Latest Post

Account Assistant Account Officer Account Payable Account Receivable Accounting Accounting Case Study Accounting Certification Accounting Contest Accounting For Manager Accounting Manager Accounting Software Acquisition Admin Administrasi administrative assistant Administrator Advance accounting Aktiva Tetap Akuisisi Akun Akuntan Privat Akuntan Publik AKUNTAN. Akuntansi Akuntansi Biaya Akuntansi Dasar Akuntansi Management Akuntansi Manajemen Dan Biaya Akuntansi Pajak Akuntansi Perusahaan Dagang Akuntansi Perusahaan Jasa Akuntansi Syariah Akuntansi Translasi Akunting Analisis Transaksi Announcement Aplikasi Akuntansi archiving ARTICLES ARTIKEL Asumsi dasar Akuntansi Asuransi Aturan Pencatatan Akuntansi Audit Audit Kinerja Auditing Balance sheet Bank Basic Accounting Bea Cukai Bea Masuk Bidang Akuntansi Bukti Transaksi Buku Besar Calculator Capital Cara Pencatatan Akuntansi Career Cash Cash Flow Cat Certification Checker Checker Gudang COGS Collection Contest Corporate Social Responsibility (CSR) Cost Cost Analysis CPA CPA EXAM Credit Credit Policy Current Asset Custom Custom Clearence Dasar Akuntansi Data Debit Kredit Discount Diskon Distributor Dyeing Ekspor Engineering Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Example Expense Export - Import FASB Finance FINANCIAL Financial Advisor Financial Control Finansial Foreign Exchange Rate Form FRAUD Free Download Freebies Fungsi Akuntansi GAAP GAJI Garansi Gift Goodwill Gudang Harga Pokok Penjualan Hotel HPP HRD IFRS Impor Import Import Duty Informasi Akuntansi International Accounting Investasi IT Jasa Jasa Konstruksi Job Vacant JUDUL SKRIPSI AKUNTANSI TERBARU Jurnal Khusus Jurnal Pembalik Jurnal Pembalik Dagang Jurnal Penutup Jurnal Penutup Dagang Jurnal Penyesuaian Jurnal Umum Kas Kas Bank Kas Kecil Kasus Akuntansi Kasus Legal Kasus Pajak Kepala Rekrutment Kertas Kerja Keuangan Knitting Komentar Komputer Konsolidasi Konstruksi Konsultan Laba-Rugi Laboratorium Lain-lain lainnya LANDING COST Laporan akuntansi Laporan Arus Kas Laporan Keuangan Laporan Keuangan Dagang Laporan Keuangan Jasa Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Modal laporan Rugi Laba Layanan Konsumen Lean Accounting Lean Concept Lean Manufacturing Legal Logistik Lowongan Kerja Accounting MA Accounting Macam Transaksi Dagang Management Management Accounting Manager Manajemen Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan Manajemen Stratejik Manajer Manajer Administrasi Manfaat Akuntansi Manufaktur Marketing Matching Color Mekanisme Debit Mekanisme Kredit Mencatat Transaksi Merger metode fifo dan lifo Mid Level Miscellaneous Modal Neraca Neraca Lajur Neraca Saldo Neraca Saldo Setelah Penutupan Nerasa Saldo Office Operator Operator Produksi Paint PAJAK pajak pusat.pajak daerah(provinsi dan kabupaten) payroll Pelaporan Korporate Pemasaran Pembelian Pemberitahuan Pemindahbukuan Jurnal Pencatatan Perusahaan Dagang Pendapatan Pengakuan Pendapatan Pengarsipan Pengendalian Pengendalian Keuangan Pengertian Akuntansi PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN pengertian pajak PENGERTIAN PSAK PENGGELAPAN Pengguna Akuntansi Pengkodean Akun Penjualan Perbankan Perlakuan akuntansi Perpajakan Persamaan Dasar Akun Petty Cash Piutang Posting Buku Besar PPH PASAL 21 PPh Pasal 22 PPh Pasal 26 PPn PPn Import Prefesi Akuntansi Prinsip Akuntansi PRINSIP DASAR AKUNTANSI Produksi Profesi Akuntansi Professi Akuntan Profit-Lost Proses Akuntansi Proyek PSAK PSAK TERBARU PURCHASE Purchasing QA QC Quality Assurance Quality Control Quiz Rabat Rajut rangkuman Rebate Recruitment Recruitment Head Rekrutment Retail Retur Return Revenue Review Saldo Normal Sales Sales Representative Sejarah Akuntansi SERIE ARTIKEL Sertifikasi Shareholder Shipping Agent Shipping Charge siklus akuntansi Silus Akuntansi Dagang Sistem sistem akuntansi Sistem Informasi Sistem Informasi & Pengendalian Internal Soal dan Jawaban CPA SPI Spreadsheet Accounting Spreadsheet Gratis Staff Struktur Dasar Akuntansi Supervisor system pengendalian system pengendalian gaji Tax Taxation Teknik Tekstil Template Teori-teori Akuntansi Tinta Tip n Tricks TIPS AND TRICKS Tools Top Level Transaksi Keuangan Tutup Buku Ujian CPA UPAH update situs USAP Utilities Video Tutor Warehouse Warna warranty What Is New


Akuntansi Untuk Akuisisi

     1.      Ketika sebuah perusahaan di ambil alih oleh perusahaan lain, perusahaan penawar harus memutuskan apakah akuisisi akan diperlakukan sebagai pembelian (purchase) atau penggabungan kepentingan.
    2.      Metode akuntansi pembelian untuk melaporkan akuisisi memerlukan asset dari perusahaan target dilaporkan nilai pasar yang sesuai dalam pembukuan perusahaan penawar. Dengan metode ini, asset yang disebut dengan muhibah (goodwill) diciptakan untuk tujuan akuntansi. Muhibah ialah perbedaan antara harga pembelian dan estimasi nilai pasar sesuai dari asset bersih (asset dikurangi kewajiban) yang didapatkan.
    3.      Dalam penggabungan kepentingan, asset dari perusahaan pengambil alih dan yang diambil alih digabungkan, yang berarti bahwa laporan neraca akan digabungkan/ditambahkan. Perusahaan gres dimiliki bersama oleh semua pemegang saham dari pemegang saham dari perusahaan yang sebelumnya terpisah. Proses akuntansi lebih sederhana disini, kita hanya menambahkan dua laporan neraca menjadi satu. Total asset tidak berubah dengan adanya akuisisi dan tidak ada akun muhibah yang diciptakan.

Apa itu Laporan Keuangan Konsolidasi?, Kapan diperlukan? Metode / Pendekatan/Approach apa saja yang biasa dipakai?, Bagaimana prosedurnya?. Mulai posting ini hingga beberapa posting ke depan aku akan membahas mengenai LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI, mulai dari konsepnya, metode-metodenya, prosedurnya, tentu saja akan disertai oleh contoh-contoh kasus, tidak ketinggalan kajian perpajakan terkait dengan perusahaan induk (parent company) dan anak (subsidiary) atau cabang, serta perwakilan (representative). Oh ya, di simpulan serie nanti aku juga akan bagikan kepada anda worksheet laporan keuangan konsolidasi, berupa template laporan keuangan konsolidasi, kalau diperlukan. Layaknya template, tentu sudah ada formula di dalamnya.


Laporan Keuangan Konsolidasi termasuk “advance financial accounting” topic.

Bagi rekan-rekan yang belum pernah menangani laporan keuangan konsolidasi, dan ingin mengingat-ingat kembali topic yang pernah di ajarkan di Akuntansi Keuangan Lanjutan pada akhir-akhir semester perkuliahan dahulu. Jangan khawatir, kita akan mulai dari konsep dasarnya sekali. Dan pelan-pen nanti akan kita tingkatkan ke bagian-bagian yang lebih mendalam seiring dengan tingkat pemahaman kita.

