Search Result For "metode-fifo-dan-lifo"

Account Assistant Account Officer Account Payable Account Receivable Accounting Accounting Case Study Accounting Certification Accounting Contest Accounting For Manager Accounting Manager Accounting Software Acquisition Admin Administrasi administrative assistant Administrator Advance accounting Aktiva Tetap Akuisisi Akun Akuntan Privat Akuntan Publik AKUNTAN. Akuntansi Akuntansi Biaya Akuntansi Dasar Akuntansi Management Akuntansi Manajemen Dan Biaya Akuntansi Pajak Akuntansi Perusahaan Dagang Akuntansi Perusahaan Jasa Akuntansi Syariah Akuntansi Translasi Akunting Analisis Transaksi Announcement Aplikasi Akuntansi archiving ARTICLES ARTIKEL Asumsi dasar Akuntansi Asuransi Aturan Pencatatan Akuntansi Audit Audit Kinerja Auditing Balance sheet Bank Basic Accounting Bea Cukai Bea Masuk Bidang Akuntansi Bukti Transaksi Buku Besar Calculator Capital Cara Pencatatan Akuntansi Career Cash Cash Flow Cat Certification Checker Checker Gudang COGS Collection Contest Corporate Social Responsibility (CSR) Cost Cost Analysis CPA CPA EXAM Credit Credit Policy Current Asset Custom Custom Clearence Dasar Akuntansi Data Debit Kredit Discount Diskon Distributor Dyeing Ekspor Engineering Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Example Expense Export - Import FASB Finance FINANCIAL Financial Advisor Financial Control Finansial Foreign Exchange Rate Form FRAUD Free Download Freebies Fungsi Akuntansi GAAP GAJI Garansi Gift Goodwill Gudang Harga Pokok Penjualan Hotel HPP HRD IFRS Impor Import Import Duty Informasi Akuntansi International Accounting Investasi IT Jasa Jasa Konstruksi Job Vacant JUDUL SKRIPSI AKUNTANSI TERBARU Jurnal Khusus Jurnal Pembalik Jurnal Pembalik Dagang Jurnal Penutup Jurnal Penutup Dagang Jurnal Penyesuaian Jurnal Umum Kas Kas Bank Kas Kecil Kasus Akuntansi Kasus Legal Kasus Pajak Kepala Rekrutment Kertas Kerja Keuangan Knitting Komentar Komputer Konsolidasi Konstruksi Konsultan Laba-Rugi Laboratorium Lain-lain lainnya LANDING COST Laporan akuntansi Laporan Arus Kas Laporan Keuangan Laporan Keuangan Dagang Laporan Keuangan Jasa Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Modal laporan Rugi Laba Layanan Konsumen Lean Accounting Lean Concept Lean Manufacturing Legal Logistik Lowongan Kerja Accounting MA Accounting Macam Transaksi Dagang Management Management Accounting Manager Manajemen Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan Manajemen Stratejik Manajer Manajer Administrasi Manfaat Akuntansi Manufaktur Marketing Matching Color Mekanisme Debit Mekanisme Kredit Mencatat Transaksi Merger metode fifo dan lifo Mid Level Miscellaneous Modal Neraca Neraca Lajur Neraca Saldo Neraca Saldo Setelah Penutupan Nerasa Saldo Office Operator Operator Produksi Paint PAJAK pajak pusat.pajak daerah(provinsi dan kabupaten) payroll Pelaporan Korporate Pemasaran Pembelian Pemberitahuan Pemindahbukuan Jurnal Pencatatan Perusahaan Dagang Pendapatan Pengakuan Pendapatan Pengarsipan Pengendalian Pengendalian Keuangan Pengertian Akuntansi PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN pengertian pajak PENGERTIAN PSAK PENGGELAPAN Pengguna Akuntansi Pengkodean Akun Penjualan Perbankan Perlakuan akuntansi Perpajakan Persamaan Dasar Akun Petty Cash Piutang Posting Buku Besar PPH PASAL 21 PPh Pasal 22 PPh Pasal 26 PPn PPn Import Prefesi Akuntansi Prinsip Akuntansi PRINSIP DASAR AKUNTANSI Produksi Profesi Akuntansi Professi Akuntan Profit-Lost Proses Akuntansi Proyek PSAK PSAK TERBARU PURCHASE Purchasing QA QC Quality Assurance Quality Control Quiz Rabat Rajut rangkuman Rebate Recruitment Recruitment Head Rekrutment Retail Retur Return Revenue Review Saldo Normal Sales Sales Representative Sejarah Akuntansi SERIE ARTIKEL Sertifikasi Shareholder Shipping Agent Shipping Charge siklus akuntansi Silus Akuntansi Dagang Sistem sistem akuntansi Sistem Informasi Sistem Informasi & Pengendalian Internal Soal dan Jawaban CPA SPI Spreadsheet Accounting Spreadsheet Gratis Staff Struktur Dasar Akuntansi Supervisor system pengendalian system pengendalian gaji Tax Taxation Teknik Tekstil Template Teori-teori Akuntansi Tinta Tip n Tricks TIPS AND TRICKS Tools Top Level Transaksi Keuangan Tutup Buku Ujian CPA UPAH update situs USAP Utilities Video Tutor Warehouse Warna warranty What Is New
Showing posts sorted by relevance for query metode-fifo-dan-lifo. Sort by date Show all posts

