Latest Post

Account Assistant Account Officer Account Payable Account Receivable Accounting Accounting Case Study Accounting Certification Accounting Contest Accounting For Manager Accounting Manager Accounting Software Acquisition Admin Administrasi administrative assistant Administrator Advance accounting Aktiva Tetap Akuisisi Akun Akuntan Privat Akuntan Publik AKUNTAN. Akuntansi Akuntansi Biaya Akuntansi Dasar Akuntansi Management Akuntansi Manajemen Dan Biaya Akuntansi Pajak Akuntansi Perusahaan Dagang Akuntansi Perusahaan Jasa Akuntansi Syariah Akuntansi Translasi Akunting Analisis Transaksi Announcement Aplikasi Akuntansi archiving ARTICLES ARTIKEL Asumsi dasar Akuntansi Asuransi Aturan Pencatatan Akuntansi Audit Audit Kinerja Auditing Balance sheet Bank Basic Accounting Bea Cukai Bea Masuk Bidang Akuntansi Bukti Transaksi Buku Besar Calculator Capital Cara Pencatatan Akuntansi Career Cash Cash Flow Cat Certification Checker Checker Gudang COGS Collection Contest Corporate Social Responsibility (CSR) Cost Cost Analysis CPA CPA EXAM Credit Credit Policy Current Asset Custom Custom Clearence Dasar Akuntansi Data Debit Kredit Discount Diskon Distributor Dyeing Ekspor Engineering Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Example Expense Export - Import FASB Finance FINANCIAL Financial Advisor Financial Control Finansial Foreign Exchange Rate Form FRAUD Free Download Freebies Fungsi Akuntansi GAAP GAJI Garansi Gift Goodwill Gudang Harga Pokok Penjualan Hotel HPP HRD IFRS Impor Import Import Duty Informasi Akuntansi International Accounting Investasi IT Jasa Jasa Konstruksi Job Vacant JUDUL SKRIPSI AKUNTANSI TERBARU Jurnal Khusus Jurnal Pembalik Jurnal Pembalik Dagang Jurnal Penutup Jurnal Penutup Dagang Jurnal Penyesuaian Jurnal Umum Kas Kas Bank Kas Kecil Kasus Akuntansi Kasus Legal Kasus Pajak Kepala Rekrutment Kertas Kerja Keuangan Knitting Komentar Komputer Konsolidasi Konstruksi Konsultan Laba-Rugi Laboratorium Lain-lain lainnya LANDING COST Laporan akuntansi Laporan Arus Kas Laporan Keuangan Laporan Keuangan Dagang Laporan Keuangan Jasa Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Modal laporan Rugi Laba Layanan Konsumen Lean Accounting Lean Concept Lean Manufacturing Legal Logistik Lowongan Kerja Accounting MA Accounting Macam Transaksi Dagang Management Management Accounting Manager Manajemen Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan Manajemen Stratejik Manajer Manajer Administrasi Manfaat Akuntansi Manufaktur Marketing Matching Color Mekanisme Debit Mekanisme Kredit Mencatat Transaksi Merger metode fifo dan lifo Mid Level Miscellaneous Modal Neraca Neraca Lajur Neraca Saldo Neraca Saldo Setelah Penutupan Nerasa Saldo Office Operator Operator Produksi Paint PAJAK pajak pusat.pajak daerah(provinsi dan kabupaten) payroll Pelaporan Korporate Pemasaran Pembelian Pemberitahuan Pemindahbukuan Jurnal Pencatatan Perusahaan Dagang Pendapatan Pengakuan Pendapatan Pengarsipan Pengendalian Pengendalian Keuangan Pengertian Akuntansi PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN pengertian pajak PENGERTIAN PSAK PENGGELAPAN Pengguna Akuntansi Pengkodean Akun Penjualan Perbankan Perlakuan akuntansi Perpajakan Persamaan Dasar Akun Petty Cash Piutang Posting Buku Besar PPH PASAL 21 PPh Pasal 22 PPh Pasal 26 PPn PPn Import Prefesi Akuntansi Prinsip Akuntansi PRINSIP DASAR AKUNTANSI Produksi Profesi Akuntansi Professi Akuntan Profit-Lost Proses Akuntansi Proyek PSAK PSAK TERBARU PURCHASE Purchasing QA QC Quality Assurance Quality Control Quiz Rabat Rajut rangkuman Rebate Recruitment Recruitment Head Rekrutment Retail Retur Return Revenue Review Saldo Normal Sales Sales Representative Sejarah Akuntansi SERIE ARTIKEL Sertifikasi Shareholder Shipping Agent Shipping Charge siklus akuntansi Silus Akuntansi Dagang Sistem sistem akuntansi Sistem Informasi Sistem Informasi & Pengendalian Internal Soal dan Jawaban CPA SPI Spreadsheet Accounting Spreadsheet Gratis Staff Struktur Dasar Akuntansi Supervisor system pengendalian system pengendalian gaji Tax Taxation Teknik Tekstil Template Teori-teori Akuntansi Tinta Tip n Tricks TIPS AND TRICKS Tools Top Level Transaksi Keuangan Tutup Buku Ujian CPA UPAH update situs USAP Utilities Video Tutor Warehouse Warna warranty What Is New

