Benarkah ACCOUNTING & FINANCE Department hanya sebuah SUPPORT CENTER (service center) dan COST CENTER?. Salah satu fungsi data keuangan ialah sebagai sumber data analysis dan pengendalian keuangan serta kinerja. Jika tahu bagaimana cara membuatnya berfungsi maksimal, sesungguhnya data keuangan memang pantas untuk menjadi top priority dalam keseharian kerja kita di accounting & finance. How?
DO WE “REALLY” KNOW HOW TO UTILIZE’em to a maximum level?
Atau (bahasa politic yang popular):
Apakah kita tahu bagaimana “memberdayakan” fungsi accounting dan keuangan hingga ke tingkat yang maksimal?
Dengan mengetahui arti penting dan tahu cara mem-fungsi-kan data-data yang begitu di-confidential-kan oleh perusahaan manapun, kita akan tahu bagaimana mengumpulkan (collecting), mengakui (recognizing), mengklasifikasikan (classifying), melaporkan (summarizing & reporting) dan……jangan lupa menganalisa (analyzing) & pengendalian (controlling) dengan lebih baik, dan menimbulkan data-data accounting menjadi sumber informasi yang paling akurat, dapat di handalkan, menjadi cost-cutter leader, dan….
Dan ujung dari itu semua, akan membuat accounting/finance dept:
[-]. Menjadi salah satu department yang paling disegani (if not scaring).
[-]. Tidak lagi menjadi materi cibiran bahwa Accounting/Finance Dept tak lebih dari sebuah “Support Center” dan “Cost Center”.
[-]. Tidak lagi hanya dibaik-baikin kalau mereka (read:pegawai lain) akan minta cash advance (=cash bon?).
[-]. Tidak lagi dianggap departemen yang hanya (excuse my french) “makan gaji buta” alasannya ialah setiap hari kerjanya hanya di belakang computer memindahkan mouse pointer dari ujung screen atas kebawah - keatas lagi - kebawah lagi dari jam 9 am hingga jam 5 pm.
[-]. Tidak lagi menjadi prioritas terakhir dalam rencana kenaikan gaji pegawai.
So you wanna questioning me “How?”
Kunci dari semua itu ialah bagaimana kita dapat mengubah image “accounting—hanyalah—support-cost center” menjadi “Accounting—sebagai—Lead Center”. Information center that other department can’t life without, sumber data yang membuat department lain bahkan the whole organization tidak mampu bekerja tanpa accounting & finance dept.
That sounds daunting eh?, or too good to be true?, but lets talk about this a bit more and go to the details later.
Sebelum saya lanjut ke bab “what?”, “why?”, dan “How?” –nya, saya akan bercerita sedikit mengenai pengalaman langsung saya terkait dengan topic ini.
I don’t mean to insult anybody (party) for whatsoever. Tidak bermaksud menyinggung, no, tolong jangan di salah artikan. Samasekali di luar context itu. Ini ialah topic ilmiah, dan saya hanya ingin menyebarkan pengalaman, sharing opini, yang sukur-sukur kalau mampu menambah wawasan berpikir, membesarkan hati, memberi semangat, atau memberi inspirasi? Amin!
Suatu sore-petang, few years ago (kalau tidak salah di awal tahun 2003-an), selepas jam kantor ada program makan bersama, termasuk semua manager dan assistant dari bab lain tentunya.
Selesai makan, tentu masih ada sisa waktu kalem untuk berbincang-bincang sambil menghabiskan minuman, Hingga kami terlibat obrolan seru (yang bagi saya ialah mengasik-kan) alasannya ialah topic-nya tergolong ilmiah.
Berikut ialah obrolan kami waktu itu. Pembicara saya singkat menjadi intial karakter dari sebuah jabatan (karena saya belum minta ijin beliau-beliau untuk memuat namanya di sini).
MM = Marketing Manager
PM = Production Manager
WSM = Warehousing & Shipping Manager
HRM = HRD Manager
RDM = Research & Development Manager
DO WE “REALLY” KNOW HOW TO UTILIZE’em to a maximum level?
Atau (bahasa politic yang popular):
Apakah kita tahu bagaimana “memberdayakan” fungsi accounting dan keuangan hingga ke tingkat yang maksimal?