Perbandingan Metode FIFO, LIFO, dan Biaya Rata-rata dalam Sistem Periodik serta Step by Step Cara Menghitungnya

Penilaian Persediaan - Sistem Periodik
Bagaimana metode penilaian persediaan? yuk belajar bareng ya…
Setiap mobil memiliki nomer seri yang unik, sehingga sebuah diler mobil dapat menghitung biaya unit yang terjual melalui metode identifikasi spesifik.
Metode ini bisa juga digunakan untuk toko perhiasan dan galeri seni.
Namun, untuk banyak perusahaan, unit yang identik tidak dapat dikenali secara terpisah, sehingga suatu asumsi arus biaya perlu dibuat.
Unit mana saja yang telah dijual dan unit mana saja yang masih berada dalam persediaan harus diasumsikan dengan menggunakan metode penilaian persediaan FIFO (firs-in, first-out), LIFO (last-in, first-out), atau metode biaya rata-rata.
Saat sistem persediaan periodik digunakan, maka hanya pendapatan yang dicatat setiap kali terjadi penjualan.
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada saat penjualan untuk mencatat harga pokok penjualan (HPP).
Pada akhir periode akuntansi, perhitungan fisik persediaan dilakukan untuk menghitung biaya persediaan dan HPP.
(Baca juga : Inilah 10 Cara Praktis dan Akurat untuk Menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP-Tutorial Step-By-Step)

01. Metode Penilaian Persediaan FIFO

Sebagai ilustrasi mengenai metode penilaian persediaan FIFO dalam sistem persediaan periodik, kita akan memberikan contoh ayat jurnal persediaan awal dan pembelian barang pada bulan Januari 2018 berikut ini :
metode penilaian persediaan fifo
Perhitungan fisik pada tanggal 31 Januari 2018 terdapat sisa persediaan sebanyak 150 unit.
Dengan menggunakan metode FIFO, biaya sisa persediaan pada akhir periode berasal dari biaya perolehan paling akhir.
Biaya 150 unit dalam persediaan akhir pada tanggal 31 Januari 2018 dihitung sebagai berikut :
metode penilaian persediaan lifo - perhitungan biaya
Mengurangkan biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.250.000 dari biaya barang tersedia untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan sebesar Rp 2.630.000.
Sebagaimana ditunjukkan seperti berikut ini :
metode penilaian persediaan lifo - contoh perhitungan
Persediaan akhir 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.250.000 berasal dari biaya perolehan paling kahir. HPP sebesar Rp 2.630.000 berasal dari biaya persediaan awal dan biaya paling awal.
Dan untuk menggambarkan hubungan antara harga pokok penjualan (HPP) untuk bulan Januari 2018 dan persediaan akhir per 31 Januari 2018, saya sajikan sebuah gambar.
Perhatikan gambar ilustrasi berikut ini:
metode penilaian persediaan fifo

Penggunaan Metode Penilaian Persediaan FIFO

Ketika metode penilaian persediaan FIFO digunakan selama periode inflasi atau kenaikan harga-harga secara umum, biaya unit yang lebih awal akan lebih rendah dibandingkan dengan biaya unit paling akhir, seperti ditunjukkan dalam contoh di atas.
Oleh karena itu metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi.
Akan tetapi, persediaan perlu diganti dengan harga yang lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh HPP (harga pokok penjualan).
Kenyataannya, neraca akan melaporkan persediaan akhir pada nilai yang kurang lebih sama dengan biaya penggantian atau biaya untuk membeli barang persediaan sejenis saat ini.
Ketika tingkat inflasi mencapai dua digit, seperti yang pernah terjadi pada tahun 1970 an di Amerika Serikat, laba kotor yang tinggi yang dihasilkan dari penggunaan metode FIFO sering disebut laba persediaan atau laba ilusi.
Sebaliknya, selama periode deflasi atau penurunan harga-harga secara umum, pengaruhnya adalah kebalikannya.
( Baca juga : Cara Sederhana dan Mudah Membuat Laporan Arus Kas Perusahaan Jasa (Update) 

