materi didik akuntansi kita menjadi berbasis IFRS-principles walaupun mungkin masih menggunakan GAAP-rules sedikit-sedikit? :-)

By the way, kabar burungnya: hingga ketika ujian CPA yang diselenggarakan periode tarakhir, ICPA sama sekali tidak mensyaratkan ”IFRS capability”. Hmmm.....Bagaimana dengan USAP 2008 yang akan di selenggarakan awal july ini? Bagi rekan-rekan yang kebetulan ikut, mohon saya diberikan bocorannya. Terimaksih sebelumnya.

Conclusions: Berpindah dari “GAAP” ke “International Financial Reporting Standards” akan berdampak besar terhadap cara berpikir kita dalam memahami akuntansi. Mulai dari university, accounting course hingga corporate level, hendaknya dilihat sebagai tantangan bersama bagi kita semua (para pegiat accounting dan para akademisi).

Seperti saya yang sudah sekian usang berusaha keras berguru “berbahasa jawa (karena memang saya terlahir tidak berbahasa jawa)” hingga saya benar-benar bisa, tetapi tiba-tiba kini saya harus berguru "bahasa Sunda". Ya, sama-sama bahasa jawa memang, yang satu bahasa “Jawa” yang satunya lagi bahasa “Jawa Barat (sunda)”. Namun, mereka (bahasa Jawa vs bahasa Sunda) sangat berbeda dalam idioms, intonasi termasuk cara pengucapannya :). “It needs time”, itu bahu-membahu yang ingin saya katakan :)

Next is last sub-topic……………


What is FASB and SEC Status Recently, Are They Ready?

According to CFO.com coverage of a Webcast hosted by the FASB earlier this week, the board is working to pare down the number of projects on its plate and then speed up those that remain in order to facilitate the Securities and Exchange Commission’s “acceleration of convergence” of the two sets of standards. Since the move to convergence began, emphasis has shifted from reconciling the standards to dropping U.S. GAAP altogether in favor of IFRS” (Lora Bentley, ITBusinessEdge.com on June 26, 2008 at 1:58 pm).

Sementara June 27’ 2008 saya mendapatkan info dari google alert. AccountancyAge dalam “Date for IFRS in the US Two Years Away” melansir:

The Securities and Exchange Commission (SEC) has refused to put a date on the implementation of international accounting standards for at least two years. The Commission's chief accountant Conrad Hewitt said that the SEC will propose a date for the go-ahead of IFRS for US public companies but that it would not be confirmed for two years as a commission examined whether key milestones had been met”.


MULAI SEKARANG DAN SETERUSNYA, ANDA BISA MEMBACA KETENTUAN-KETENTUAN IFRS BESERTA PENJELASANNYA, PASAL DEMI PASAL (chapters), serta segala update-nya di blog saya yang baru: Accounting, Financial, Taxation. Silahkan kunjungi dan register jadi member. Jangan khawatir, menyerupai disini, semuanya tetap free.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.