Dengan mengetahui arti penting dan tahu cara mem-fungsi-kan data-data yang begitu di-confidential-kan oleh perusahaan manapun, kita akan tahu bagaimana mengumpulkan (collecting), mengakui (recognizing), mengklasifikasikan (classifying), melaporkan (summarizing & reporting) dan……jangan lupa menganalisa (analyzing) & pengendalian (controlling) dengan lebih baik, dan menimbulkan data-data accounting menjadi sumber informasi yang paling akurat, dapat di handalkan, menjadi cost-cutter leader, dan….
Dan ujung dari itu semua, akan membuat accounting/finance dept:
[-]. Menjadi salah satu department yang paling disegani (if not scaring).
[-]. Tidak lagi menjadi materi cibiran bahwa Accounting/Finance Dept tak lebih dari sebuah “Support Center” dan “Cost Center”.
[-]. Tidak lagi hanya dibaik-baikin kalau mereka (read:pegawai lain) akan minta cash advance (=cash bon?).
[-]. Tidak lagi dianggap departemen yang hanya (excuse my french) “makan gaji buta” alasannya ialah setiap hari kerjanya hanya di belakang computer memindahkan mouse pointer dari ujung screen atas kebawah - keatas lagi - kebawah lagi dari jam 9 am hingga jam 5 pm.
[-]. Tidak lagi menjadi prioritas terakhir dalam rencana kenaikan gaji pegawai.
So you wanna questioning me “How?”
Kunci dari semua itu ialah bagaimana kita dapat mengubah image “accounting—hanyalah—support-cost center” menjadi “Accounting—sebagai—Lead Center”. Information center that other department can’t life without, sumber data yang membuat department lain bahkan the whole organization tidak mampu bekerja tanpa accounting & finance dept.
That sounds daunting eh?, or too good to be true?, but lets talk about this a bit more and go to the details later.
Sebelum saya lanjut ke bab “what?”, “why?”, dan “How?” –nya, saya akan bercerita sedikit mengenai pengalaman langsung saya terkait dengan topic ini.
I don’t mean to insult anybody (party) for whatsoever. Tidak bermaksud menyinggung, no, tolong jangan di salah artikan. Samasekali di luar context itu. Ini ialah topic ilmiah, dan saya hanya ingin menyebarkan pengalaman, sharing opini, yang sukur-sukur kalau mampu menambah wawasan berpikir, membesarkan hati, memberi semangat, atau memberi inspirasi? Amin!
Suatu sore-petang, few years ago (kalau tidak salah di awal tahun 2003-an), selepas jam kantor ada program makan bersama, termasuk semua manager dan assistant dari bab lain tentunya.
Selesai makan, tentu masih ada sisa waktu kalem untuk berbincang-bincang sambil menghabiskan minuman, Hingga kami terlibat obrolan seru (yang bagi saya ialah mengasik-kan) alasannya ialah topic-nya tergolong ilmiah.
Berikut ialah obrolan kami waktu itu. Pembicara saya singkat menjadi intial karakter dari sebuah jabatan (karena saya belum minta ijin beliau-beliau untuk memuat namanya di sini).
MM = Marketing Manager
PM = Production Manager
WSM = Warehousing & Shipping Manager
HRM = HRD Manager
RDM = Research & Development Manager
FC = Financial Controller
(Yang terlibat obrolan waktu itu hanya: HRM, PM, WSM & MM dan FC, sedangkan RDM sudah pamit pulang duluan, obrolan dimulai oleh HRM….)
[HRM]: Pak FC, thanks sudah men-treat kita-kita, sekaligus congratulation untuk gaji pertamanya, semoga betah bergabung dengan kita-kita.
[FC]: You’re welcomed, thanks for supporting.
[PM]: Dan mudah-mudahan ini bukan gaji pertama sekaligus gaji terakhir ya pak…:P
(Sulit ditangkap apa maksudnya, tapi “a weird statement indeed”, sambutan yang hangat saya pikir :-) ).
[FC]: Wah kenapa begitu?, maksudnya bagaimana?
[PM]: Begini pak FC, Accounting Manager yang dahulu, hanya bertahan 1 bulan, nah saya berharap accounting manager yang sekarang lebih baik dari itu.
[FC]: Mengapa mampu begitu?
[PM]: Mungkin dia (Accounting manager yang dahulu) menyadari posisinya?