02. Metode Penilaian Persediaan LIFO

Saat metode penilaian persediaan LIFO digunakan, sisa biaya persediaan pada akhir periode berasal dari biaya perolehan paling awal.
Berdasarkan data seperti yang sama dengan contoh metode FIFO, biaya 150 unit dalam persediaan akhir per 31 Januari 2018 dihitung sebagai berikut :
metode penilaian persediaan lifo
Mengurangkan biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.050.000 dari biaya barang tersedia untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.830.000
Perhatikan seperti ditunjukkan berikut ini :
metode penilaian persediaan - contoh perhitungan
Persediaan akhir per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.050.000 berasal dari biaya perolehan paling awal.
HPP (harga pokok penjualan) sebesar Rp 2.830.000 berasal dari biaya persediaan paling akhir.
Hubungan harga pokok penjualan untuk bulan Januari 2018 dan persediaan akhir per 31 Januari 2018 bisa dilihat pada gambar ilustrasi berikut ini :
metode penilaian persediaan - hpp

Penggunaan Metode Penilaian Persediaan LIFO

Saat metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau kenaikan harga-harga hasilnya adalah kebalikan dengan dua metode yang lain.
Seperti ditunjukkan dalam contoh di atas, metode LIFO akan menghasilkan jumlah yang lebih tinggi untuk HPP (Harga Pokok Penjualan).
Dan jumlah yang lebih rendah untuk laba kotor dan jumlah yang lebih rendah untuk persediaan akhir, dibandingkan dengan metode yang lain.
Alasan pengaruh ini adalah biaya peroehan unit yang paling akhir kurang lebih sama dengan biaya penggantiannya.
Dalam periode inflasi, biaya unit yang lebih baru akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga unit yang lebih awal.
Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa metode LIFO nyaris berhasil membandingkan biaya saat ini dengan pendapataan saat ini (matching current costs against current revenues).
Selama periode kenaikan harga-harga, metode LIFO menawarkan penghematan dalam pajak penghasilan.
Karena melaporkan jumlah laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO dan biaya rata-rata.
Pada saat inflasi dua digit tahun 1970-an di AS, banyak perusahaan beralih dari metode FIFO menjadi LIFO untuk menghemat pembayaran pajak.
Tapi, persediaan akhir dalam neraca bisa berbeda dari biaya penggantian saat ini.
Dalam kasus seperti ini, Laporan Keuangan biasanya memasukkan catatan yang menyebutkan selisih yang diperkirakan antara persediaan LIFO dan persediaan FIFO.
Dan perlu disadari bahwa pada saat deflasi, atau secara umum terjadi penurunan harga-harga, maka pengaruhnya sebaliknya.
( Baca juga : Cara Menghitung HPP Usaha Jus Buah (Tutorial + Case Study) 

03. Metode Penilaian Persediaan Biaya Rata-rata

Metode biaya rata-rata disebut juga dengan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted average method).
Ketika metode ini digunakan biaya dipadankan terhadap pendapatan sesuai dengan rata-rata biaya unit yang terjual.
Biaya unit rata-rata tertimbang yang sama digunakan dalam menghitung biaya persediaan pada akhir periode.
Untuk perusahaan yang memiliki barang penjualan yang terdiri dari berbagai pembelian unit yang identik, penerapan metode biaya rata-rata hampir menyerupai arus fisik barang.
Biaya unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya unit setiap barang yang tersedia untuk dijual selama periode tertentu dengan jumlah unit barang terkait.
Dengan menggunakan data biaya yang sama dengan contoh metode FIFO dan LIFO, biaya rata-rata 280 unit adalah sebesar Rp 21.000, dan biaya 150 unit dalam persediaan akhir, dihitung sebagai berikut :
Biaya unit rata-rata : Rp 5. 880.000 /280 unit = Rp 21.000
Persediaan 31 Januari 2018, 150 unit dengan biaya Rp 21.000 per unit = Rp 3.150.000
Mengurangi biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.150.000  dari biaya barang tersedia untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.730.000, seperti ditunjukkan berikut ini :
metode penilaian persediaan - perhitungan nilai