Bagi rekan-rekan yang sedang (sudah pernah) menangani laporan keuangan konsolidasi, mungkin tidak ada salahnya untuk mengikuti pembahasan awalnya juga. Siapa tahu ada bab tertentu yang anda tinggalkan, atau bahkan mungkin ada bab dari pembahasan awal ini yang mampu membuka sumbat yang selama ini mengganjal pemahaman (penguasaan) anda di dalam membuat laporan keuangan konsolidasi.

Okay, enough with talks, kita mulai ke topic-nya….


Gambaran Umum Laporan Keuangan Konsolidasi

Definisi Umum

Laporan Keuangan Konsolidasi ialah Laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau lebih anak perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan – akan entitas – entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan.

Dari difinisi umum diatas, dapat kita tarik suatu pemahaman bahwa; Laporan Keuangan Konsolidasi dibutuhkan apabila salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kontrol terhadap perusahaan lain. Otherwise, laporan keuangan konsolidasi tidak diperlukan.

Artinya; kalau tidak memiliki hak kendali (control) yang lebih, maka mereka ialah tubuh usaha (entity) mandiri, artinya mereka masing-masing akan membuat laporan keuangan yang sendiri-sendiri dan tidak mungkin untuk digabungkan, ditambahkan atau yang sejenisnya. So, there is no point to construct a consolidated financial statement.
 Mulai posting ini hingga beberapa posting ke depan aku akan membahas mengenai LAPORAN KE LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIMerger & Acquisition Accounting) terlebih dahulu. Di sana akan dibahas mengenai konsep Merger & Acquisition, dan prosedur pembuatan laporan konsolidasi pada ketika Merger/Acquisition terjadi. Dengan memahami konsep dan prosesnya semenjak awal, aku berharap; pemahaman prosedur pembuatan Laporan Keuangan Konsolidasi pasca penggabungan nantinya mampu lebih mudah dipahami. Sampai ketemu di Merger & Acquisition Accounting - Part1. dan Merger & Acquisition Accounting - Part2.

Bagi rekan-rekan yang somehow mendapatkan e-mail dari blogger sehabis meminta FREE SPREADSHEET di ACCOUNTING, FINANCE & TAXATION (i.e.: Penghitung PPh Pasal 21, Spreadsheet Bank Rekonsiliasi, Laba/Rugi & Neraca) yang isinya ihwal komentar pembaca lain, mungkin bertanya-tanya; "kenapa setiap ada request dari pembaca lain saya selalu mendapatkan e-mail ihwal komentar tersebut?".

Selama ini saya belum pernah jelaskan, kini saya jelaskan (jaga-jaga kalau ada yang belum tahu), terutama untuk rekan-rekan yang request free spreasheet, mungkin akan sangat sering mendapatkan email update komentar. Tentunya itu menciptakan tidak nyaman.

Kenapa itu sanggup terjadi?

Karena waktu tulis komentar atau request, di form request ada feature “E-mail Follow Up” menyerupai terlihat di gambar dibawah ini:

 yang isinya ihwal komentar pembaca lain MEMINTA FREE SPREADSHEET ACCOUNTING
Jika kotak kecil yang saya beri bundar warna merah di atas di isi tanda rumput menyerupai di atas, artinya anda meminta supaya setiap ada komentar di halaman tersebut supaya diberitahukan ke email anda.

Sebenarnya feature ini kasatmata sifatnya, samasekali tidak ada maksud untuk mengganggu kenyamanan anda (pemberi komentar), malahan sangat membantu apa bila anda sedang menunggu response atas komentar yang anda tulis. Sehingga anda tidak perlu bolak-balik menyelidiki untuk tahu apakah komentar (pertanyaan/request) nya sudah dijawab atau belum.

Jika tidak ingin dikirimi follow-up ke email, maka kotak kecil tersebut jangan diberi tanda rumput.

Bagiamana jikalau sudah terlanjur pernah kasi tanda rumput dan kini terus menerus menerima e-mail komentar? Dan anda ingin menghentikannya?.

Caranya mudah: anda tulis komentar lagi di halaman yang sama, masukkan lagi e-mail yang anda pakai dahulu, kemudian hilangkan tanda rumputnya (pastikan kotak tersebut tanpa tanda rumput). Jika sudah simpulan click tombol “submit comments”. Selesai. Mudah-mudahan feature tersebut sanggup dimanfaatkan dengan baik agar.


Bagi rekan-rekan yang belum kebagian FREE SPREADSHEET ACCOUNTING & PAJAK, silahkan tulis komentar dan jangan lupa cantumkan e-mail address-nya, saya masih layani. Oh iya, masih banyak free spreadsheet accounting dan pajak lain yang akan saya bagikan, jikalau sanggup yang lebih bagus. Sering-sering check ke sini.

Masih ada satu sub topic dari serie “Standard Cost, Variance & Effisiensi” yang belum saya bahas yaitu: mengalokasikan variance. Seperti kita ketahui bahwa tidak ada rekening (account) variance di dalam laporan keuangan, jadi dibawa kemanakah variance ini? Bagaimana jurnalnya?. Yet, standard cost dan analysis variance sangat bersahabat kaitannya dengan effisiensi, justru disinilah pembahasan Standard Cost dan Analysis Variance yang sesungguhnya. Apakah menurunnya cost sudah berarti effisiensi? Kita akan bahas sebentar lagi.

Hanya untuk recall saja, jikalau saya summarize variances yang sudah terjadi dari topic sebelumnya (Standard Cost, Variance & Effisiensi dan Standard Cost, Variance – Part 2), ada 4 (empat) variances yang ditemukan, yaitu:

[Debit]. Raw Material Price Variance = 1,500,000
[Credit]. Raw Material Price Variance = Rp 750,000
[Debit]. Raw Material Usage Variance = Rp 187,500
[Debit]. Direct Labour Cost Variance = Rp 62,500

Dari keempat variance di atas, “Raw Material Price Variance” ada 2 (dua) debit dan kredit, sanggup pribadi di off-set-kan, sehingga tinggal 3 (tiga) variances saja, yitu:

[Debit]. Raw Material Price Variance = Rp 750,000
[Debit]. Raw Material Usage Variance = Rp 187,500
[Debit]. Direct Labour Cost Variance = Rp 62,500

Selanjutnya dibawa kemanakah variance tersebut?


Mengalokasikan Variance

Kita tahu pada laporan keuangan tidak mengenal rekening (account) “variance”, oleh lantaran itu variance harus dialokasikan sebelum buku ditutup ke keuntungan rugi dan neraca. Perlu diketahui, bahwa variance bukanlah rekening permanent, melainkan rekening sementara yang dijadikan salah satu instrument pengukur effisiensi semata-mata.

Bagaimanapun juga variance yang timbul yaitu kasatmata dan harus diakui. Bagaimanapun juga pada akibatnya transaksi yang diakui dan dilaporkan yaitu actual cost-nya (bukan standard cost-nya). Selisih antara actual cost dengan standard cost yang tadinya di post ke rekening variance masing-masing harus dikembalikan ke dalam cost-nya, sehingga nantinya cost yang di laporkan di dalam Profit & Lost Statament maupun Neraca yaitu “sebesar actual cost-nya”.

Kapan variance dialokasikan ke cost?

Peng-alokasi-an dilakukan tentunya sesudah semua variance di verifikasi, di analisa, disimpulkan dan didokumentasikan, selambat-lambatnya, sebelum proses tutup buku di laksanakan.

Kemana dan bagaimana mengalokasikan variance?