(Lagi-lagi statement pak PM sulit untuk dipahami)
[FC]: menyadari posisinya?, maksudnya?
[PM]: Yah…. bab keuangan (Accounting/Finance), kan hanya support center yang cenderung ke cost center lah ya….
(Wah mulai hangat suasananya. Tetapi menarik, topic beralih ke “Performance Audit”, salah satu topic favourite saya).
[FC]: I see…… so….?
[PM]: Nah kalau kita-kita kan targetnya jelas, prestasi terperinci mampu diukur
[FC]: I see… wah bagaimana tuh cara mengukurnya?
[PM]: Makin banyak volume produksi, makin berprestasi…
[FC]: Quality?
[PM]: Kalau dilema quality, mengacu ke AQL saja
(AQL= Accepted Quality Level, nama standarisasi untuk mutu product, dimana jumlah barang tidak lolos Quality Control tidak boleh melebihi percentage tertentu yang telah ditentukan oleh Quality Assurance Association).
[FC]. Kalau PLT? how good do you improve that?
(PLT = Production Lead Time = Lamanya waktu penyelesaian pesanan)
[PM]: zzzz….. (mengisap rokok tanpa menjawab)
[FC]: Kalau MM, bagaimana mengukur prestasi Marketing Dept?
[MM]: Kami Revenue Center, ya terperinci dari SUM OF SALES lah
(Sum Of Sales = Total Penjualan dalam USD/IDR)
[FC]: Customer Satisfaction?, Conversion Rate? Rasio antara new order dengan repeat order? Bagaimana?
(Conversion Rate dalam marketing = rasio calon pelanggan dan pelanggan musiman yang mampu di-convert/diubah menjadi pelanggan tetap)
[MM]: :-) (Cuma nyengir)
[FC]: Kalau HRM & WSM bagaimana mengukurnya?
[HRM]: ;-) (Cuma nyengir)
[WSM]: Kalau saya sih, makin banyak barang yang mampu selesai di-packing dan di berangkatkan makin bagus.
[FC]: Fungi? Moulding? Ground handling?, L/C discrepancies? custom clearance?
(Sepi sesaat…….sampai ketika….ini bab yang penting diperhatikan)
[PM]: Kalau FC gimana caranya mengukur prestasi bab keuangan?, bukannya nanti ujung-ujungnya toh mengeluarkan uang, dan tidak mungkin menghasilkan uang, bukan?
(wah lumayan pedas…)
[FC]: Mengukur prestasi bab keuangan… sebagai support center yang cenderung cost center……(dengan nada menyindir) makin sering saya dan belum dewasa accounting/keuangan menemukan anda-anda itu melaksanakan fraudulence (korupsi dan penyelwengan) atau melaksanakan acara yang tidak effisien dan merugikan, ya makin berpretasi.
[PM]: pak FC bercanda, yang pegang uang kan anda, bukan saya, bagaimana saya mampu korupsi?
[FC]: pak, corruption & fraudulence itu bentuknya mampu macam-macam, korupsi waktu, menggunakan kemudahan kantor untuk kepentingan pribadi, insider trading (perusahaan dalam perusahaan), me-redirect customer keluar rantai penjualan kita, data theft, information theft, supplier brabe, dan 1001 bentuk lainnya.
[PM]: Apakah itu suatu prestasi?, apakah itu menghasilkan pendapatan?
[FC]: Yang dibutuhkan oleh perusahaan bukan pendapatan, bukan jumlah (volume) produksi, bukan juga penjualan (sales), bukan jumlah container yang mampu di shipped-out. Yang dibutuhkan perusahaan ialah “PROFIT”, “VALUE ADDED”.
[MM]: Hubungannya dengan korupsi, penyelewengan & effisiensi?
[FC]: Profit & value added tidak hanya mampu diperoleh dengan meningkatkan volume produksi dan nilai penjualan, tetapi juga mampu diperoleh dengan menekan cost, meningkatkan effisiensi, mencegah kebocoran. Tanpa itu, semua product yang dihasilkan maupun dijual ialah kesia-siaan.
[PM]: Tetapi waktu kita kuliah, rasanya yang menjadi tolak ukur prestasi production dept hanya jumlah (volume) product yang dihasilkan, makin banyak makin bagus. Apakah pak FC sudah lupa itu?