Penggunaan Metode Penilaian Persediaan Biaya Rata – rata

Metode biaya rata-rata adalah hasil kompromi antara metode FIFO dan LIFO. Pengaruh kecenderungan harga diambil rata-ratanya dalam menghitung HPP (Harga Pokok Penjualan) dan persediaan akhir.
Untuk serangkaian pembeliaan, biaya rata-rata akan tetap sama, tanpa memperhatikan arah kecenderungan harga.
Sebagai contoh, urutan biaya unit yang secara keseluruhan dibalik dengan biaya unit seperti disajikan dalam contoh di atas, tidak akan berpengaruh terhadap harga pokok penjualan (HPP), laba kotor atau persediaan akhir yang dilaporkan.
Untuk me-refresh kembali, sekarang ada satu contoh lagi perhitungan biaya persediaan.
Perhatikan Contoh soal berikut ini:
Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual selama tahun berjalan adalah sebagai berikut :
metode penilaian persediaan-perhitungan
Terdapat 16 unit barang dalam penghitungan fisik persediaan per 31 Desember. Menggunakan sistem periodik dalam menentukan persediaan.
Hitunglah biaya persediaan menggunakan : 1) metode FIFO, 2) Metode LIFO, dan 3) Metode biaya rata-rata.
Jawaban :
#1. Metode FIFO
= 16 unit X Rp 62.000 = Rp 992.000
#2. Metode LIFO
= (6 unit X Rp 50.000) + (10 unit X Rp. 55.000)
= Rp 850.000
#3. Metode Biaya Rata-rata
= Rp 2.310.000 / 40 = Rp 57.750
= 16 unit X Rp. 57.750 = Rp 924.000 

04. Kesimpulan

Dari pembahasan ketiga metode di atas, arus biaya yang berbeda diasumsikan untuk masing-masing dari tiga metode alternatif biaya persediaan.
Perhatikan bahwa jika biaya unit tetap stabil, seluruh metode akan mendapatkan hasil yang sama.
Akan tetapi karena harga berubah-ubah, tiga metode tersebut biasanya akan menghasilkan jumlah yang berbeda untuk :
  • Harga pokok penjualan (HPP) untuk periode berjalan
  • Laba kotor dan laba bersih untuk periode tersebut
  • Persediaan akhir
Dengan menggunakan contoh, misalnya penjualan sebesar Rp 3.900.000, hasil dari perhitungan 130 unit x Rp 30.000, penggalan laporan laba rugi berikut ini menunjukkan pengaruh setiap metode saat harga naik.
(Baca juga : 2 Cara Simpel Menghitung Laba Pembangunan Perumahan (Case Study)
Perhatikan laporan laba rugi sebagian di atas, metode FIFO menghasilkan jumlah paling rendah untuk HPP (Harga Pokok Penjualan)
Dan jumlah paling tinggi untuk laba kotor dan laba bersih dan juga persediaan akhir.
Di satu sisi, metode penilaian persediaan LIFO menghasilkan jumlah paling tinggi untuk HPP (harga pokok penjualan).
Dan jumlah paling rendah untuk laba kotor dan laba bersih, dan juga persediaan akhir.
Metode penilaian persediaan biaya rata-rata menghasilkan jumlah di antara yang dihasilkan FIFO dan LIFO.

A.Pengertian Metode Fifo dan Lifo

Metode akuntansi FIFO dan LIFO merupakan sarana pengelolaan persediaan dan problem keuangan perusahaan perusahaan yang berkaitan dengan persediaan barang yang dihasilkan, materi baku, suku cadang, komponen atau saham feed.
FIFO merupakan kependekan dari First in first out atau dalam bahasa Indonesia, Pertama masuk pertama keluar yang berarti bahwa persediaan yang pertama kali masuk itulah yang pertama kali dicatat sebagai barang yang dijual.
LIFO merupakan kependekan dari Last in first out atau dalam bahasa Indonesia, Terakhir masuk pertama keluar yang berarti bahwa persediaan yang terakhir masuk yakni barang yang pertama kali dicatat sebagai barang yang dijua.
 merupakan sarana pengelolaan persediaan dan problem keuangan perusahaan perusahaan yang b Metode Fifo dan Lifo
metode Fifo

