Ini ialah kelanjutan dari posting saya sebelumnya (Break Even Point Analysis – Part 1), di Break Even Point Analysis – Part 2 ini, akan saya bahas mengenai: Formulasi Break Even Point yang Lebih Dikembangkan, Determinasi Fixed Cost dan Variable Cost, Berhadapan dengan Mixed Cost. Aplikasi Break Even Point Analysis pada kasus yang Lebih Complex, BEP untuk “Product Mixed”, Return Of Capital.
Saya melanjutkan kembali explorasi kecil-kecilan saya….
Formulasi Break Even Point Yang Dikembangkan
Untuk menjawab tantangan business yang semakin berkembang, kita tidak mampu berpatokan pada satu formualsi saja, formula harus kita dig lebih jauh lagi. Dari nalar diawal bahwa break even point ialah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan secara sederhana sebagai berikut:
BEP -> TR = TC
TR = Total Revenue, TC = Total Cost
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume, Profit termasuk waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas sehingga menjadi lebih flexible dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear sederhana menyerupai dibawah ini:
TR = TC
TR – TC = 0
Karena TR ialah untuk “Total Revenue” maka TR dapat kita turunkan menjadi :
TR = Unit Price x Qty
Sedangkan TC stand for “Total Cost”, yang mana kita semua tahu bahwa dalam Cost Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable Cost” dan “Fixed Cost”, maka turunan dari TC adalah:
TC = Variable Cost + Fixed Cost
Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi:
TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost
Saya rasa sekarang semua elemen yang ada sudah habis kita turunkan, selanjutnya kita akan membuat persamaan linear secara penuh untuk kondisi “Break Even Point”:
TR - TC = 0
[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Nah, ini dia. Sekarang kita sudah memiliki persamaan linear yang sudah cukup flexible. Dengan berbekal persamaan ini, sekarang kita mampu menjawab banyak problem (pertanyaan), misalnya:
Pertanyaan: Jika perusahaan berproduksi dalam jumlah tertentu, biar perusahaan mampu mencapai break even point, berapakah unit price yang harus dipatok?.
* Target kita ialah “Unit Price”, maka formulanya:
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Unit Price = [Fixed Cost / Qty] + Unit Variable Cost
Pertanyaan: Jika perusahaan menyadari bahwa harga paling bersaing untuk produknya ialah Rp tertentu, maka berapa pcs kah perusahaan harus berproduksi biar mencapai “break even point”?
* Target kita ialah “Qty”, maka formulanya:
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Qty = Fixed Cost / [Unit Price - Unit Variable Cost]
Dan seterusnya….. (silahkan dikembangkan)
Determinasi Elemen-Elemen Break Even Point
Okay kita sudah mempunya formula, yang elemen-elemenya terdiri: Revenue (R), Quantity (Qty), Unit Price, Variable Cost, Unit Variable Cost, dan Fixed Cost.
Misi kita selanjutnya ialah mendeterminasi (menentukan?) masing-masing elemen tersebut. Here they are:
Revenue (R): ialah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur biasanya didominasi oleh Sales, yang mana Sales ialah jumlah terjual (Qty=Quantity) dikalikan dengan unit price product yang akan terjual.
Quantity (Qty): ialah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufactur tentunya diproduksi terlebih dahulu.
Unit Price: ialah harga per unit dari barang yang akan dijual
Variable Cost: ialah cost yang timbul akhir diproduksinya suatu product (barang), artinya segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya “Variable Cost”, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi. Semakin banyak jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable cost-nya, begitu juga sebaliknya. Jika kita lihat pada Laporan Laba rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost of Good Sales”, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku (Raw Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head Cost yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin (Machineries) yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik (electricity), Pengiriman (Delivery & Services), dll.
Unit Variable Cost: ialah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk membuat satu unit produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variable cost (Variable Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty).
Fixed Cost: ialah cost yang akan terjadi akhir penggunaan sumber daya tertentu yang penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi. Dengan kata lain: berapapun jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat, costnya relative sama, bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini akan tetap terjadi. Seperti sebutannya, fixed cost sifatnya relative stabil, tidak dipengaruhi oleh production output. Adapun jenis-jenis cost yang terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional (Operating Expenses: Payroll, Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa), termasuk penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.
Aplikasi Break Even Point Analysis Pada Kasus
Kita coba construct satu kasus yang lebih complex:
Kesuksesan PT. Royal Bali Cemerlang dalam memproduksi produk kaos kaki, membuat board member berencana akan melaksanakan expansi usaha, yaitu dengan membuat pabrik pakaian jadi yang akan memproduksi “women apparels” (Blouses, Skirts, Trousers & Short Pants). Untuk maksud tersebut PT. Royal Bali Cemerlang akan membangun pabrik yang akan menggunakan tubuh usaha sendiri yang akan diberi nama PT. Royal Bali Apparel, berikut ialah Investasi dan budget yang akan dialokasikan:
Saya melanjutkan kembali explorasi kecil-kecilan saya….