[FC]: Benar sekali, tetapi approach menyerupai itu berlaku dahulu waktu industry dan usaha masih “Product oriented” dimana sources (sumber daya) masih melimpah, rasio supply-demand masih kecil, jumlah permintaan masih lebih besar dibandingkan jumlah product yang tersedia dan competition masih sangat rendah. Tetapi di masa sekarang ini, di masa kompetisi yang begini ketat, dan sources yang semakin berkurang, usaha sudah harus “Market Oriented & Profit oriented”.
Nah hingga di sini saya penggal bentuk percakapannya. Berangkat dari mini serie derama tadi, kita akan ulas dan bahas “How to broaden and maximize the accounting/finance function” atau bahasa politic kita di Indonesia “Bagaimana memberdayaken bab accounting & keuangan”, yang bersama-sama juga saya intisarikan dari penjelasan panjang lebar saya terhadap colleagues saya waktu itu.
Maximizing (baca:memberdayakan) fungsi accounting dan keuangan kuncinya ialah MELIHAT GAMBARAN OPERASIONAL PERUSAHAAN SECARA KESELURUHAN, see the big picture, the whole process, dari awal siklus hingga selesai dan kembali ke awal lagi. Dari gambar besar, gres kita masuk ke bagian-bagian kecilnya yang lebih detail.
Misalnya:
[-]. Untuk perusahaan jasa : dimulai dari kegiatan perancangan dan perencanaan penjualan jasa, marketingnya, proses pembuatan contract jasa, proses penyerahan jasa beserta follow-up-nya, proses pembayaran beserta follow-up-nya, hingga client meminta jasa kembali untuk yang kedua kalinya, kontrak gres ditandatangani dan seterusnya.
[-]. Untuk perusahaan dagang: dimulai dari kegiatan promosi, pemesanan barang ke vendor (supplier), mendapatkan pesanan barang, hingga barang diserahkan….dan seterusnya hingga proses promosi kembali.
[-]. Untuk perusahaan manufaktur (industry): mulai dari proses research & development (penelitian dan rancang—bangun), promosi dan marketing, proses penjualan, perencanaan produksi, proses produksi, barang di serahkan (dikirimkan), proses pembayaran (penagihan), repeat order (back order), hingga proses research development kembali.
Dengan memahami keseluruhan proses operasional dari awal hingga ke awal lagi, akan membuat kita lebih waspada dan peka (aware) terhadap semua aktifitas operasional perusahaan.
Dan pemahaman alur operasional perusahaan diintegrasikankan (integrating) dan disinergikan (combining), dan laverage dengan:
[-]. Aktifitas pengendalian
direalisasikan dengan;
[-]. Audit keuangan dan audit kinerja
adalah kunci dari pemberdayaan accounting/finance department. Kedua hal tersebut menurut saya ialah pilar untuk dapat memberdayakan accounting/finance department, yang artinya; accounting/finance dept hanya mampu disegani dan dihargai dengan semestinya apabila dapat melaksanakan “minimal” kedua fungsi tersebut secara maksimal.
Pengendalian (Controlling) - Sekilas
Membandingkan antara apa yang dipahami dalam proses operasional dengan realisasi transaksi mungkin akan membuat kita terkejut dan terkaget-kaget, menemukan banyaknya perbedaan, penyimpangan dan keganjilan yang terjadi. Berangkat dari data itulah proses “cost-cutting (pemangkasan cost/biaya) approach" dan bentuk pengendalian lainnya dirancang dan diterapkan tentunya.
Essence dari pengendalian adalah memastikan semua sumberdaya perusahaan (keuangan & manusia) dipergunakan secara effisien guna dapat mencapai tujuan perusahaan (Company’s objective), yang secara umum tentunya menghasilkan GAIN (keuntungan dalam banyak sekali bentuk) yang maksimal.
Contoh: (dari percakapan di atas)
Dikatakan oleh production manager [PM] bahwa prestasinya diukur dari jumlah (volume) product yang dihasilkan. Tahun kemaren berhasil memproduksi 10,000 unit, tahun ini mampu memproduksi 15,000 unit.