1. FIFO
Metode FIFO menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang yang pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam metode ini persediaan simpulan dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling akhir.
Metode ini juga mengasumsikan bahwa barang yang terjual alasannya pesanan yakni barang yang mereka beli. Oleh karenanya, barang-barang yang dibeli pertama kali yakni barang-barang pertama yang dijual dan barang-barang sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan untuk biaya akhir. Karenanya, untuk penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan dan biaya-biaya yang gres dipakai untuk evaluasi laporan neraca.
Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, semenjak pemilik barang dagang mencoba untuk menjual persediaan lama pertama kali. FIFO merupakan metode yang paling luas dipakai dalam evaluasi persediaan.
Metode FIFO seringkali tidak nampak secara eksklusif pada pedoman fisik dari barang tersebut alasannya pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan barangnya. Dengan demikian meode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO, biaya yang dipakai untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka dipakai harga dari stok barang dari transaksi yang terdahulu.
  • Metode FIFO (First In First Out) pertama kali dikenal dalam akuntansi keuangan sebagai salah satu metode dalam evaluasi persediaan barang. Harga yang dipakai sebagai dasar dalam menilai persediaan barang sanggup menggunakan harga lama atau harga baru.
  • Pada metode FIFO, persediaan barang yang dikeluarkan untuk produksi atau dijual, nilainya didasarkan pada harga berdasarkan urutan yang pertama masuk. Jadi, untuk evaluasi pada persediaan barang yang tersisa, berarti harganya didasarkan pada harga gres atau harga urutan yang terakhir.
*Perbandingan Metode-metode Persediaan
– FIFO
1. Menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah
2. Menghasilkan keuntungan kotor yang tinggi
3. Menghasilkan persediaan simpulan yang tinggi
Selama periode inflasi atau kenaikan harga, penggunaan FIFO akan menjadikan hal ini, tapi dalam kondisi ekonomi turun, terjadi kebalikannya.
– LIFO
1. menghasilkan harga pokok penjualan yang tinggi
2. Menghasilkan keuntungan kotor yang rendah
3. Menghasilkan persediaan simpulan yang rendah
– Biaya rata-rata
Memperoleh hasil antara FIFO dan LIFO untuk ketiga konsep yang telah diuraikan.
2. LIFO
Metode FIFO yakni membebankan biaya dari pembelian terakhir dan menawarkan biaya yang paling dtua di akun persediaan. Ada beberapa cara untuk menerapkan Metode LIFO. Karena setiap variasi menghasilkan, angka yang berbeda untuk biaya materi baku yang dikeluarkan, biaya persediaan akhir, dan laba, maka penting untuk mengikuti mekanisme yang dipilih secara konsisten.
*Kelebihan :
  1. Mudah menandingakan kos kini dengan pendapatan sekarang
  2. Jika harga naik, harga barang konservatif
  3. laba operasi tidak terkotori oleh untung/rugi fluktuasi harga
  4. Jika harga berfluktuasi , sanggup meratakan keuntungan tahunan.
*Kelemahan :
  1. bertentangan dengan pedoman fisik sesungguhnya
  2. Tidak memperlihatkan potensi jasa yang bahwasanya /kos yang sudah usang.
3. Metode Rata-Rata Tertimbang
  • Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya produksiyang dikeluarkan periode kini dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
  • Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen sesudah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif,yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan depar temen berikutnya yang bersangkutan.

10 Teknik Sederhana Menghitung HPP, Terbukti Berikan Hasil Maksimal Terhadap Keuntungan

cara menghitung harga pokok penjualan
Pengertian Harga pokok penjualan (HPP) adalah jumlah semua pengeluaran-pengeluaran langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan barang agar dapat dijual.
Dengan istilah lain dapat didefinisikan bahwa HPP adalah harga yang harus dibayar untuk memperoleh suatu barang.
Dalam prakteknya harga pokok penjualan terdiri dari harga faktur ditambah biaya angkut.
Sedangkan biaya-biaya yang lain diperlakukan sebagai biaya waktu (period cost) yang dibebankan pada periode yang bersangkutan.
Bagaimana cara paling mudah untuk menghitung HPP?
Secara umum ada 10 teknik yang digunakan untuk menghitung dan menentukan HPP.
(Bagaimana teknik menyajikan HPP di Laporan Laba Rugi dapat anda pelajari di: Inilah Informasi Super Penting yang akan Anda peroleh dari Laporan Laba Rugi)
Anda tidak perlu menggunakan semua metode itu, cukup pilih salah satu yang cocok dengan bisnis anda.

01. 10 Teknik Menghitung HPP

Harga pokok penjualan (HPP) dapat dihitung dengan menggunakan 10 teknik berikut ini, yaitu:

Teknik Menghitung HPP - Identifikasi

Cara #1. Identifikasi Khusus

Cara identifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus barang harus sama dengann arus biaya.
Untuk itu perlu dipisahkan tiap-tiap jenis barang berdasarkan pada harga pokoknya dan untuk tiap-tiap kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui.
Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual dan sisanya merupakan persediaan akhir.
Cara ini dapat digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang menggunakan prosedur pencatatan persediaan dengan metode fisik maupun perpetual.
Kekurangan dari cara identifikasi khusus adalah menimbulkan banyak pekerjaan tambahan dan gudang yang luas. Sehingga cara ini jarang digunakan oleh perusahaan. 

Cara #2. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)

Ada 3 cara menghitung harga pokok penjualan (HPP) yang dasarnya adalah arus biaya, di mana arus barang tidak harus sama dengan arus biayanya yaitu FIFO, LIFO (Masuk Terakhir Keluar Pertama dan rata-rata tertimbang.
Metode FIFO
Untuk menjelaskan penggunaan 3 cara tersebut digunakan contoh data sebagai berikut :
lifo, fifo, rata-rata tertimbang
Bila menggunakan cara Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO) harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya.
Apabila ada penjualan atau pemakaian barang-barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok yang paling terdahulu, disusul dengan yang masuk berikutnya.
Persediaan akhir dibebani harga pokok terakhir.
Bila menggunakan contoh data di atas, persediaan akhir dan harga pokok penjualan (HPP) dapat dihitung dengan cara FIFO adalah sebagai berikut :
Metode fisik :
Misalnya perhitungan fisik atas barang-barang dalam gudang pada tanggal 28 Februari 2015 menunjukkan jumlah 300 kg, terdiri dari:
Pembelian  24 Februari    100 kg @Rp. 126  =  Rp. 12.600
Pembelian 15 Februari     200 kg @Rp. 116  =  Rp. 23.200
J u m l a h                        300 kg              Rp. 35.800
Sesudah diketahui jumlah persediaan akhir maka harga pokok penjualan dapat dihitung sebagai berikut :
Rp. 112.000 – Rp. 35.800 = Rp 76.200
Metode Perpetual