Inilah 4 Cara Menentukan Status Kepemilikan Persediaan Barang

Status Kepemilikan Persediaan Barang - Pencatatan Akuntansi
Untuk menentukkan apakah barang sudah dapat dicatat sebagai persediaan atau tidak, sebagai dasar yang digunakan adalah hak kepemilikan persediaan.
Barang-barang akan dicatat sebagai pihak yang memiliki barang-barang tersebut.
Sehingga perubahan catatan persediaan akan didasarkan pada perpindahan hak kepemilikan barang.

Cara Menentukan Status Kepemilikan Persediaan

Cara Menentukan Status Kepemilikan Persediaan

Ada beberapa kondisi yang sering terjadi di mana sulit untuk menentukan hak kepemilikan barang sehingga dalam prakteknya akan ditemui beberapa penyimpangan.
Kesulitan untuk menentukan perpindahan hak atas barang timbul dalam kondisi seperti berikut ini  dan inilah cara untuk menyelesaikannya: 

#1. Goods in Transit (Barang-barang dalam perjalanan)

Barang-barang yang pada tanggal neraca masih dalam perjalanan menimbulkan masalah apakah masih menjadi milik penjual atau sudah berpindah haknya pada pembeli.
Cara yang paling praktis untuk mengetahui status kepemilikan dari barang-barang seperti itu adalah dengan mencari informasi mengenai syarat pengiriman barang-barang tersebut.
Status kepemilikan persediaan - good in transit
Ada 2 syarat pengiriman barang-barang, yaitu :

Syarat #1. F.O.B shipping point

Bila barang-barang dikirim dengan syarat f.o.b shipping point maka hak atas barang yang dikirim berpindah pada pembeli ketika barang-barang tersebut diserahkan kepada pihak pengangkut.
Untuk mengetahui proses dan diagram alur ( flowchart) sistem akuntansi pembelian barang, silahkan baca juga artikel tentang sistem akuntansi pembelian. (Link sistem akuntansi pembelian kredit)
Pada saat terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli untuk menggunakan syarat pengiriman barang dengan f.o.b shipping point maka :
Penjual :
  • Mencatat penjualan
  • Mengurangi persediaan barangnya
Pembeli :
  • Mencatat pembelian
  • Menambah persediaan barangnya
Dalam prakteknya prinsip pengakuan hak kepemilikan barang seperti ini biasanya sulit dilakukan karena biasanya pembeli tidak mengetahui kapan barangnya akan dikirim.
Oleh karena itu untuk memudahkan pencatatan persediaan, maka pembeli akan mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya pada waktu barang-barang tersebut diterima oleh pembeli.
Sedangkan penjual akan mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya pada waktu mengirimkan barang-barang tersebut.
Penyimpangan ini baru akan menjadi masalah jika pada tanggal penyusunan laporan keuangan ada barang-barang yang masih dalam perjalanan.
Sehingga agar laporan keuangan itu akurat maka barang-barang dalam perjalanan pada tanggal neraca harus ditentukan siapa pemiliknya.