Variance pada raw material (either price variance or usage variance)

[-]. Jika pada ketika pengalokasian variance ke cost-nya, barang jadi (inventory) sudah terjual seluruhnya, maka variance pribadi di alokasikan ke Cost of Goods Sold (Material Usage), dengan jurnal (sesuai dengan contoh kasus):

[Debit]. Inventory Usage (COGS) = Rp 937,500
[Credit]. Raw Material Price Variance = Rp 750,000
[Credit]. Raw Material Usage Variance = Rp 187,500

[-]. Jika sebagian sudah terjual, sebagian belum, maka dilihat dahulu nilai variance-nya. Jika nilai variance-nya dianggap “immaterial”, maka sanggup pribadi dialokasikan ke COGS (Inventory usage) ibarat jurnal di atas. Sedangkan jikalau nilai variance-nya dianggap ”material”, maka sebagian dialokasikan ke inventory, sebagian ke inventory usage (COGS) secara proportional (sesuai prosentase berapa terjual berapa yang masih berupa persediaan barang jadi), jurnalnya:

[Debit]. Inventory Usage (COGS) = Rp 900,000 (misal: sudah terjual)
[Debit]. Inventory = 37,500 (misal: belum terjual)
[Credit]. Raw Material Price Variance = Rp 750,000
[Credit]. Raw Material Usage Variance = Rp 187,500

Variance pada Direct Labor Cost

Langsung dialokasikan ke cost asalnya (Direct Labor Cost) dengan jurnal:

[Debit]. Direct Labour Cost (COGS) = Rp 62,500
[Credit]. Direct Labour Cost Variance = Rp 62,500

Variance pada Overhead Cost

Walaupun pada contoh masalah ini tidak ada variance, pada kenyataannya, tidak menutup kemungkinan variance sanggup terjadi juga pada overhead cost, jikalau memang terjadi maka dialokasikan dengan jurnal:

[Debit]. Overhead Cost (COGS)
[Credit]. Overhead Cost Variance

Catatan: dengan jurnal di atas, maka rekening sementara variance sudah nol (terhapus), variance sudah dialokasikan ke cost aslinya dan cost yang diakui telah sama dengan actual costnya.

Kalau toh akibatnya dikembalikan ke actual cost-nya, buat apa mencari variance dan buat apa menerapkan standard cost?”.

Tujuan utama penerapan standard cost yaitu semata-mata untuk mengukur dan menjaga effisiensi. Kita lanjutkan ke variance dan effisiensi, disana kita bahas lebih mendalam lagi.


Variance dan Effisiensi

Saya tambahkan sub pokok bahasan ini dengan harapan: mudah-mudahan sanggup mengasah “awareness instinct (=kewaspadaan naluriah?)” akan potensi in-effisiensi dan bentuk-bentuk kebocoran yang sanggup terjadi.

Ini penting bagi rekan-rekan di accounting dan keuangan, khususnya bagi mereka-mereka yang tidak merasa cukup puas dengan hanya menjadi clerk atau bookkeeper saja. So, untuk rekan-rekan yang hanya sekedar ingin tahu perlakuan dan jurnalnya saja, anda tidak perlu membaca (mengikuti) klarifikasi saya lebih lanjut lagi, don’t waste your time.

Tapi bagi yang suka berpikir, ingin berguru lebih mendalam, ingin mengerti managerial-nya, saya encourage untuk mengikuti (membacanya) hingga akhir. You are not going to waste your time, you are eventually about to learn a more insightful of accounting cost, it will be well worth it.

Kembali ke basic-nya, variance cost (selisih pada cost), entah itu atas raw material, direct labor maupun overhead cost, jikalau variance yang timbul:

[-]. Bersaldo debit
Berarti actual cost-nya lebih tinggi dibandingkan standard cost, jikalau ini yang terjadi, artinya perusahaan beroperasi di atas budget yang sudah ditetapkan. Apakah ini sudah niscaya kebocoran/inefficiency?, belum tentu, tetapi sudah niscaya ada yang tidak beres.

[-]. Bersaldo Credit
Berarti actual cost-nya lebih rendah dibandingkan standard cost, yang artinya perusahaan beroperasi dibawah budget yang telah di tetapkan. Apakah ini sudah berarti effiseinsi?, belum tentu juga.

Variance manapun yang timbul, masih memerlukan follow-up (=tindak lanjut?) dari pihak manajemen. Yang bertugas untuk melaksanakan verifikasi dan analisa tentunya mereka (dia) yang bertanggung jawab mengelola keuangan perusahaan, mereka (dia) yang diperlukan menjadi pengaman asset perusahaan. Pada perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, kiprah ini biasanya ditangani pribadi oleh direktur, sedangkan pada perusahaan yang sudah bersekala corporation (besar) biasanya ditangani oleh Controller (Financial Controller) dan atau Chief Financial Officer (CFO).

Itulah sebabnya mengapa rekan-rekan di accounting dan keuangan (jika memang ingin mengembangkan career ke level yang lebih tinggi lagi) sebaiknya mulai pelan-pelan memahami: flow (alur), mobilty (perpindahan dan pergerakan) fisik barang sekaligus transaksinya secara terintegrasi, minimal (sekali lagi saya underline “minimal”).


Catatan: (Permakluman)

Banyak cara dan kawasan untuk belajar. Tentu blog ini bukanlah sesuatu yang layak untuk dijadikan kawasan belajar. Blog ini awalnya ingin saya jadikan sebagai wadah bagi diri saya untuk ber-ekspresi, ber-idealisme, sekaligus untuk kawasan mengasah diri saya pribadi, untuk mengingat-ingat kembali apa yang telah saya kerjakan. Jikapun ada diantara rekan-rekan pengunjung menganggap blog ini sebagai alternative sarana belajar, bertukar pikiran, dan berbagi, dan lain sebagainya, saya berterimakasih dan bersukur. Amin!. Atas dasar ajaran itulah saya merasa perlu membenahi-nya, semoga sanggup menawarkan sumbangan yang lebih banyak dan lebih baik lagi. Dan untuk maksud tersebut, saya sadar itu butuh waktu, saya harus berguru lebih banyak hal lagi. Sekalilagi terimakasih untuk support-nya.


Kembali ke topic……

Jika mempunyai product knowledge yang kuat, mengetahui tehnis pelaksanaan mulai dari research & development, marketing, purchasing, production, quality management, packaging, inventory management, sales hingga ke shipping, ditambah dengan accounting, keuangan dan perpajakan, maka fungsi pengendalian (controlling) akan sanggup dilaksanakan dengan sangat baik. Karena kunci dari fungsi pengendalian yaitu memahami dan menguasai “the whole picture” secara terintegarsi, bukan sebagian-sebagian atau sepenggal-sepenggal, apalagi cuma setengah-setengah.

Mengapa perlu?

[-]. Karena tanpa menguasai flow dan mobilitas (pergerakan/perpindahan) fisik barang dari satu kepingan ke kepingan yang lain, dari satu section ke section yang lain, dari satu workstation ke workstation yang lain, dari hulu hingga ke hilir dan balik ke hulu lagi, maka tidak mungkin untuk sanggup meng-interpretasi-kan transaksi ke dalam pencatatan dan pelaporan dengan benar dan akurat.

[-]. Karena tanpa product knowledge dan tehnis process di semua bagian, section, dan workstation, tidak mungkin untuk sanggup melaksanakan verifikasi dan analisa yang benar dan akurat juga.

Contoh (sebagai ilustrasi saja):

Ada variance bersaldo negative (note: untuk yang bersaldo positif rasanya saya tidak perlu jelaskan lagi, sudah banyak saya bicarakan), artinya actual cost lebih rendah dibandingkan standard cost-nya. Apakah itu sudah berarti effisien? Masih perlu kajian dan analisa lebih jauh lagi dibandingkan sekedar angka variance. Perlu mengetahui formula-formula dibawah ini:

[-]. Secara alamiah, efficiency sering berbanding terbalik dengan quality of product.
[-]. Naturally, speed (total hour dibagi oleh total quantity atau volume) sering berbanding terbalik dengan quality.