Metode Perpetual (buku) :

Apabila digunakan metode perpetual maka setiap jenis persediaan akan dibuatkan kartu persediaan yang terdiri dari beberapa kolom yang digunakan untuk mencatat mutasi persediaan.
Dengan menggunakan contoh data di atas, kartu piutang bisa dibuat seperti berikut ini :
tabel menghitung hpp dengan metode fifo perpetual
Tabel menghitung hpp dengan metode fifo perpetual
Dari kartu barang di atas dapat dilihat bahwa jumlah persediaan barang tanggal 28 Februari 2015 sebesar 300 kg dengan harga pokok sebesar Rp. 35.800.
Jumlah persediaan yang dihitung dengan cara FIFO dengan metode fisik akan menunjukkan hasil yang sama dengan metode perpetual (buku). 

Cara #3. Rata-rata Tertimbang (Weighted Average)

Perhitungan dengan cara rata-rata tertimbang ini barang-barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata.
Metode Rata - rata Tertimbang
Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya.
Ada 2 metode yang digunakan untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualan (HPP) adalah sebagai berikut :

Metode Fisik:

Misalnya barang-barang yang ada di gudang pada tanggal 28 Februari 2015 dihitung berjumlah 300 kg. Persediaan akhir dihitung sebagai berikut :
perhitungan persediaan dan hpp dengan rata-rata tertimbang metode fisik

Metode Perpetual :

Barang-barang yang dikeluarkan akan dibebani harga pokok pada akhir periode.
Karena harga pokok rata-rata baru dihitung pada akhir periode akibatnya jurnal untuk mencatat berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir periode.
Apabila harga pokok rata-rata dicatat setiap ada pengeluaran barang maka diperlukan untuk menghitung harga pokok rata-rata setiap kali terjadi pembelian barang.
Sehingga dalam satu periode akan terdapat beberapa beberapa harga pokok rata-rata.
Cara seperti ini disebut rata-rata bergerak (moving average).
Bila menggunakan cara perhitungan rata-rata bergerak kartu piutang-nya akan nampak seperti berikut ini :
tabel rata-rata bergerak - metode perpetual
Harga pokok rata-rata per kg yang baru akan dihitung setiap kali ada pembelian barang.
Pengeluaran barang berikutnya dihitung dengan harga pokok rata-rata tersebut sampai ada pembelian lagi.
Pada contoh di atas, pada tanggal 9 Februari 2015 harga pokok rata-rata dihitung sebagaii berikut :
Rp 53.000 : 500 kg = Rp. 106.000
Harga pokok rata-rata ini digunakan untuk menghitung harga pokok pengeluara barang pada tanggal 10 Februari 2015.
Kemudian pada tanggal 15 Februari 2015 ada pembelian barang sejumlah 400 kg dengan harga Rp 116 per kg.
Harga pokok rata-rata yang baru adalah Rp 57.000 : 500 kg = Rp. 114.
Dan begitu seterusnya…
Apabila terjadi pengembalian barang yang dijual maka tidak ada masalah dalam mencatat barang-barang yang dikembalikan itu karena harga pokok rata-rata yang digunakan masih sama.
Tapi jika barang-barang yang diterima kembali itu terjadi sesudah adanya pembelian baru maka harga pokok rata-ratanya sudah berbeda.
Sehingga perlu dihitung harga pokok rata-rata yang baru.
Masalah lain timbul bila barang yang dibeli dikembalikan pada penjual. Dalam hal ini harga pokok rata-rata tidak sama dengan harga beli barang-barang yang dikembalikan.
Oleh karena itu selisihnya dibebankan pada rekening Selisih Persediaan.
Ada artikel menarik yang perlu dibaca tentang pembelian, maka baca juga : 

Cara #4. Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)

Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul dengan yang masuk sebelumnya.
Metode LIFO
Persediaan akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya.
Penggunaan cara LIFO atau Masuk Terakhir Keluar Pertama akan lebih jelas jika dilihat dalam perhitungan berikut yang datanya masih diambil dari contoh di atas.