Apakah itu sudah prestasi?, kalau iya, berapa besar prestasinya bila di convert ke rupiah/dollar?. Sudahkah semua fasilitas, peralatan, mesin, tenaga kerja dan raw material dipergunakan dengan tingkat efficiency yang maksimal?. Berapa nilai tambah (value added) yang telah diberikan kepada perusahaan dari setiap unit product yang dihasilkan?
Tingkat effisiensi tentunya dapat diukur dengan cara membandingkan antara cost/expense yang timbul dengan nilai product yang dihasilkan. Sedangkan nilai tambah-nya (value added) diukur dengan membandingkan antara Gross Margin (GM) periode sebelumnya dengan Gross Margin saat ini. Selisih itulah merupakan realisasi value added yang berhasil dibuat (sebuah prestasi) untuk periode ini. Penilaian tingkat effisiensi dilakukan dengan jalan melaksanakan “Audit Keuangan”, disinilah accounting/finance department mengambil peranan, MENJADI LEADER.
Kesimpulan:
Menjadikan volume (jumlah) product yang dihasilkan sebagai ukuran prestasi ialah sebuah tanda tanya, “a premature contribution recognition”, mengakuan kontribusi yang terlalu dini, masih perlu diukur lebih jauh lagi.
Audit Kinerja (Performance Audit) – Sekilas
Salah satu perwujudan dari aktifitas pengendalian ialah audit kinerja, yaitu mengukur dan menilai kinerja semua element (personal) perusahaan, mulai dari level yang paling bawah hingga ke level yang paling atas.
(Yang terlibat obrolan waktu itu hanya: HRM, PM, WSM & MM dan FC, sedangkan RDM sudah pamit pulang duluan, obrolan dimulai oleh HRM….)
[HRM]: Pak FC, thanks sudah men-treat kita-kita, sekaligus congratulation untuk gaji pertamanya, semoga betah bergabung dengan kita-kita.
[FC]: You’re welcomed, thanks for supporting.
[PM]: Dan mudah-mudahan ini bukan gaji pertama sekaligus gaji terakhir ya pak…:P
(Sulit ditangkap apa maksudnya, tapi “a weird statement indeed”, sambutan yang hangat saya pikir :-) ).
[FC]: Wah kenapa begitu?, maksudnya bagaimana?
[PM]: Begini pak FC, Accounting Manager yang dahulu, hanya bertahan 1 bulan, nah saya berharap accounting manager yang sekarang lebih baik dari itu.
[FC]: Mengapa mampu begitu?
[PM]: Mungkin dia (Accounting manager yang dahulu) menyadari posisinya?
(Lagi-lagi statement pak PM sulit untuk dipahami)
[FC]: menyadari posisinya?, maksudnya?
[PM]: Yah…. bab keuangan (Accounting/Finance), kan hanya support center yang cenderung ke cost center lah ya….
(Wah mulai hangat suasananya. Tetapi menarik, topic beralih ke “Performance Audit”, salah satu topic favourite saya).
[FC]: I see…… so….?
[PM]: Nah kalau kita-kita kan targetnya jelas, prestasi terperinci mampu diukur
[FC]: I see… wah bagaimana tuh cara mengukurnya?
[PM]: Makin banyak volume produksi, makin berprestasi…
[FC]: Quality?
[PM]: Kalau dilema quality, mengacu ke AQL saja
(AQL= Accepted Quality Level, nama standarisasi untuk mutu product, dimana jumlah barang tidak lolos Quality Control tidak boleh melebihi percentage tertentu yang telah ditentukan oleh Quality Assurance Association).
[FC]. Kalau PLT? how good do you improve that?
(PLT = Production Lead Time = Lamanya waktu penyelesaian pesanan)
[PM]: zzzz….. (mengisap rokok tanpa menjawab)
[FC]: Kalau MM, bagaimana mengukur prestasi Marketing Dept?
[MM]: Kami Revenue Center, ya terperinci dari SUM OF SALES lah
(Sum Of Sales = Total Penjualan dalam USD/IDR)
[FC]: Customer Satisfaction?, Conversion Rate? Rasio antara new order dengan repeat order? Bagaimana?
(Conversion Rate dalam marketing = rasio calon pelanggan dan pelanggan musiman yang mampu di-convert/diubah menjadi pelanggan tetap)
[MM]: :-) (Cuma nyengir)
[FC]: Kalau HRM & WSM bagaimana mengukurnya?