Artinya apa?, jika menemukan variance negative (actual cost lebih kecil dari standard cost) maka anda sudah harus melakukan:

[-]. Verifikasi antara angka-angka di buku dengan bukti transaksi dan physical count.

Question: Bagaimana sanggup melaksanakan itu jikalau tidak menguasai alur fisik barang dan alur transaksi secara terintegrasi?

Okay, let’s say sudah diverifikasi dengan benar, memang matching and it’s confirmed, memang benar ada negative variance, apakah itu sudah cukup? Not yet….

[-]. Itu merupakan another alarm bell atau red alert atau sinyal ancaman lainnya pada “quality of product”, anda sudah harus cepat-cepat periksa quality barang yang dihasilkan, tentu saja tanpa meng-intervensi kerja kepingan quality control, anda hanya perlu melaksanakan verifikasi dan analisa, kepingan keuangan berhak untuk melaksanakan itu, tentunya diubahsuaikan dengan level dan authority-nya.

Question: Bagaimana sanggup melaksanakan itu jikalau tidak menguasai quality management and its standard?. Mustahil bukan?

Kembali ke duduk kasus quality dan effisiensi. Ini formula selanjutnya yang perlu diketahui (di ingat baik-baik):

[-]. Quality berbanding lurus dengan sales (both in volume & value). Semakin menurun qualitas, most probably sales akan turun juga.
[-]. Sales sudah niscaya (saya yakin anda sudah tahu) berbanding lurus terhadap revenue.
[-]. Revenue berbanding lurus terhadap PROF!T.

So, you are questioning mebagaimana jikalau produksi menurut pesanan?, toh barang sudah dipesan”.

Tahukah anda bahwa, purchase order tidak berarti orang dihentikan mengembalikan barang, jikalau poor in quality niscaya barang dikembalikan, jikalau quality “agak” rendah, mungkin barang tetap diterima tetapi dengan discount.

Okay, let’s say, somehow, quality rendah, tetapi barang diterima dan tanpa discount. Does that sound perfect?. Belum tentu, sangat mungkin back-order atau repeat order-nya akan dikurangi, atau bahkan tidak ada repeat order lagi. Jika new customer, hampir sanggup dipastikan tidak akan pernah kembali lagi, artinya conversion menurun (kesempatan untuk meng-convert new customer menjadi regular customer hilang). See, we just through the “next cash” out of the window.

Tapi, itu kan nanti, yang terang untuk periode ini perusahaan untung”. A-a, perlu diketahui, kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan untuk periode yang akan tiba yaitu bentuk lain dari cost. Namanya “Opportunity Cost”.

apakah opportunity cost dilaporkan di dalam laporan keuangan?”. Memang, tidak dilaporkan, tetapi akan muncul nanti pada laporan yang akan tiba dalam wujud "pertumbuhan revenue yang menurun".
Misalnya:
Dua periode sebelumnya memperoleh revenue Rp 1,000,000 dan periode yang kemudian memperoleh revenue Rp 1,500,000, dan periode berjalan memperoleh revenue Rp 2,250,000. Artinya rata-rata pertumbuhan revenue yaitu 150%. Dengan rata-rata 150% seharusnya revenue di periode berikutnya seharusnya Rp 3,375,000, tetapi lantaran menurunnya quality, beberapa customer yang mendapatkan poor quality product tidak melaksanakan pesanan lagi, sehingga angka Rp 3,375,000 kemungkinan besar tidak akan tercapai. In worst case, sangat mungkin revenue malah turun ke angka dibawah Rp 2,250,000.


Contoh lain: (kasus yang berbeda)

Terjadi variance bersaldo negative pada Direct Labour Cost, artinya upah buruh yang dibayarkan lebih rendah dibandingkan standard cost, apakah sudah berarti effisiensi? Belum tentu juga.

Pada Direct Labor Cost (upah buruh) berlaku formula:

[-]. "Direct Labor Cost" berbanding lurus terhadap “descent work(=tingkat kepuasan kerja?)”.
[-]. "Descent work" berbanding lurus terhadap "employee loyalty"
[-]. "Employee loyalty" berbanding lurus terhadap "productivity"
[-]. "Productivity" berbanding lurus terhadap "Revenue"
[-]. "Descent work" berbanding terbalik terhadap "Employee turnover (arus keluar masuk karyawan)".
[-]. "Employee Turnover" berbanding lurus dengan "Recruitment & Training Expense"

Menurunnya upah buruh sangat mungkin menjadikan menurunnya tingkat kepuasan kerja buruh, dan menurunnya tingkat kepuasan kerja buruh secara alamiah akan menurunkan productivity, productivity kuat terhadap revenue. Tingkat kepuasan kerja yang menurun juga menjadikan employee turnover yang tinggi, employee turnover yang tinggi akan menjadikan recruitment dan pembinaan expense meningkat. Look, that’s another big potential cost.

Failure dalam memilih “employee retention policy (=kebijakan dalam pinjaman kompensasi, incentive dan kesempatan berkembang)” could directly impact productivity and employee turnover.

Catatan: Approach yang sesuai terhadap "Kebijakan Ketenaga Kerjaan", "Human Resource Management" yaitu salah satu kunci kesuksesan aktifitas pengendalian. Dan, rasanya akan menjadi sesuatu yang berat jikalau kedua hal tersebut tidak dikeuasai dengan baik.

Kesimpulan

Dari awal pembahasan hingga kini tampaknya in-efficient salah, efficient juga salah, yang benar yang mana?, mana yang lebih penting; efficient atau quality?, Direct Labor Cost efficiency atau Descent Work?

Kondisi ideal yang diperlukan tentu: Qualitas product terbaik pada tingat effisiensi yang tinggi juga, descent work tertinggi pada tingkat effisiensi direct labor cost yang tinggi juga. Goal setting yang tinggi yaitu postif, tapi perlu realistis in the same time.

Dengan melaksanakan ekspresi dominan analysis dari satu period ke period yang lain, membandingkan unsur-unsur: variance Vs quality, variance Vs productivity, variance Vs employee turnover yang pada akibatnya membandingkan revenue Vs cost/expense secara berkesinambungan, akan sanggup memilih “Match Point (titik temu)” dan “Elasticity” antara unsur-unsur yang di bandingkan.

Yang dimaksudkan dengan match point di sini adalah:

titik” dimana:

[-]. Effisiensi Vs Quality, mengahasilkan profit tertinggi
[-]. Effisiensi Vs Productivity, menghasilan profit tertinggi
[-]. Effisiensi Vs Employee Turnover, menghasilkan profit tertinggi

Match point tersebutlah nantinya akan dijadikan contoh standard cost berikutnya, standard untuk mentukan kebijakan-kebijakan perusahaan di semua department diperiode berikutnya. Dengan perjuangan yang terus menerus, dari period ke periode berikutnya yang semakin ditingkatkan, suatu ketika kondisi ideal yang diperlukan tentunya sanggup diwujudkan.

Last question:

Kalau toh pada akibatnya untuk mencari tingkat profitability maximum, bukankah cukup hanya dengan menganlisis laporan keuntungan rugi saja?, toh sudah sanggup dibandingkan antara revenue dengan cost, antara sales dengan gross margin, antara sales dengan profit margin, dan sebagainya?

Pszz…..wrong conclusion.

Semua analisa perbandingan tadi yaitu dengan asumsi, “NO ERROR (Zero Error)”, hanya duduk kasus mencari titik temu saja. Pada kenyataannya, error sering terjadi, kesalahan sanggup timbul dimana saja, entah lantaran kurangnya ketrampilan pegawai/buruh, atau adanya pegawai/buruh yang bekerja diluar system yang telah ditentukan.