Metode Fisik :

Misalnya pada tanggal 28 Februari 2015 diadakan perhitungan fisik terhadap barang-barang dalam gudang yang hasilnya adalah jumlah persediaan sebanyak 300 kg
Harga pokok persediaan barang sebanyak 300 kg itu dihitung sebagai berikut:
Pembelian 01 Februari 200 kg @Rp. 100 = Rp. 20.000
Pembelian 09 Februari 100 kg @Rp. 110 = Rp. 11.000
J u m l a h                     300 kg                     Rp. 31.000

Harga Pokok Penjualan :

Rp. 112.000 – Rp. 31.000 = Rp. 81.000
metode perhitungan fisik

Metode Perpetual (buku):

Dengan cara ini barang-barang yang dikeluarkan dapat dikreditkan dalam rekening persediaan dengan harga pokoknya pada waktu :

1. Akhir Periode

Setiap ada pengeluaran barang yang dicatat dalam kolom pengeluaran hanya kuantitasnya sedang harga pokoknya baru dicatat pada akhir periode sekaligus.
Cara ini akan memberikan hasil perhitungan persediaan akhir dan harga pokok penjualan yang sama besar dengan metode fisik.

2. Setiap kali ada barang yang dikeluarkan

Jika harga pokok barang-barang yang dikeluarkan dicatat dalam kartu persediaan pada saat barang-barang tersebut dikeluarkan.
Maka perhitungan harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan sebagai berikut :
lifo-perpetual
Persediaan akhir bisa dilihat pada baris terakhir sebesar :
persediaan akhir metode lifo - perpetual
Harga pokok penjualan dapat dilihat dalam rekening harga pokok penjualan yaitu sebesar:
Tgl 18 Februari 2015
Rp. 33.000 + Rp 10.000 + Rp 34.800 = Rp. 77.800
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan persediaan akhir dan harga pokok penjualan tidak sama dengan hasil dari metode fisik.
Selisih harga pokok persediaan kedua metode tersebut sebesar Rp. 3.200.
Selisih sebesar itu disebabkan karena perbedaan harga pokok per kg dari barang yang dikeluarkan tanggal 10 dan 18 Februari 2015.
Perhatikan perhitungan selisihnya adalah sebagai berikut:
selisih perhitungan metode lifo -fisik dengan perpetual
Bila terjadi adanya pengembalian terhadap barang-barang baik pembeli maupun kepada penjual maka barang-barang yang dikembalikan akan dicatat dengan harga pokok yang terakhir.
Selisih dengan harga belinya dicatat dalam rekening selisih persediaan.
Salah satu kekurangan dari cara perhitungan dengan LIFO adalah bila perusahaan memiliki banyak jenis persediaan maka akan memakan waktu yang lama. 

Cara #5. Persediaan Besi / Minimum

Cara ini menganggap bahwa perusahaan memerlukan suatu jumlah persediaan minimum untuk menjaga kontinuitas usahanya.
Metode Persediaan Besi/Minimum
Persediaan minimum ini dianggap sebagai suatu elemen yang harus selalu tetap sehingga dinilai dengan harga pokok yang tetap.
Harga pokok untuk persediaan minimum biasanya diambil dari pengalaman yang lalu di mana harga pokok itu nilainya rendah.
Pada akhir periode jumlah barang yang ada dalam gudang dihitung.
Jumlah persediaan minimum dinilai dengan harga pokok yang tetap.
Sedangkan selisih antara jumlah barang yang ada dengan jumlah persediaan minimum dinilai dengan harga pada saat tersebut.
Cara perhitungan dengan persediaan minimum dipakai anggapan bahwa jumlah persediaan minimum itu selalu tetap sehingga harga pokok penjualan akan terdiri dari pembelian-pembelian baru.
Oleh karena itu hasil perhitungan nilai persediaan dengan cara ini akan mendekati jumlah persediaan yang dihitung dengan cara LIFO (Masuk Terakhir Keluar Pertama).

Cara #6. Biaya Standar (Standard Cost)

Di Perusahaan manufaktur yang menggunakan sistem biaya standar, persediaan barang dinilai dengan biaya standar, yaitu biaya-biaya yang seharusnya terjadi.
Metode Biaya Standar
Biaya standar ini ditentukan di muka, yaitu sebelu proses produksi dimulai, untuk bahan baku, upah langsung dan biaya produksi tidak langsung.
Apabila terdapat perbedaan antara biaya-biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standarnya maka perbedaan-perbedaan itu akan dicatat sebagai selisih.
Karena persediaan barang dinilai dengan biaya standar maka dalam harga pokok penjualan tidak termasuk kerugian-kerugian yang timbul karena pemborosan-pemborosan dan hal-hal yang tidak biasa.
Biaya standar yang ditetapkan akan terus digunakan apabila tidak ada perubahan harga maupun metode produksi.
Apabila ternyata ada perubahan maka biaya standar harus direvisi dan disesuaikan dengan keadaan yang baru. 