Formulasi Break Even Point Yang Dikembangkan
Untuk menjawab tantangan business yang semakin berkembang, kita tidak mampu berpatokan pada satu formualsi saja, formula harus kita dig lebih jauh lagi. Dari nalar diawal bahwa break even point ialah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan secara sederhana sebagai berikut:
BEP -> TR = TC
TR = Total Revenue, TC = Total Cost
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume, Profit termasuk waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas sehingga menjadi lebih flexible dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear sederhana menyerupai dibawah ini:
TR = TC
TR – TC = 0
Karena TR ialah untuk “Total Revenue” maka TR dapat kita turunkan menjadi :
TR = Unit Price x Qty
Sedangkan TC stand for “Total Cost”, yang mana kita semua tahu bahwa dalam Cost Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable Cost” dan “Fixed Cost”, maka turunan dari TC adalah:
TC = Variable Cost + Fixed Cost
Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi:
TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost
Saya rasa sekarang semua elemen yang ada sudah habis kita turunkan, selanjutnya kita akan membuat persamaan linear secara penuh untuk kondisi “Break Even Point”:
TR - TC = 0
[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Nah, ini dia. Sekarang kita sudah memiliki persamaan linear yang sudah cukup flexible. Dengan berbekal persamaan ini, sekarang kita mampu menjawab banyak problem (pertanyaan), misalnya:
Pertanyaan: Jika perusahaan berproduksi dalam jumlah tertentu, biar perusahaan mampu mencapai break even point, berapakah unit price yang harus dipatok?.
* Target kita ialah “Unit Price”, maka formulanya:
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Unit Price = [Fixed Cost / Qty] + Unit Variable Cost
Pertanyaan: Jika perusahaan menyadari bahwa harga paling bersaing untuk produknya ialah Rp tertentu, maka berapa pcs kah perusahaan harus berproduksi biar mencapai “break even point”?
* Target kita ialah “Qty”, maka formulanya:
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Qty = Fixed Cost / [Unit Price - Unit Variable Cost]
Dan seterusnya….. (silahkan dikembangkan)
Determinasi Elemen-Elemen Break Even Point
Okay kita sudah mempunya formula, yang elemen-elemenya terdiri: Revenue (R), Quantity (Qty), Unit Price, Variable Cost, Unit Variable Cost, dan Fixed Cost.
Misi kita selanjutnya ialah mendeterminasi (menentukan?) masing-masing elemen tersebut. Here they are:
Revenue (R): ialah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur biasanya didominasi oleh Sales, yang mana Sales ialah jumlah terjual (Qty=Quantity) dikalikan dengan unit price product yang akan terjual.
Quantity (Qty): ialah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufactur tentunya diproduksi terlebih dahulu.
Unit Price: ialah harga per unit dari barang yang akan dijual
Variable Cost: ialah cost yang timbul akhir diproduksinya suatu product (barang), artinya segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya “Variable Cost”, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi. Semakin banyak jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable cost-nya, begitu juga sebaliknya. Jika kita lihat pada Laporan Laba rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost of Good Sales”, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku (Raw Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head Cost yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin (Machineries) yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik (electricity), Pengiriman (Delivery & Services), dll.
Unit Variable Cost: ialah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk membuat satu unit produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variable cost (Variable Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty).
Fixed Cost: ialah cost yang akan terjadi akhir penggunaan sumber daya tertentu yang penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi. Dengan kata lain: berapapun jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat, costnya relative sama, bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini akan tetap terjadi. Seperti sebutannya, fixed cost sifatnya relative stabil, tidak dipengaruhi oleh production output. Adapun jenis-jenis cost yang terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional (Operating Expenses: Payroll, Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa), termasuk penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.
Aplikasi Break Even Point Analysis Pada Kasus
Kita coba construct satu kasus yang lebih complex:
Kesuksesan PT. Royal Bali Cemerlang dalam memproduksi produk kaos kaki, membuat board member berencana akan melaksanakan expansi usaha, yaitu dengan membuat pabrik pakaian jadi yang akan memproduksi “women apparels” (Blouses, Skirts, Trousers & Short Pants). Untuk maksud tersebut PT. Royal Bali Cemerlang akan membangun pabrik yang akan menggunakan tubuh usaha sendiri yang akan diberi nama PT. Royal Bali Apparel, berikut ialah Investasi dan budget yang akan dialokasikan:
Break Even Point Analysis – Part 3
Sampai ketemu.
Putra
Post a Comment
Post a Comment