Salah satu fungsi pengendalian yaitu menangkap sinyal error semenjak dini, sehingga sanggup mencegahnya (tidak membiarkan-nya terjadi). Menganalisa dan menyimpulkan apa yang telah terjadi saja bukanlah tindakan yang smart (jika tidak mau disebut bodoh). Jika pintar, maka harus sanggup meng-identifikasi dan mencegahnya, jikapun tidak sanggup dicegah, maka error yang timbul harus dicari akar masalahnya, kemudian shutdown right on the spot (tepat d ititik dimana terjadi-nya error), jangan hingga meluas atau menjalar, dan tidak akan terjadi lagi. Itu gres smart.

Jika diperusahaan anda memakai STANDARD COST, artinya akan ada VARIANCE, artinya perusahaan sangat care terhadap effisiensi. Semua itu membutuhkan kerja keras dan commitment yang sungguh-sungguh dari semua element di perusahaan. Jika belum, mungkin ingin mencoba menerapkan standard cost?


Efek samping keuangan akuisisi

Merger dapat memiliki efek samping keuangan murni yakni hal-hal yang muncul tanpa memandang apakah merger secara ekonomi masuk logika atau tidak. Dua efek samping keuangan akuisisi yaitu sebagai berikut :

      1.      Pertumbuhan EPS
Akuisisi dapat menciptakan apa yang tampak ibarat pertumbuhan dalam pendapatan persaham, atau EPS. Ini dapat membohongi investor alasannya membuat investor berpikir bahwa perusahaan tersebut yaitu lebih baik dari sebelumnya. Misalnya Gobal Resource Ltd, mengambil alih Regional Enterprises. Posisi keuangan dari global dan regional sebelum di akuisisi.
      2.      Diversifikasi
Diversifikasi biasanya di sebutkan sebagai manfaat dari merger dan diversifikasi sendiri tidak menciptakan nilai.

Penggabungan Usaha ialah salah satu strategy dari acara perluasan usaha yang banyak dilakukan. Dan penggabungan usaha pilihannya ada 2 (dua), yaitu: Merger & Acquisition. Sebagai pegawai accounting dan keuangan (mulai dari staff sampai management) mau tidak mau harus memahami prosedur dan bisa melaksanakan manajemen atas kejadian ekonomi menyerupai ini. Itulah sebabnya mengapa memahami Merger & Acquisition Accounting ialah penting bagi orang-orang accounting dan keuangan. Di posting ini saya akan mebahas apa itu penggabungan usaha, mengapa, dan bagaimana bentuk Merger & Acquisition. Diakhir posting nanti saya akan tampilkan slide show mengenai "Merger & Takeover Ditinjau dari perspektif Financial Planning".

Jika dicarikan definisinya, penggabungan usaha ialah aktifitas perluasan usaha yang dilakukan dengan cara menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomi, sebagai upaya untuk memperluas usaha.

Tentu banyak possibilities penyebab mengapa melaksanakan penggabungan usaha, diantara banyaknya kemungkinan yang ada, berikut ini ialah kemungkinan penyebab (alasan) yang paling common:

[-]. Investment profitability
Melakukan investasi pada perusahaan yang sehat dan memiliki tingkat profitability yang tinggi ialah salah satu alasan mengapa penggabungan usaha ialah pilihan perluasan usaha. Dengan berinvestasi pada perusahaan yang profitable, maka perusahaan akan berkesempatan untuk ikut menikmati keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan investee.

[-]. Business Diversification
Diversifikasi usaha (business diversification) ialah strategy lainnnya yang banyak ditempuh. Dengan menguasai aneka macam bidang usaha yang berbeda-beda akan membuka kesempatan untuk memperoleh gain yang lebih banyak lagi dalam business.

[-]. Business Scale
Peningkatan skala perusahaan (business scale) ialah alasan lain mengapa dilakukan penggabungan usaha. Setelah penggabungan terjadi, tentu asset perusahaan akan bertambah, kapasitas bertambah, jangkauan pasar akan lebih luas dan yang tentunya akan diikuti oleh peningkatan omset, integrasi dari peningkatan itulah yang akan menjadikan skala perusahaan menjadi bertambah besar.

[-]. Risk Reduction
No business could be a risk free. Definitely no. Dengan kata lain; ialah tidak mungkin menghilangkan resiko dari sebuah business, yang mungkin ialah berusaha me-manage resiko yang ada, tentunya dengan aneka macam strategy yang diterapkan. Menjalankan satu usaha saja, disamping kesempatan untuk memperoleh gain yang lebih besar menjadi lebih terbatas (dibandingkan jikalau melaksanakan diversifikasi), juga sama artinya dengan menaruh business pada potensi resiko tanpa jalan keluar. Dengan ekspansi usaha diperlukan resiko akan lebih tersebar sehingga akan menjadi lebih ringan, atau resiko kerugian pada perusahaan yang satu, mungkin akan bisa ditutup oleh perusahaan lain yang dimiliki.

[-]. Controlling power gain
Controlling power gain is a typical reason. Ini ialah satu alasan khas mengapa suatu perusahaan melaksanakan penggabungan usaha. Bisa dikatakan alasan inilah yang paling mendominasi. Ada aneka macam kemungkinan alasan mengapa suatu perusahaan ingin menerima kendali atas perusahaan lain, diantaranya:

a). Market penetration
Hal ini biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang mengalami kesulitan untuk memasuki suatu area pasar tertentu.
Contoh:
Danone ingin memasuki pasar air mineral di Indonesia, sementara Aqua sudah mengurat akar di masyarakat konsumen Indonesia, Danone tidak mempunyai pilihan lain selain membeli Aqua untuk bisa memasuki pasar terbesar di south east asia (khususnya Indonesia).

b). Supplies sustainability
Ini biasanya dilakukan oleh perusahaan besar yang mengalami kesulitan supply jawaban raw material dikuasai oleh perusahaan lain. Untuk memastikan sustainability supplies, perusahaan tidak memiliki pilihan lain selain membeli perusahaan tersebut.

c). Technology advancement
Banyak perusahaan yang invest (read:acquisites) karena perusahaan investee memiliki technology yang dianggap unggul dan bisa menopang kelangsungan businessnya. Contoh: Google Inc mengakuisisi Feed Burner. Atau Times Warner yang mengakuisisi AOL.

d). Reducing competition
Menguasai perusahaan competitor ialah salah satu strategy untuk memenangkan persaingan.
Contoh:
Issue yang paling hot ketika ini ialah penjualan Yahoo. Google Inc dan Microsoft Inc. sedang berusaha keras untuk bisa mengakuisi Yahoo. Kita ketahui ketiganya ialah raksasa search engine terbesar di muka bumi ini untuk masa sekarang. Kita sama-sama lihat apakah nanti yahoo hasilnya akan di akuisi oleh Google Inc. atau Microsoft Inc. Bagi saya pribadi sebagai publisher (walaupun kecil-kecilan) saya sangat berharap Google lah yang nantinya mengakuisi yahoo. Saya punya interest tersendiri mengapa saya berharap Google (bukan Microsoft), bukan karena saya pemakai blogspot (anak perusahaan google), tetapi lebih karena search engine strategy saja.

Okay, saya rasa cukup untuk alasan mengapa penggabungan usaha.


Bentuk-Bentuk Penggabungan Usaha

Pengambila-alihan suatu usaha lain, sejatinya hanya dengan 2 (dua) kemungkinan cara, yaitu:

[a]. Net Asset Acquisition (Pengambil-alihan “Aktiva Bersih”)

Jika yang diambil-alih ialah aktiva bersihnya, maka penggabungan usaha tersebut diacatat sebagai MERGER atau bisa jadi CONSOLIDATION. Aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi dipindahkan ke perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi dibubarkan atau dilikuidasi. Setelah merger operasi dari perusahaan yang dulunya terpisah sekarang berada di bawah satu entitas.