Cara #7. Harga Pokok Rata-rata Sederhana (Simple Average)

Harga pokok persediaan dalam perhitungan dengan cara ini ditentukan dengan menghitung rata-ratanya tanpa memperhatikan jumlah barangnya.
Metode Harga Pokok Rata-rata Sederhana
Contohya seperti ini :
metode rata-rata sederhana
Apabila jumlah barang yang dibeli berbeda-beda maka metode ini tidak menghasilkan harga pokok yang dapat mewakili seluruh persediaan. 

Cara #8. Harga Beli Terakhir (Latest Purchase Price)

Cara menghitung dengan cara ini persediaan barang yang ada pada akhir periode dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir tanpa mempertimbangkan apakah jumlah persediaan yang ada melebihi jumlah yang dibeli terakhir.
Harga Beli Terakhir
Perhatikan, contoh beriktu ini:
Misalnya pembelian terakhir terjadi pada tanggal 24 Februari 2015 sebanyak 100 unit dengan harga Rp 126 per unit.
Persediaan barang pada tanggal 31 Desember 2015 sebanyak 300 unit. Nilai persediaan pada tanggal 28 Februari 2015 dihitung sebagai berikut :
300 x Rp 126 = Rp. 37.800 

Cara #9. Nilai Penjualan Relatif

Cara ini digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama (joint costs) untuk masing-masing produk yang dihasilkan/dibeli.
Masalah alokasi ini dapat timbul dalam usaha dagang maupun perusahaan manufaktur.
Metode Nilai Penjualan Relatif
Di perusahaan dagang apabila dibeli beberapa barang yang harganya menjadi satu, timbul masalah berapakah harga pokok masing-masing barang tersebut.
Pembagian biaya bersama ini dilakukan berdasar nilai penjualan relatif dari masing-masing barang tersebut.
Perhatikan contoh ini:
Di beberapa perusahaan manufaktur suatu proses produksi akan menghasilkan beberapa produk sekaligus. Hasil produksi seperti ini disebut produk bersama.
Biaya-biaya produksi untuk menghasilkan produk disebut biaya bersama (joint costs) dan dapat dialokasikan untuk masing-masing produk dengan menggunakan metode nilai penjualan relatif.
Perhatikan contoh berikut ini:
Misalnya PT ABC menghasilkan 2 macam produk dari proses produksinya yaitu produk A dan B. Data yang berhubungan dengan produksi dan penjualan untuk bulan Agustus 2015 sebagai berikut :
contoh perhitungan hpp dengan nilai penjualan relatif
Pembagian biaya bersama untuk produk A dan B dilakukan sebagai berikut :
pembagian biaya bersama dalam metode nilai penjualan relatif
Sesudah harga pokok per unit diketahui maka persediaan akhir dan harga pokok penjualan bisa dihitung sebagai berikut :
menghitung persediaan akhir dan hpp dengan metode nilai penjualan relatif

Cara #10. Biaya Variabel (Direct Costing)

Dengan cara ini, harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan hanya dibebani dengan biaya produksi yang variabel, yaitu bahan baku, upah langsung dan biaya produksi tidak langsung yang variabel.
Biaya Bahan variabel
Biaya produksi tidak langsung yang tetap akan dibebankan sebagai biaya dalam periode yang bersangkutan dan tidak ditunda dalam persediaan.
Cara ini berguna bagi pimpinan perusahaan untuk merencanakan dan mengawasi biaya-biaya-nya.
Agar cara ini bisa digunakan dengan baik maka rekening-rekening biaya harus dipisahkan menjadi biaya variabel dan tetap.
Baca juga :
  • Contoh SOP Finalisasi Anggaran
  • Contoh SOP File Master Anggaran
Karena yang dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi hanya biaya-biaya yang variabel maka cara ini tidak diterima sebagai prinsip ekonomi yang lazim.
Oleh karena itu jika digunakan cara biaya variabel maka pada akhir periode harus diadakan penyesuaian terhadap persediaan dan harga pokok penjualan (HPP). 

02. Kesimpulan

Demikian pembahasan mengenai Inilah 10 Cara Praktis dan Akurat untuk Menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP).
Silahkan anda pilih yang sesuai dengan proses bisnis anda. Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan.
Satu metode yang cocok digunakan pada jenis industri tertentu dan lingkungan tertentu, belum tentu cocok digunakan untuk jenis bisnis yang lain.
so, bijaklah dalam mengimplementasikannya….
Jika Anda peduli dan ingin meningkatkan kinerja BISNIS dan usaha Anda, tidak ada salahnya untuk membaca sejenak artikel berikut ini : Accounting Tools & SOP Akuntansi Keuangan.
Bila ada yang perlu dibahas kembali, silahkan masukannya.
Terima kasih.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.