Jualan LARIS, Tapi KAS Kosong, Kenapa dan Bagaimana Solusinya?
“Jualan ramai seperti ini kok uangnya tidak ada, pada kemana ya, apa digondol tuyul?”Tanyanya sambil melayani pembeli dagangannya.
“Benarkah seperti itu Pak?”
Penasaran juga saya ingin tahu berapa omset hariannya, kenapa kasnya bisa kosong.
Sambil menunggu menu makanan yang saya pesan, tidak ada salahnya ngobrol dengan pengelola usaha kuliner yang sedang membantu menyiapkan menu-menu pesanan pembeli.
“Iya Mas, saya juga heran, jualan LARIS, tapi kenapa KAS sering kosong sehingga saat mau bayar ke supplier minta re-schedule?”
“Gitu ya Pak”
“Kelihatannya sih rada aneh Pak, dengan pembeli yang bejubel seperti ini, masa kas kosong?”
Sambil mengamati atraksi para pegawainya menyiapkan menu-menu andalan, cuma kali ini nampaknya saya harus serius menanggapi si pengusaha kuliner ini.
“Bisa saja pengelolaan kasnya yang kurang baik Pak. Atau mungkin bapak kurang melakukan kontrol terhadap penerimaan dan pengeluaran kas.
Boleh jadi pengeluaran kas untuk hal-hal yang tidak atau kurang mendesak tidak dikelola secara tepat sehingga ada kebutuhan yang benar-benar mendesak, ternyata kas kosong”
“Iya ya, banyak kemungkinan dari kas yang sering kosong itu”
Suara berisik alat masak yang saling beradu dengan lainnya sering terdengar. Tandanya para pegawai masih sibuk dengan persiapan menu-menu andalannya. Tapi saya tetap lanjut ngobrolnya, maklum lagi nanggung.
“Ada beberapa kemungkinan yang terjadi. ada 4 elemen yang bisa berpengaruh terhadap kas dan cashflow :1) Persediaan dagangan, 2) Piutang, 3) utang, 4) Aset tetap
Selanjutnya:
1. Lihat pergerakan jumlah hutang. Apakah menurun?
2. Lihat pertumbuhan nilai persediaan. Apakah meningkat?
3. Lihat pertumbuhan nilai piutang. Apakah meningkat?
4. Lihat pertumbuhan nilai aset tetap. Apakah meningkat?
1. Lihat pergerakan jumlah hutang. Apakah menurun?
2. Lihat pertumbuhan nilai persediaan. Apakah meningkat?
3. Lihat pertumbuhan nilai piutang. Apakah meningkat?
4. Lihat pertumbuhan nilai aset tetap. Apakah meningkat?
sudahkah Bapak membuat catatan laporan keuangan?”
” Belum lengkap, baru penjualan dan pengeluaran yang besar-besar”
“Balau bisa sih dibuat lengkap Pak, salah satu tujuannya agar Bapak bisa mengetahui kondisi keuangan BISNIS Bapak, kemudian apa strategi yang tepat untuk kedepannya, termasuk strategi agar kas tidak kosong terus menerus. ”
“Karena kas operasional kosong atau minus artinya dari waktu ke waktu perusahaan butuh uang kas dari sumber non operasional untuk memenuhi beban-beban kas operasional.”
“o o o ngerti sekarang”
“Pengusaha yang sudah sadar menjadi pengusaha PASTI akan berjuang untuk membuat laporan keuangan.
Hanya pengusaha yang belum merasa jadi pengusaha lah yang belum punya laporan keuangan.
Laporan keuangan, walau salah cara membuatnya, selama si pengusaha bisa nulis, pasti akan dibuat.”
“ Terima kasih Mas, saya paham sekarang, itu menu makanannya sudah datang Mas, saya tinggal dulu ya Mas”
Demikian obrolan singkat antara pembeli dan pengusaha kuliner mengenai KAS.
Untuk lebih memperjelas pemahaman kita tentang hal ini, mari kita telaah contoh nyata dari perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (IDX) PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM).
Perusahaan yang berkantor di Gedung Nariba Office Suites, Lantai 6 Jl. Mampang Prapatan Raya No. 39 Jakarta selatan, 12790 dan bergerak dalam bidang Industri, perikanan dan perdagangan pada tanggal 8 Desember 2015 telah mencatatkan saham perusahaan pada Bursa Efek Indonesia.
Baca juga artikel terkait : Mengintip Laporan Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Produsen Beras Maknyuss dan Ayam Jago
Sumber modal perusahaan untuk tumbuh bisa dari laba, utang, tambahan setoran modal dari pemegang saham yang sudah ada dan setoran modal dari pesaham baru.