So, iZZit a Merger or a consolidation?.

Okay….

Jika setelah pengambil-alihan terjadi, perusahaan investee dibubarkan (dilikuidasi) dan perusahaan hasil penggabungan memakai bendera perusahaan investor (pengakuisisi), maka bentuk penggabungan ini disebut dengan “MERGER”.

Contoh: Perusahaan XX + Perusahaan YY = Perusahaan XX

Sedangkan jikalau setelah penggabungan terjadi, kedua perusahaan atau lebih semuanya dibubarkan (dilikuidasi) dan muncul bendera gres dengan nama entitas gres sebagai hasil peleburan kedua usaha (atau lebih) yang melanjutkan usaha, maka bentuk penggabungan ini disebut dengan “CONSOLIDATION”.

Contoh : Perusahaan XX + Perusahaan YY = Perusahaan ZZ


[-]. Share Acquisition (Pengambil-alihan saham).

Dalam hal ini, pengambil-alihan dilakukan dengan cara membeli saham lebih banyak didominasi berhak-suara perusahaan investee (bukan dengan mengambil alih aktiva bersihnya).

Selanjutnya….

Jika perusahaan yang diambil-alih dibubarkan (dilakuidasi), maka bentuk ini dicatat sebagai “MERGER” atau bisa jadi “CONSOLIDATION” (berlaku menyerupai net asset acquisition di atas).

Sedangkan jikalau perusahaan terakuisisi tidak dibubarkan dan tetap sama-sama beroperasi, maka penggabungan ini dicatat sebagai “SHARE ACQUISITION”. Selanjutnya, perusahaan pengakuisisi disebut sebagai "PARENT COMPANY (Perusahaan Induk)" sedangkan perusahaan terakuisisi selanjutnya disebut sebagai “SUBSIDIARY (Anak Perusahaan)”.

Karena tidak ada perusahaan yang dilikuidasi, perusahaan pengakuisisi memperlakukan kepemilikannya di perusahaan yang diakuisisi sebagai investasi. Dalam akuisisi saham, perusahaan pengakuisisi tidak perlu mengakuisisi seluruh saham milik perusahaan yang diakuisisi untuk memperoleh kendali, cukup hanya dengan menguasai saham mayoritas.

Hubungan yang timbul dari akuisisi saham disebut korelasi induk dan anak perusahaan. Induk perusahaan (parent company) ialah perusahaan yang mengendalikan perusahaan lain yang disebut sebagai perusahaan anak (subsidiary), biasanya melalui pemilikian lebih banyak didominasi di saham biasa.


Merger & Acquisition - Financial Planning View

Berikut ini ialah slideshow, yang mempresentasikan "Bagaimana Merger & takeover dilihat dari perspektif Financial Planning" sebuah kajian dari sudut pandang berbeda mengenai Merger & Acquisition. Sangat bagus bagi rekan-rekan yang ketika ini sedang mengelola keuangan dan mungkin sedang berencana (atau sudah) melaksanakan acquisition (takeover). It is a good knowledge about "how a merger & takeover should be financed and what the implication is".

Slideshow ini disediakan oleh teman baik saya yang sedang menempuh study Master Financial Planning di Griffith University. Thanks Yulie untuk materi ini. Best of luck for you as always. GBU.


Merger & Acquisition Accounting – Part 2 dengan teladan kasus, penjurnalan sampai pelaporannya.

Calculator (penghitung) Bea Masuk, PPN dan PPh Import ini berfungsi untuk membantu melaksanakan estimasi (perkiraan) yang mendekati akurat mengenai perhitungan: Bea Masuk, PPN dan PPh Import atas sebuah rencana import. Saya buat untuk membantu rekan-rekan yang bergelut dengan aktifitas export – import.

Kali ini, giliran rekan-rekan yang bergerak di export-import yang berkesempatan memperoleh tools gratis, agar adil :-).


Model spreadsheet-nya

Seperti screenshot dibawah ini:

 PPN dan PPh Import ini berfungsi untuk membantu melaksanakan estimasi  Bea Masuk, PPN & PPh Import - Calculator
Data yang diperlukan

Adapun data yang perlu di-input:

[-]. Freight Cost (sesuai standard IATA)
[-]. Insurance (jika ada)
[-]. Tariff Bea Masuk (sesuai HS Code Nomenclatur)
[-]. Rate PPN Import (sesuai HS Code Nomenclature)
[-]. Rate PPh Import (sesuai HS Code Nomenclature)


Catatan: HS Code Nomenclature terbaru (2007)

Jika ada diantara rekan-rekan belum mempunyai Nomenclature HS Code terbaru (2007) dan bermaksud memilikinya, boleh menghubungi saya di : lie.dharma.putra[at]gmail.com. Detail Buku:

Isi buku: Daftar komoditi import, beserta tarif-tarif nya (tarif bea masuk dan PPn Import-nya), dikelompokkan sesuai jenis dan materi baku komoditi-nya.

Jumlah Halaman: 1093 halaman.

Jenis file: PDF file, jikalau butuh hard copy juga sanggup saya bantu.


Cara kerjanya

Sangat sederhana. Begitu data di atas di input, maka anda akan eksklusif memperoleh estimasi atas:

[-]. Bea Masuk
[-]. PPN Import
[-]. PPh Pasal 22 Import

Di ujung spreadsheet anda akan memperoleh total Import Duty & Tax. Begitu cepat dan mudah.


Tingkat accuracy

Menganut system “Garbage in – Garbage Out”, artinya hasil estimasi yang dihasilkan tergantung seberapa valid angka yang akan dimasukkan. Jika 100% valid maka out-put-nya akan 100% valid juga.


Yang perlu dicatat

Layaknya mesin penghitung, ia pin-pin-bo :-P alias pintar-pintar-bodoh. Dia tidak sanggup mengubah perintah anda yang salah menjadi benar, melainkan hanya mengerjakan apa yang anda perintahkan.


Cara mendapatkan

Bagi yang ingin mendapatkannya, silahkan subscribe dib log ini dan…kirimkan komentar, dengan meng-copy + paste goresan pena dibawah ini dan melengkapi-nya dengan mengisi titi-titik yang ada.

---------------------------------------------------------------------------------------------------
PENDAPAT SAYA MENGENAI BLOG INI ADALAH:

Kekurangan blog ini, yaitu:……………….. (isi pendapat anda, min. 20 kata)

Kelebihan Blog ini, yaitu:…………………… (isi pendapat ini, min. 20 kata)

Ke depan, saya ingin blog ini:…………………(isi keinginan anda, min 20 kata)

Nama:……………….
E-mail Address:………………
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Jangan segan-segan mengungkapkan kekurangan blog ini, dan memberikan keinginan anda mengenai blog ini di masa yang akan datang. Semakin banyak jumlah kata yang anda sampaikan semakin bagus.

Jangan khawatir tidak memperoleh Calculator (penghitung) Bea Masuk, PPN dan PPh Import ini hanya alasannya ialah menulis kritik yang pedas, feel free and enjoy!


Taktik Defensif

Tidak semua perusahaan mau untuk diakuisisi ataupun melaksanakan merger, berikut uraian seni administrasi defensive yang pernah diakukan untuk menolak upaya tidak merger dan akuisisi.

      1.      Anggaran dasar korporasi
Berbagai perusahaan biasanya mengamademen anggaran dasar perusahaan untuk membuat proses akuisisi menjadi sulit. Contohnya, biasanya 2/3 (67%) dari pemegang saham yang tercatat harus menyetujui merger tersebut atau mungkin dibuat menjadi 80% untuk mempersulit proses tersebut.