[HRM]: ;-) (Cuma nyengir)
[WSM]: Kalau saya sih, makin banyak barang yang mampu selesai di-packing dan di berangkatkan makin bagus.
[FC]: Fungi? Moulding? Ground handling?, L/C discrepancies? custom clearance?
(Sepi sesaat…….sampai ketika….ini bab yang penting diperhatikan)
[PM]: Kalau FC gimana caranya mengukur prestasi bab keuangan?, bukannya nanti ujung-ujungnya toh mengeluarkan uang, dan tidak mungkin menghasilkan uang, bukan?
(wah lumayan pedas…)
[FC]: Mengukur prestasi bab keuangan… sebagai support center yang cenderung cost center……(dengan nada menyindir) makin sering saya dan belum dewasa accounting/keuangan menemukan anda-anda itu melaksanakan fraudulence (korupsi dan penyelwengan) atau melaksanakan acara yang tidak effisien dan merugikan, ya makin berpretasi.
[PM]: pak FC bercanda, yang pegang uang kan anda, bukan saya, bagaimana saya mampu korupsi?
[FC]: pak, corruption & fraudulence itu bentuknya mampu macam-macam, korupsi waktu, menggunakan kemudahan kantor untuk kepentingan pribadi, insider trading (perusahaan dalam perusahaan), me-redirect customer keluar rantai penjualan kita, data theft, information theft, supplier brabe, dan 1001 bentuk lainnya.
[PM]: Apakah itu suatu prestasi?, apakah itu menghasilkan pendapatan?
[FC]: Yang dibutuhkan oleh perusahaan bukan pendapatan, bukan jumlah (volume) produksi, bukan juga penjualan (sales), bukan jumlah container yang mampu di shipped-out. Yang dibutuhkan perusahaan ialah “PROFIT”, “VALUE ADDED”.
[MM]: Hubungannya dengan korupsi, penyelewengan & effisiensi?
[FC]: Profit & value added tidak hanya mampu diperoleh dengan meningkatkan volume produksi dan nilai penjualan, tetapi juga mampu diperoleh dengan menekan cost, meningkatkan effisiensi, mencegah kebocoran. Tanpa itu, semua product yang dihasilkan maupun dijual ialah kesia-siaan.
[PM]: Tetapi waktu kita kuliah, rasanya yang menjadi tolak ukur prestasi production dept hanya jumlah (volume) product yang dihasilkan, makin banyak makin bagus. Apakah pak FC sudah lupa itu?
[FC]: Benar sekali, tetapi approach menyerupai itu berlaku dahulu waktu industry dan usaha masih “Product oriented” dimana sources (sumber daya) masih melimpah, rasio supply-demand masih kecil, jumlah permintaan masih lebih besar dibandingkan jumlah product yang tersedia dan competition masih sangat rendah. Tetapi di masa sekarang ini, di masa kompetisi yang begini ketat, dan sources yang semakin berkurang, usaha sudah harus “Market Oriented & Profit oriented”.
Nah hingga di sini saya penggal bentuk percakapannya. Berangkat dari mini serie derama tadi, kita akan ulas dan bahas “How to broaden and maximize the accounting/finance function” atau bahasa politic kita di Indonesia “Bagaimana memberdayaken bab accounting & keuangan”, yang bersama-sama juga saya intisarikan dari penjelasan panjang lebar saya terhadap colleagues saya waktu itu.
Maximizing (baca:memberdayakan) fungsi accounting dan keuangan kuncinya ialah MELIHAT GAMBARAN OPERASIONAL PERUSAHAAN SECARA KESELURUHAN, see the big picture, the whole process, dari awal siklus hingga selesai dan kembali ke awal lagi. Dari gambar besar, gres kita masuk ke bagian-bagian kecilnya yang lebih detail.
Misalnya:
[-]. Untuk perusahaan jasa : dimulai dari kegiatan perancangan dan perencanaan penjualan jasa, marketingnya, proses pembuatan contract jasa, proses penyerahan jasa beserta follow-up-nya, proses pembayaran beserta follow-up-nya, hingga client meminta jasa kembali untuk yang kedua kalinya, kontrak gres ditandatangani dan seterusnya.
[-]. Untuk perusahaan dagang: dimulai dari kegiatan promosi, pemesanan barang ke vendor (supplier), mendapatkan pesanan barang, hingga barang diserahkan….dan seterusnya hingga proses promosi kembali.