Syarat #2. F.O.B destination

Bila syarat pengiriman barang adalah f.o.b destination maka ini berarti bahwa hak atas barang baru berpindah pada pembeli bila barang-barang yang dikirim sudah diterima oleh pembeli.
Jadi perpindahan hak atas barang terjadi pada tanggal penerimaan barang oleh pembeli.
Saat terjadi kesepakatan untuk menggunakan syarat f.o.b destination maka :
Penjual :
  • Mencatat penjualan
  • Mengurangi persediaan barangnya
Pembeli :
  • Mencatat pembelian
  • Menambah persediaan barangnya
Perlakuanya hampir sama dengan f.o.b shipping point.
Dengan menggunakan syarat f.ob destination pun masih ada kesulitan bagi penjual untuk menentukan kapan barang-barang yang dibeli akan sampai di tangan pembeli.
Sehingga ada prakteknya terdapat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, yaitu penjual sudah mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya pada saat mengirimkan barang-barang tersebut.
Sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya pada saat menerima barang-barang tersebut.
Pada tanggal neraca, perlu ditentukan dengan jelas barang dalam perjalanan itu milik penjual atau pembeli sehingga bisa ditentukan jumlah persediaan barang dengan benar. 

#2. Segregated Goods (Barang-barang yang dipisahkan)

Seringkali terjadi pada saat terjadi kontrak penjualan barang dalam jumlah yang besar, pengiriman barangnya tidak bisa dilakukan sekaligus.
Status kepemilikan persediaan - Barang yang dipisahkan
Walaupun belum dikirimkan, barang-barang yang sudah dipisahkan tersendiri dengan tujuan untuk memenuhi kontrak-kontrak atau pesanan dari pembeli tersebut maka hak kepemilikannya sudah berpindah ke pembeli.
Sehingga pada saat penyusunan laporan keuangan jika ada barang-barang yang sudah dipisahkan harus dikeluarkan dari jumlah persediaan penjual dan dicatat sebagai penjualan.
Begitu juga dengan pembeli sudah dapat mencatatkan sebagai pembelian dan menambah persediaan barangnya. 

#3. Consignment Goods (Barang-barang konsinyasi)

Penjualan dengan sistem konsinyasi atau titipan maka status barang-barang yang dititipkan untuk dijualkan (dikonsinyasikan) haknya masih tetap pada yang menitipkan (consignor) sampai barang-barang tersebut dijual.
Sebelum barang-barang tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan pihak yang menitipkan.
Status kepemilikan persediaan - konsinyasi
Pihak yang menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas barang-barang tersebut sehingga tidak mencatatkan barang-barang tersebut sebagai persediaannya.
Apabila barang-barang itu sudah dijual maka yang menerima titipan membuat laporan pada yang menitipkan.
Pada waktu menerima laporan, pihak yang menitipkan (consignor) mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya. 

#4. Installment Sales (Penjualan Angsuran)

Dalam penjualan angsuran hak atas barang tetap pada penjual sampai seluruh harga jualnya dilunasi.
Penjual akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya dikurangi dengan jumlah yang sudah dibayar.
Pembeli akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya sejumlah yang sudah dibayarkannya.
Apabila dianggap bahwa kemungkinan pembatalan penjualan tersebut adalah kecil maka penjual dapat mengakuinya sebagai penjualan biasa yang diangsur dan pembeli dapat mencatatnya sebagai pembelian biasa yang pembayarannya diangsur.
Ada beberapa cara penjualan angsuran di mana masing-masing cara akan ditentukan cara mencatatnya.
Berikut ini contoh-contohnya :
#1. Dibeli mesin dengan harga Rp 50.000.000 yang pembayarannya akan diangsur selama 5 tahun, tiap tahun sebesar Rp. 10.000.000 ditambah bunga 10% per tahun.
Status Kepemilikan Persediaan - Pembelian Mesin
Jurnal yang dibuat oleh pembeli untuk mencatat pembelian mesin dan pembayaran angsuran adalah sebagai berikut :
Pembelian mesin:
Mesin                   Rp. 50.000.000
Utang                                   Rp. 50.000.000
Akhir tahun pertama :
Utang                          Rp. 10.000.000
Biaya bunga                Rp.  5.000.000
Kas                                           Rp. 15.000.000
Perhitungan bunganya :
10% x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000
Akhir tahun kedua :
Utang                   Rp. 10.000.000
Biaya bunga         Rp.  4.000.000
Kas                                       Rp. 14.000.000
Perhitungan bunganya :
10% x Rp. 40.000.000 = Rp. 4.000.000
Dan seterusnya …
#2. Mesin dibeli dengan harga Rp. 60.000.000 di angsur lima tahun, di mana setiap tahunnya Rp 12.000.000 tanpa bunga.
Jika dibeli tunai maka harga mesin itu Rp. 50.000.000. Dengan sistem penjualan seperti itu bunga selama masa angsuran inklusif dengan harga mesin.
Harga perolehan (cost) mesin adalah sebesar harga tunainya dan selisihnya dicatat sebagai bunga. Jurnal pembelian mesin yang dibuat oleh pembeli untuk mencatat pembelian mesin dan angsuran setiap tahun sebagai berikut :
Pembelian mesin :
Mesin              Rp. 50.000.000
Biaya bunga    Rp. 10.000.000
Utang                           Rp. 60.000.000
Akhir tahun pertama :
Utang              Rp. 12.000.000
Kas                                  Rp. 12.000.000