      2.      Perjanjian pembelian kembali dan pembatasan
Perjanjian pembatasan ialah kontrak dimana perusahaan penawar oke untuk membatasi kepemilikannya dalam perusahaan target.

      3.      Poison pill dan rencana bunyi saham
Strategi yang dijalankan dapat berupa : [1] membuat hutang perusahaan membengkak dan harus segera dibayar jikalau perusahaan tersebut mengalami take over oleh major share holder. [2] administrasi membuat kebijakan dapat membeli kembali saham perusahaan dengan porsi kepemilikan saham, umumnya mencapai share 50%. [3] mengeluarkan kebijakan untuk pembuatan saham preferen, yang dapat menunjukkan penggantian khusus pada pemegang saham lama jikalau pengambilalihan terjadi.

      4.      Transaksi going private dan buyout leverage
Going private saat saham yang dimiliki public digantikan dengan kepemilikan ekuitas lengkap oleh kelompok pribadi, sebagai konsekuensinya saham perusahaan ditarik dari pasar (jika ini ialah saham yang diperdagangkan dibursa maka akan delisting).

      5.      Alat lain dan jargonnya dalam pengambilalihan korporasi.

Sejauh ini kita di Accounting, Finance & Taxation sudah berinteraksi dengan cukup baik, akan tetapi itu gres komunikasi dua arah saja (member & author/admin), rasanya masih kurang lengkap. Rasanya akan lebih mengagumkan dan lebih hangat jikalau kita mampu mewujudkan komunikasi 4 (empat arah). Terlebih-lebih jikalau kita mampu saling mengenal dalam scheme yang lebih real (lebih nyata) lagi, sangat mungkin kita (author vs member, member vs member) mampu membina persaudaraan, kekerabatan, bersilaturahmi, persahabatan, bahkan mungkin mengembangkan network untuk kepentingan business/usaha atau career, why not?


Komunikasi 4 (empat) arah

Komunikasi 4 (empat) arah yang saya maksudkan disini adalah:

Member Vs Author
Member Vs Member

Sebenarnya, hal itu sudah dimungkinkah oleh flatform blog ini, yaitu di menu “komentar (comment)” yang telah disediakan.

Interaksi mampu dilakukan dengan cara member menanggapi pertanyaan, keluhan (atau apapun itu) dari member lain. Sejauh ini saya belum melihat adanya member menanggapi pertanyaan member yang lain. Padahal mungkin itu sangat bermanfaat, saling menanggapi dalam kerangka “saling mengisi dan melengkapi”.

Misalnya:

[-]. Salah satu member (atau pengunjung non-member) menanyakan sesuatu, member lain dapat menunjukkan tanggapan (atau tanggapan) mengenai pertanyaan itu, dengan menulis komentar dihalaman yang sama.

[-]. Salah satu member (atau pengunjung non-member) menanggapi goresan pena saya, member dapat menunjukkan tanggapan (apapun itu tanggapannya, entah itu berupa pertanyaan atau pernyataan, dsb) dengan menulis komentar dihalaman yang sama.

[-]. Jika member lain merasa punya pandangan (pendapat/opini) yang berbeda terhadap pandangan/opini member yang sudah disampaikan, mampu disampaikan juga dengan cara menulis komentar di halaman yang sama.

Itulah fungsi-nya link komentar (Comment Link) yang disediakan di ujung bawah article, tujuannya: supaya model komunikasi menyerupai di atas mampu diwujudkan.

Mungkin saya agak terlambat untuk mensosialisasikan hal ini. Di kesempatan ini, saya ingin encourage, saya ingin mengajak rekan-rekan pengunjung (member maupun non-member) untuk berinteraksi dengan lebih intensif lagi, semoga suasana kekeluargaan dan kebersamaan layaknya sebuah community mampu kita rasakan bersama.

Ada sebuah quote classic : “Beban yang sama akan terasa lebih ringan jikalau dipikul bersama orang banyak dibandingkan jikalau dipikul sendiri”.

Saya tambahkan satu quote lagi: “Suka cita (kegembiraan) akan bermetamorfosis kebahagiaan yang mengagumkan apabila kita nikmati bersama-sama”.

Yet, saya percaya (setidaknya menurut saya) berkomunikasi; memberikan pendapat, menaggapi pernyataan orang lain, mempertahankan pendapat, ber-argumentasi, berkompromi, bersabar, bersopan-santun, bertegur sapa, yaitu salah satu pembelajaran penting sebagai manusia untuk menuju ke-kedewasaan yang tidak seharusnya kita abaikan, termasuk peningkatan jenjang career.

Saya tidak mampu bayangkan jikalau saya harus berhadapan dengan seorang supervisor/kepala bagian/kepala seksi/manager/director yang tidak mampu berkomunikasi, yang hanya mampu menunjukkan power (kekuasaan) nya untuk mengoperasikan pekerjaan atau usaha. Atau hanya pandai sendiri, tanpa mampu menunjukkan bimbingan training kepada bawahannya.

Yang saya sampaikan berikut ini, mungkin hal yang bodoh (silly) bagi rekan-rekan sekalian, tapi buat saya ini yaitu sangat penting….

10 hingga 7 tahun yang lalu….. saya desperately ingin mampu tersenyum dan tertawa dengan lepas (read;tulus). Saya merasa mengalami kesulitan besar karena tidak mampu tersenyum & tertawa dengan lepas. Mungkin hal ini disebabkan oleh kebiasaan saya yang selalu serius bahkan cenderung tegang semenjak jaman kuliah akuntansi hingga tahun-tahun pertama saya bekerja. Belajar untuk mampu memasang tampang cuek dan serius, rasanya sudah cukup bagi saya. I can perform those tasks very well, julukan “wajah dingin, preman accounting, heartless, dsb” is enough buat saya, yang mana saya samasekali tidak besar hati oleh karenanya.

Justru setelah saya semakin lama bekerja, saya merasa kesulitan karena saya tidak mampu tertawa/tersenyum dengan lepas. Waktu itu, saya selalu merasa… setiap kali saya mencoba tertawa, rasanya hambar bahkan cenderung masam. Ugh!... sungguh sebuah beban bagi saya. Saya pikir “bisa tertawa lepas” itu yaitu adegan dari pembelajaran untuk mampu menjadi lebih dewasa, termasuk lebih professional.

Sampai ketika inipun, saya masih belum sebagus rekan-rekan di marketing/management lainnya dalam hal tertawa/tersenyum dengan lepas. Tetapi saya terus take practices, practices, selalu banyak tersenyum/tertawa disetiap kesempatan (tentunya tidak pada ketika meeting problem penting dengan stakeholder!).

So, let’s learn to communicate :-) jangan hingga menyerupai saya (untuk mencar ilmu tertawa pun rasanya lebih sulit dibandingkan mencar ilmu analysis korelasi/regresi).


Berbagi Profile

Saya mengerti, mungkin komunikasi menjadi tersendat (tidak lancar) karena merasa tidak cukup saling mengenal (tak kenal maka tak komunikatif).

Untuk itu, saya berencana untuk menampilkan profile rekan-rekan member disini. Tentunya ini bagi rekan-rekan yang mau menyebarkan profile dengan member yang lain, yang bersedia/mau di publikasikan, dilihat oleh member yang lain. Bagi rekan-rekan yang tidak ingin dipublikasikan tentu saja boleh (itu pilihan anda), saya menghargai privacy rekan-rekan sekalian.