[-]. Untuk perusahaan manufaktur (industry): mulai dari proses research & development (penelitian dan rancang—bangun), promosi dan marketing, proses penjualan, perencanaan produksi, proses produksi, barang di serahkan (dikirimkan), proses pembayaran (penagihan), repeat order (back order), hingga proses research development kembali.
Dengan memahami keseluruhan proses operasional dari awal hingga ke awal lagi, akan membuat kita lebih waspada dan peka (aware) terhadap semua aktifitas operasional perusahaan.
Dan pemahaman alur operasional perusahaan diintegrasikankan (integrating) dan disinergikan (combining), dan laverage dengan:
[-]. Aktifitas pengendalian
direalisasikan dengan;
[-]. Audit keuangan dan audit kinerja
adalah kunci dari pemberdayaan accounting/finance department. Kedua hal tersebut menurut saya ialah pilar untuk dapat memberdayakan accounting/finance department, yang artinya; accounting/finance dept hanya mampu disegani dan dihargai dengan semestinya apabila dapat melaksanakan “minimal” kedua fungsi tersebut secara maksimal.
Pengendalian (Controlling) - Sekilas
Membandingkan antara apa yang dipahami dalam proses operasional dengan realisasi transaksi mungkin akan membuat kita terkejut dan terkaget-kaget, menemukan banyaknya perbedaan, penyimpangan dan keganjilan yang terjadi. Berangkat dari data itulah proses “cost-cutting (pemangkasan cost/biaya) approach" dan bentuk pengendalian lainnya dirancang dan diterapkan tentunya.
Essence dari pengendalian adalah memastikan semua sumberdaya perusahaan (keuangan & manusia) dipergunakan secara effisien guna dapat mencapai tujuan perusahaan (Company’s objective), yang secara umum tentunya menghasilkan GAIN (keuntungan dalam banyak sekali bentuk) yang maksimal.
Contoh: (dari percakapan di atas)
Dikatakan oleh production manager [PM] bahwa prestasinya diukur dari jumlah (volume) product yang dihasilkan. Tahun kemaren berhasil memproduksi 10,000 unit, tahun ini mampu memproduksi 15,000 unit.
Apakah itu sudah prestasi?, kalau iya, berapa besar prestasinya bila di convert ke rupiah/dollar?. Sudahkah semua fasilitas, peralatan, mesin, tenaga kerja dan raw material dipergunakan dengan tingkat efficiency yang maksimal?. Berapa nilai tambah (value added) yang telah diberikan kepada perusahaan dari setiap unit product yang dihasilkan?
Tingkat effisiensi tentunya dapat diukur dengan cara membandingkan antara cost/expense yang timbul dengan nilai product yang dihasilkan. Sedangkan nilai tambah-nya (value added) diukur dengan membandingkan antara Gross Margin (GM) periode sebelumnya dengan Gross Margin saat ini. Selisih itulah merupakan realisasi value added yang berhasil dibuat (sebuah prestasi) untuk periode ini. Penilaian tingkat effisiensi dilakukan dengan jalan melaksanakan “Audit Keuangan”, disinilah accounting/finance department mengambil peranan, MENJADI LEADER.
Kesimpulan:
Menjadikan volume (jumlah) product yang dihasilkan sebagai ukuran prestasi ialah sebuah tanda tanya, “a premature contribution recognition”, mengakuan kontribusi yang terlalu dini, masih perlu diukur lebih jauh lagi.
Audit Kinerja (Performance Audit) – Sekilas
Salah satu perwujudan dari aktifitas pengendalian ialah audit kinerja, yaitu mengukur dan menilai kinerja semua element (personal) perusahaan, mulai dari level yang paling bawah hingga ke level yang paling atas.
Tujuan utama dari audit kinerja (audit performance) adalah:
[1]. Memastikan setiap rupiah/cent yang dibayarkan ke setiap personal (pegawai) perusahaan ialah rupiah/cent yang memang benar-benar PANTAS untuk dibayarkan tidak under-paid ataupun over-paid). Kata “pantas” disini bermakna 2, yaitu:
(a). Pegawai/pekerja memang telah mendapatkan angka yang wajar diterima sebagai hak atas kontribusi yang diberikannya kepada perusahaan.