Jurnal penyesuaian :
Cadangan bunga      Rp. 8.000.000
Biaya bunga                    Rp. 8.000.000
Cadangan bunga dalam neraca dikurangkan pada jumlah utang pembelian mesin sehingga dapat menunjukkan nilai tunai utang pada tanggal neraca.
Pada awal tahun berikutnya dibuat jurnal penyesuaian kembali sebagai berikut :
Biaya bunga         Rp. 8.000.000
Cadangan bunga             Rp. 8.000.000
Akhir tahun kedua :
Utang                     Rp. 6.000.000
Kas                                 Rp. 6.000.000
Jurnal penyesuaian :
Cadangan bunga    Rp. 6.000.000
Biaya bunga                      Rp. 6.000.000
Jurnal penyesuaian kembali :
Biaya bunga           Rp. 6.000.000
Cadangan bunga             Rp. 8.000.000
Dan seterusnya ….

Cara Membuat Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang

akuntansi-anggaran
Jurnal penyesuaian persediaan barang perlu dibuat di setiap akhir periode akuntansi.
Proses penyesuaian ini timbul karena digunakannya dasar waktu (accrual basis) dan juga diperlukan untuk memisahkan rekening-rekening neraca dan laba rugi.
Pemisahaan seperti itu diperlukan karena ada beberapa rekening yang saldonya masih bersifat campuran, yaitu sebagian merupakan pos NERACA dan sebagian merupakan pos LABA RUGI.
Di samping itu ada beberapa transaksi yang belum dicatat selama periode tahun buku yang bersangkutan.
(Baca juga : Lebih Jauh Tentang Jurnal Koreksi dan Penyesuaian (Contoh Penerapan)
Selain rekening Persediaan Barang, ada beberapa rekening atau akun yang memerlukan penyesuaian di akhir periode akuntansi, yaitu :
  • Biaya dibayar di muka.
  • Pendapatan dibayar di muka.
  • Utang biaya (biaya yang masih akan dibayar).
  • Piutang pendapatan (pendapatan yang masih akan diterima).
  • Depresiasi (penyusutan) dan Deplesi aktiva tetap berwujud dan amortisasi aktiva tetap tidak berwujud.
  • Kerugian piutang.
(Baca juga : Bagaimana Cara Membuat Jurnal Penyesuaian Pendapatan Diterima di Muka dan Biaya Dibayar di Muka?)

Cara Membuat Jurnal Penyesuaian Persediaan

Cara membuat penyesuaian persediaan barang tergantung pada prosedur akuntansi yang digunakan dan jenis perusahaan.
Ada 2 metode akuntansi persediaan, yaitu: 1) metode fisik ,dan 2) metode perpetual (buku).
Ada perbedaan dalam pembuatan jurnal penyesuaian persediaan barang dari kedua metode tersebut.
Sedangkan pembahasan kali ini, akan diberikan contoh perhitungan dan cara pembuatan jurnalnya.
Untuk mengetahui cara membuat jurnal penyesuaian Persediaan Barang dan perbedaannya dari dua metode itu, berikut ini penjelasaannya satu per satu.