Setoran modal dari pesaham baru adalah pintu bagi penggabungan kekuatan banyak orang. Pintu bisnis berjamaah.
Bahkan IPO dan rights issue terus menerus membuka peluang seluas luasnya kepada jutaan orang untuk ikut berjamaah dalam bisnis tersebut.
Setelah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia aset PT Dua Putra Utama Makmur Tbk meningkat dari Rp 311M di awal tahun menjadi Rp. 1,575 T di akhir tahun.
Omset pun naik dari Rp. 302 M tahun 2014 menjadi Rp. 732 M tahun 2015 dan Rp. 967M tahun 2016. Laba perusahaan juga terus naik.
Sedangkan Arus Kas Operasional mengalami penurunan dari plus Rp. 13 M di tahun 2014 menjadi minus Rp. 98 M tahun 2015, minus Rp. 202 M tahun 2016 dan minus Rp. 21 M catur wulan I tahun 2017 seperti nampak dalam laporan arus kas dari aktivitas operasi berikut ini :
Arus kas operasional minus artinya dari waktu ke waktu perusahaan butuh uang kas dari sumber non operasional untuk memenuhi beban-beban kas operasional.
Memperoleh laba tapi kas operasional minus artinya penjualan tidak menghasikan kas tetapi menghasilkan piutang.
Jika arus kas operasional tidak minus, sebuah perusahaan yang rugi masih bisa hidup normal.
Tapi jika arus kas operasional minus, perusahaan tersebut mesti mencari kas dari luar operasional untuk menutupnya.
Bisa berasal dari setoran modal baru, bisa dari penjualan aset tetap, bisa dari cadangan kas (jika ada), atau bisa juga dari utang.
Tapi tentu saja ini ada batasnya. Tidak bisa dilakukan secara terus-menerus. Pada batas tertentu , penyebab minusnya kas operasional mesti diamputasi. Seperti ditutupnya Seven Eleven oleh PT Modern Internasional Tbk.
Baca juga : 2 Metode atau Cara Membuat Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)
Apa yang dilakukan PT Dua Putra Utama Makmur Tbk untuk membenahi cash flow yang negatif?
Debth to Equity Ratio (DER) alias rasio antara utang terhadap ekuitas mencerminkan kemampuan manajemen perusahaan untuk mengoptimalkan modal yang telah disetor oleh para pesaham.
Perusahaan dengan DER nol artinya manajemen hanya menggunakan modal disetor dari pesaham untuk menyelenggarakan bisnisnya.
Ekspansi perusahaan hanya mengandalkan laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. Pertumbuhan perusahaan akan cenderung lambat. Akan mudah terdesak di pasar oleh pesaingnya yang berekspansi masif dengan crowding effect yang dimilikinya.
Maka, perusahaan yang agresif akan memandang DER rendah sebagai peluang menambah utang dan menggunakannya untuk modal ekspansi.
Kebijakan seperti ini bagus dengan syarat cash flow operasional perusahaan positif dengan nominal positif di atas laba.
Tapi, jika cash flow negatif, DER rendah bukanlah peluang menambah utang untuk ekspansi.
Perbaiki cashflow operasional terlebih dahulu selanjutnya rencana ekspansi dengan peningkatan DER secara step by step. Dan inilah yang sedang dibenahi PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM).
Baca juga : Inilah Alasan Mengapa Perlu Manajemen Keuangan?
PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM) mengatasi cash flow operasional yang minus pada catur wulan I tahun 2017 sebesar Rp. 20.785.924.079 dengan utang bank jangka pendek sebesar Rp. 177.552.780.454.
Dana tersebut juga sekalian digunakan untuk membayar utang bank sebesar Rp. 116.871.354.976, utang sewa pembiayaa Rp. 1.026.972.000, utang lembaga keuangan Rp. 776.383.067 dan saham treasury Rp. 289.360.000.
Total kas yang diperoleh dari aktivitas pendanaan adalah sebesar Rp. 58.588.710.410. Selengkapnya ada di Laporan Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan berikut ini :
Ketika sebuah perusahaan tidak bisa membayar kewajibannya kepada pihak lain, pihak yang tidak dibayar bisa menggugatnya pailit sesuai dengan Undang Undang kepailitan.
Maka perusahaan apapun jenis usahanya dan di manapun lokasi operasionalnya harus bekerja keras untuk menjaga arus kas nya agar bisa membayar kewajiban sesuai tanggal jatuh temponya.
Jika pembayaran tidak tertutup dari pendapatan operasional karena arus kas operasional minus, utang adalah solusi jangka pendek untuk menyelamatkan arus kas perusahaan, dan ini yang dilakukan oleh PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM).
Post a Comment
Post a Comment