(b). Jasa kerja yang diserahkan oleh pegawai (pekerja) memang sudah setimpal dengan kompensasi (gaji/upah, incentive, uang lembur, uang makan, dan bentuk reward lainnya) yang diterimanya.
Intinya ialah membandingkan setiap rupiah/cent yang dibayarkan untuk tenaga kerja & pegawai dengan setiap jenis kontribusi yang diterima oleh perusahaan.
[2]. Mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah terkait dengan pemberdayaan setiap pegawai, section, department dan perusahaan secara keseluruhan biar dapat menunjukkan kontribusi yang maksimal ke arah pencapian goal perusahaan.
Kedua fungsi itu sudah merupakan TICKET yang cukup untuk dapat memberdayakan accounting/finance department. Dan itu semua hanya akan mampu terlaksana apabila kita:
[-]. Betul-betul memahami alur proses operasional perusahaan dengan baik (the more detail, the better it is).
[-]. Memiliki data keuangan yang akurat, sanggup mendapatkan amanah dan dihandalkan. Sehingga mampu dijadikan data analysis yang akurat, dijadikan navigasi oleh setiap department di perusahaan untuk operasional berikutnya.
[-]. Melakukan analisa dan pengendalian yang ketat atas setiap aktifitas yang ada.
Tentu saja itu bukan pekerjaan yang mudah dan cepat mampu dilaksanakan, diperlukan:
[-]. Kesungguhan
[-]. Consistency dan persistency
Di posting saya yang lainnya nanti, mungkin kita akan bahas mengenai : BASIC ANALISA LAPORAN KEUANGAN, yang mudah-mudahan mampu dijadikan bekal dasar untuk mampu memberdayakan accounting/finance department ditempat kerja masing-masing dimasa-masa yang akan datang.
[1]. Memastikan setiap rupiah/cent yang dibayarkan ke setiap personal (pegawai) perusahaan ialah rupiah/cent yang memang benar-benar PANTAS untuk dibayarkan tidak under-paid ataupun over-paid). Kata “pantas” disini bermakna 2, yaitu:
(a). Pegawai/pekerja memang telah mendapatkan angka yang wajar diterima sebagai hak atas kontribusi yang diberikannya kepada perusahaan.
(b). Jasa kerja yang diserahkan oleh pegawai (pekerja) memang sudah setimpal dengan kompensasi (gaji/upah, incentive, uang lembur, uang makan, dan bentuk reward lainnya) yang diterimanya.
Intinya ialah membandingkan setiap rupiah/cent yang dibayarkan untuk tenaga kerja & pegawai dengan setiap jenis kontribusi yang diterima oleh perusahaan.
[2]. Mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah terkait dengan pemberdayaan setiap pegawai, section, department dan perusahaan secara keseluruhan biar dapat menunjukkan kontribusi yang maksimal ke arah pencapian goal perusahaan.
Kedua fungsi itu sudah merupakan TICKET yang cukup untuk dapat memberdayakan accounting/finance department. Dan itu semua hanya akan mampu terlaksana apabila kita:
[-]. Betul-betul memahami alur proses operasional perusahaan dengan baik (the more detail, the better it is).
[-]. Memiliki data keuangan yang akurat, sanggup mendapatkan amanah dan dihandalkan. Sehingga mampu dijadikan data analysis yang akurat, dijadikan navigasi oleh setiap department di perusahaan untuk operasional berikutnya.
[-]. Melakukan analisa dan pengendalian yang ketat atas setiap aktifitas yang ada.
Tentu saja itu bukan pekerjaan yang mudah dan cepat mampu dilaksanakan, diperlukan:
[-]. Kesungguhan
[-]. Consistency dan persistency
Di posting saya yang lainnya nanti, mungkin kita akan bahas mengenai : BASIC ANALISA LAPORAN KEUANGAN, yang mudah-mudahan mampu dijadikan bekal dasar untuk mampu memberdayakan accounting/finance department ditempat kerja masing-masing dimasa-masa yang akan datang.
Apakah benar accounting/finance departement hanya merupakan SUPPORT CENTER dan COST CENTER? Well tergantung, apakah accounting/finance sudah mampu melaksanakan fungsi-fungsinya atau belum.
Post a Comment
Post a Comment