01. Metode Buku (Perpetual)

Metode buku adalah metode pencatatan persediaan yang mengikuti mutasi persediaan baik kuantitasnya maupun harga pokoknya. Sehingga jumlah persediaan bisa diketahui setiap saat.
Perusahaan yang menggunakan metode buku untuk mencatat persediaan barang tidak memerlukan penyesuaian pada akhir periode akuntansi.
Kenapa?
Karena jumlah persediaan untuk periode tersebut sudah diketahui dari rekening Persediaan Barang.
Untuk memeriksa jumlah barang yang ada di gudang sesuai dengan buku atau tidak maka setiap setahun sekali paling tidak dilakukan perhitungan fisik.
Hasil dari perhitungan fisik tersebut kemudian dibandingkan dengan saldo dalam rekening persediaan.
Bila ada perbedaan maka rekening persediaan diubah agar sesuai dengan barang yang sesungguhnya ada.
Perubahan ini dibuat dalam bentuk jurnal penyesuaian persediaan dan dicatat dalam rekening selisih persediaan.
(Baca juga : Begini Cara Membuat Jurnal Penyesuaian Utang Biaya dan Piutang Pendapatan)
Perhatikan contoh perhitungannya berikut ini:
Rekening persediaan barang PT MyCom Computer Retail pada tanggal 31 Desember 2015 menunjukkan saldo sebanyak 1000 unit dengan harga pokok @Rp. 1000.
Hasil perhitungan fisik pada tanggal tersebut menunjukkan jumlah 950 unit. Selisih antara rekening persediaan dengan hasil perhitungan fisik sebanyak 1000 – 950 = 50 unit @ Rp. 1000 = Rp. 50.000.
Dalam keadaan seperti ini rekening persediaan barang akan dikurangi sebanyak Rp 5.000 agar sesuai dengan jumlah persediaan yang sesungguhnya ada.
Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut :
Selisih Persediaan                                           xxx
Persediaan Barang                                         xxx

02. Metode Persediaan Fisik

Bila menggunakan metode persediaan fisik, mutasi persediaan tidak diikuti dalam rekening persediaan.
Sehingga rekening persediaan barang tidak dapat menunjukkan saldo persediaan sewaktu-waktu.
Setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian dan setiap penjualan hanya dicatat penjualannya saja, tidak ada catatan mengenai harga pokok penjualan.
Untuk menentukan jumlah persediaan pada akhir periode dilakukan perhitungan fisik atas barang-barang dalam gudang.
Hasil perhitungan ini digunakan untuk mengadakan penyesuaian terhadap rekening persediaan dan Harga Pokok Penjualan.
Perhatikan contoh sebagai berikut:
Persediaan barang dagangan dan pembelian PT MyCom Computer Retail adalah sebagai berikut :
contoh data perhitungan harga pokok persediaan barang dagang
Dari data di atas dapat dihitung harga pokok penjualan selama tahun 2015 sebagai berikut :
perhitungan harga pokok penjualan
Agar rekening harga pokok penjualan menunjukkan jumlah sebesar Rp. 1.550.000, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian dan dibukukan ke rekening harga pokok penjualan.
Jurnal penyesuaian yang dibuat pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut :
jurnal penyesuaian persediaan barang dagang
Demikian pembahasan tentang jurnal penyesuaian persediaan barang dagang. Bagaimana dengan usaha Anda, apa metode yang digunakan?
Apapun metodenya, pastikan sesuai dengan karakteristik, kondisi dan proses bisnis Anda.
Terima kasih.

Jualan LARIS, Tapi KAS Kosong, Kenapa dan Bagaimana Solusinya?

Jualan LARIS, Tapi KAS Kosong, Kenapa dan Bagaimana Solusinya?
“Jualan ramai seperti ini kok uangnya tidak ada, pada kemana ya, apa digondol tuyul?”Tanyanya  sambil melayani pembeli dagangannya.
“Benarkah seperti itu Pak?”
Penasaran juga saya ingin tahu berapa omset hariannya, kenapa kasnya bisa kosong.
Sambil menunggu menu makanan yang saya pesan, tidak ada salahnya ngobrol dengan pengelola usaha kuliner yang sedang membantu menyiapkan menu-menu pesanan pembeli.
“Iya Mas, saya juga heran, jualan LARIS, tapi kenapa KAS sering kosong sehingga saat mau bayar ke supplier minta re-schedule?”
“Gitu ya Pak”
“Kelihatannya sih rada aneh Pak, dengan pembeli yang bejubel seperti ini, masa kas kosong?”
Sambil mengamati atraksi para pegawainya menyiapkan menu-menu andalan, cuma kali ini nampaknya saya harus serius menanggapi si pengusaha kuliner ini.
“Bisa saja pengelolaan kasnya yang kurang baik Pak. Atau mungkin bapak kurang melakukan kontrol terhadap penerimaan dan pengeluaran kas.
Boleh jadi pengeluaran kas untuk hal-hal yang tidak atau kurang mendesak tidak dikelola secara tepat  sehingga ada kebutuhan yang benar-benar mendesak, ternyata kas kosong”
“Iya ya, banyak kemungkinan dari kas yang sering kosong itu”
Suara berisik alat masak yang saling beradu dengan lainnya sering terdengar. Tandanya para pegawai masih sibuk dengan persiapan menu-menu andalannya. Tapi saya tetap lanjut ngobrolnya, maklum lagi nanggung.
“Ada beberapa kemungkinan yang terjadi. ada 4 elemen yang bisa berpengaruh terhadap kas dan cashflow :1) Persediaan dagangan, 2) Piutang, 3) utang, 4) Aset tetap
Selanjutnya:
1. Lihat pergerakan jumlah hutang. Apakah menurun?
2. Lihat pertumbuhan nilai persediaan. Apakah meningkat?
3. Lihat pertumbuhan nilai piutang. Apakah meningkat?
4. Lihat pertumbuhan nilai aset tetap. Apakah meningkat?
sudahkah Bapak membuat catatan laporan keuangan?”
” Belum lengkap, baru penjualan dan pengeluaran yang besar-besar”
“Balau bisa sih dibuat lengkap Pak, salah satu tujuannya agar Bapak bisa mengetahui kondisi keuangan BISNIS Bapak, kemudian apa strategi yang tepat untuk kedepannya, termasuk strategi agar kas tidak kosong terus menerus. ”
“Karena kas operasional kosong atau minus artinya dari waktu ke waktu perusahaan butuh uang kas dari sumber non operasional untuk memenuhi beban-beban kas operasional.”
“o o o ngerti sekarang”
“Pengusaha yang sudah sadar menjadi pengusaha PASTI akan berjuang untuk membuat laporan keuangan.
Hanya pengusaha yang belum merasa jadi pengusaha lah yang belum punya laporan keuangan.
Laporan keuangan, walau salah cara membuatnya, selama si pengusaha bisa nulis, pasti akan dibuat.”
“ Terima kasih Mas, saya paham sekarang, itu menu makanannya sudah datang Mas, saya tinggal dulu ya Mas”
Demikian obrolan singkat  antara pembeli dan pengusaha kuliner mengenai KAS.
jualan di pasar
Untuk lebih memperjelas pemahaman kita tentang hal ini, mari kita telaah contoh nyata dari perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (IDX) PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM).
Perusahaan yang berkantor di Gedung Nariba Office Suites, Lantai 6 Jl. Mampang Prapatan Raya No. 39 Jakarta selatan, 12790 dan bergerak dalam bidang Industri, perikanan dan perdagangan pada tanggal 8 Desember 2015 telah mencatatkan saham perusahaan pada Bursa Efek Indonesia.
Baca juga artikel terkait : Mengintip Laporan Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Produsen Beras Maknyuss dan Ayam Jago
Sumber modal perusahaan untuk tumbuh bisa dari laba, utang, tambahan setoran modal dari pemegang saham yang sudah ada dan setoran modal dari pesaham baru.
Setoran modal dari pesaham baru adalah pintu bagi penggabungan kekuatan banyak orang. Pintu bisnis berjamaah.
Bahkan IPO dan rights issue terus menerus membuka peluang seluas luasnya kepada jutaan orang untuk ikut berjamaah dalam bisnis tersebut.
Setelah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia aset  PT Dua Putra Utama Makmur Tbk meningkat dari Rp 311M di awal tahun menjadi Rp. 1,575 T di akhir tahun.
Omset pun naik dari Rp. 302 M tahun 2014 menjadi Rp. 732 M tahun 2015 dan Rp. 967M tahun 2016. Laba perusahaan juga terus naik.
Sedangkan Arus Kas Operasional mengalami penurunan dari plus Rp. 13 M di tahun 2014 menjadi  minus Rp. 98 M tahun 2015, minus Rp. 202 M tahun 2016 dan minus Rp. 21 M catur wulan I tahun 2017 seperti nampak dalam laporan arus kas dari aktivitas operasi berikut ini :
Laporan Cash Flow dari Aktivitas Operasi PT DPUM Tbk
Arus kas operasional minus artinya dari waktu ke waktu perusahaan butuh uang kas dari sumber non operasional untuk memenuhi beban-beban kas operasional.
Memperoleh laba tapi kas operasional minus artinya penjualan tidak menghasikan kas tetapi menghasilkan piutang.
Jika arus kas operasional tidak minus, sebuah perusahaan yang rugi masih bisa hidup normal.
Tapi jika arus kas operasional minus, perusahaan tersebut mesti mencari kas dari luar operasional untuk menutupnya.
Bisa berasal dari setoran modal baru, bisa dari penjualan aset tetap, bisa dari cadangan kas (jika ada), atau bisa juga dari utang.
Tapi tentu saja ini ada batasnya. Tidak bisa dilakukan secara terus-menerus. Pada batas tertentu , penyebab minusnya kas operasional mesti diamputasi. Seperti ditutupnya Seven Eleven oleh PT Modern Internasional Tbk.
Baca juga : 2 Metode atau Cara Membuat Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow) 
Apa yang dilakukan PT Dua Putra Utama Makmur Tbk untuk membenahi cash flow yang negatif?
Debth to Equity Ratio (DER) alias rasio antara utang terhadap ekuitas mencerminkan kemampuan manajemen perusahaan untuk mengoptimalkan modal yang telah disetor oleh para pesaham.
Perusahaan dengan DER nol artinya manajemen hanya menggunakan modal disetor dari pesaham untuk menyelenggarakan bisnisnya.
Ekspansi perusahaan hanya mengandalkan laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. Pertumbuhan perusahaan akan cenderung lambat. Akan mudah terdesak di pasar oleh pesaingnya yang berekspansi masif dengan crowding effect yang dimilikinya.
Maka, perusahaan yang agresif akan memandang DER rendah sebagai peluang menambah utang dan menggunakannya untuk modal ekspansi.
Kebijakan seperti ini bagus dengan syarat cash flow operasional perusahaan positif dengan nominal positif di atas laba.
Tapi, jika cash flow negatif, DER rendah  bukanlah peluang menambah utang untuk ekspansi.
Perbaiki cashflow operasional terlebih dahulu selanjutnya rencana ekspansi dengan peningkatan DER secara step by step.  Dan inilah yang  sedang dibenahi PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM).
Baca juga : Inilah Alasan Mengapa Perlu Manajemen Keuangan?
PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM) mengatasi cash flow operasional yang minus pada catur wulan I tahun 2017 sebesar  Rp. 20.785.924.079  dengan utang bank jangka pendek sebesar Rp.  177.552.780.454.
Dana tersebut juga sekalian digunakan untuk membayar utang bank sebesar Rp. 116.871.354.976, utang sewa pembiayaa Rp. 1.026.972.000, utang lembaga keuangan Rp. 776.383.067 dan saham treasury Rp. 289.360.000.
Total kas yang diperoleh dari aktivitas pendanaan adalah sebesar Rp. 58.588.710.410. Selengkapnya ada di Laporan Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan berikut ini :
Laporan Cash Flow untuk aktivitas pendanaan PT DPUM Tbk
Ketika sebuah perusahaan tidak bisa membayar kewajibannya kepada pihak lain, pihak yang tidak dibayar bisa menggugatnya pailit sesuai dengan Undang Undang kepailitan.
Maka perusahaan apapun jenis usahanya dan di manapun lokasi operasionalnya harus bekerja keras untuk menjaga arus kas nya agar bisa membayar kewajiban sesuai tanggal jatuh temponya.
Jika pembayaran tidak tertutup dari pendapatan operasional karena arus kas operasional minus, utang adalah solusi jangka pendek untuk menyelamatkan arus kas perusahaan, dan ini yang dilakukan oleh PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM).

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.