Untuk mewujudkan hal itu, saya meminta kesediaan rekan-rekan untuk mengirimkan profilenya kepada saya di: lie.dharma.putra@gmail.com

Contoh profile:

Photo diri: boleh tanpa photo (tetapi alangkah bagusnya jikalau dengan photo)

 akan tetapi itu gres komunikasi dua arah saja  ACCOUNTING, FINANCE & TAXATION COMMUNITY
Nama: Lie Dharma Putra (wajib isi)
Profesi: Accountant & Financial Controller (wajib isi)
Tahun Lahir: 1945 (wajib isi)
Alamat: Taman Danau Biru No. 6, Lippo Karawachi, Tangerang (boleh tidak isi)
Kota: Tangerang (wajib di isi)
Telp Kantor: 021-855559999 (boleh tidak isi)
Telp Rumah: 021-681324500 (boleh tidak isi)
Mobile: 0811194545 (boleh tidak isi)
E-mail: lie.dharma.putra@gmail.com (wajib diisi/di usahakan email yang valid)

Profile nanti akan saya store di satu halaman besar, lalu dipublikasikan. Semua member (baik yang punya profile atau tidak) akan mampu mengakses (melihat profile yang dipublikasikan).

Dengan profile yang dipublikasikan nanti, antar member mampu saling mengenal dengan lebih baik, sehingga mampu membina persaudaraan/persahabatan menyerupai yang diharapkan.

Sekalilagi, ini hanyalah anjuran (bagi yang mau) saja, bukan suatu keharusan. Sekali lagi, saya menghargai privacy anda.

Saya tidak akan pernah mempublikasikan/memberikan/mensharing/memindah-tangankan data apapun yang pernah anda kirimkan kepada saya (never!) tanpa seijin anda.

Apapun pendapat anda mengenai rencana pembentukan “Accounting, Financial & Taxation Community” ini, saya menunggu tanggapan dari rekan-rekan sekalian. Silahkan sampaikan pendapatnya di halaman ini (hitung-hitung mencar ilmu memberikan pendapat), mari kita bersuara. Sebelumnya saya ucapkan terimaksih.

Apa itu Tarif Bea Masuk MFN (Most Favourable Nations), CEPT, EHP (Early Harvest Package), NT (Normal Track), ST (Sensitive Track)? Apa tujuannya, bagaimana implementasinya? Mungkin gosip ini mempunyai kegunaan bagi rekan-rekan yang menggeluti aktifitas Export dan Import, apa pentingnya bagi dunia perpajakan dan accounting?

Mengikuti perkembangan (updated) hal-hal yang berafiliasi dengan aktifitas business kita yaitu vital sifatnya, termasuk export – import. Tidak diragukan lagi, untuk Indonesia, hal-hal yang berbau export-import selalu menarik. Mengapa?

[-]. Export yaitu andalan devisa Indonesia sesudah Gas dan Minyak Bumi
[-]. Untuk supply banyak jenis kemoditi, Indonesia masih bergantung pada Import

Strategic value inilah yang hingga dikala ini masih digarap terus oleh pelaku bisnis di Indonesia, business export-import hingga tahun ini tetap bersinar, meskipun kita tidak menutup mata akan kompetisi yang semakin ketat dengan sesama negara ASEAN dan ASIA.


Hubungan-nya dengan accounting dan perpajakan?

Sangat erat. Bagi rekan-rekan di accounting dan perpajakan yang kebetulan sedang memagang perusahaan export-import, memahami tehnis penghitungan bea masuk, ppn import dan pph pasal 22 import termasuk wajib. Tidak boleh tidak tahu. Dan kehadiran anda diperusahaan akan menjadi lebih berarti bila anda memahami tata cara dan mekanisme export-import, mengapa?

Terutama bagi perusahaan yang banyak melaksanakan import, structure cost sangat didominasi oleh aktifitas import. Mulai dari inventory, freight cost, bea masuk, insurance, dll.

Kita eksklusif ke topic…….


Tarif Bea Masuk MFN

Apa itu “Tarif Bea Masuk MFN”?
Tarif Bea Masuk MFN (Most Favourable Nations) yaitu tarif bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari negara lain, kecuali negara yang mempunyai perjanjian khusus mengenai tarif bea masuk dengan Indonesia.

Apa tujuan “Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk MFN”?
Untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri, menawarkan kepastian aturan bagi investor, menawarkan donasi bagi konsumen, dan meningkatkan efisiensi manajemen kepabeanan, maka tarif bea masuk MFN akan diadaptasi secara sedikit demi sedikit sehingga secara relatif menjadi harmonis, rendah dan uniform pada tahun 2010. Pola penyesuaian tarif bea masuk ini disebut Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk, 2005-2010.


Implementasi Harmonisasi Tarif

Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk Tahap I telah tanggapan dirumuskan dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 591/PMK.010/2004 tanggal 21 Desember 2004. Keputusan ini berisi program/jadwal penyesuaian tarif bea masuk produk-produk pertanian, perikanan, pertambangan, farmasi, keramik dan besi baja untuk kurun waktu 2005-2010. Dengan implementasi kegiatan tersebut, maka tarif bea masuk Indonesia pada tahun 2010 akan relatif harmonis, rendah dan uniform.

Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 591/PMK.010/2004 tersebut, Menteri Keuangan memutuskan kembali tarif bea masuk keseluruhan produk pertanian, perikanan, pertambangan, farmasi, keramik dan besi-baja dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 600/PMK.010/2004 tanggal 23 Desember 2004. Tarif bea masuk yang gres ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2005 dan mencakup 1.964 pos tarif. Dari jumlah ini, tarif bea masuk yang mengalami perubahan pada tahun 2005 yaitu sebanyak 239 pos tarif (96 pos tarif mengalami kenaikan dan 143 pos tarif mengalami penurunan).


Tarif Bea Masuk CEPT for AFTA

Apa itu Tarif Bea Masuk CEPT for AFTA ?
Tarif Bea Masuk CEPT for AFTA yaitu tarif bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari negara-negara anggota ASEAN yang dilengkapi dengan Formulir-D (Certificate of Origin). Secara umum, dikala ini tarif bea masuk CEPT for AFTA yaitu 0-5%, kecuali produk-produk yang masuk Exclusion List. Berdasarkan kesepakatan antar negara ASEAN, 60% dari seluruh pos tarif (10 digit) harus mempunyai tarif bea masuk 0% pada tahun 2005.

Implementasi Tarif Bea Masuk CEPT for AFTA ?
Untuk memenuhi kesepakatan tersebut, Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.010/2005 tanggal 18 Mei 2005. Dalam PMK tersebut tarif bea masuk 1.571 pos tarif diturunkan dari 5% menjadi 0%, sehingga secara keseluruhan dikala ini terdapat 60,5% dari seluruh pos tarif mempunyai tarif CEPT 0%. Jumlah pos tarif dengan tarif CEPT 0% secara sedikit demi sedikit akan bertambah sehingga pada tahun 2010 perdagangan antar negara ASEAN tidak terdapat lagi kendala tarif bea masuk.


Tarif Bea Masuk ASEAN-China FTA

Angin segar bagi rekan-rekan yang sering melaksanakan import dari china.

Apa itu Tarif Bea Masuk ASEAN-China FTA?
Adalah tarif bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari China dan/atau negara ASEAN lainnya yang dilengkapi dengan Formulir-E (Certificate of Origin). Dalam rangka kerjasama perdagangan ASEAN-China disepakati untuk menurunkan tarif bea masuk secara sedikit demi sedikit dalam tiga kategori, yaitu Early Harvest Package (EHP), Normal Track (NT) dan Sensitive Track (ST).

Dan ini detailnya:

EHP (Early Harvest Package):
Adalah kegiatan penurunan tarif bea masuk antara ASEAN dan China, yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2004 dan diturunkan secara sedikit demi sedikit sehingga menjadi 0% pada tahun 2006. Program ini telah diimplementasikan oleh Indonesia dengan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 355/KMK.01/2004 (EHP ASEAN-China, terdiri dari 527 pos tarif) dan 356/KMK.01/2004 (EHP Bilateral Indonesia-China, terdiri dari 46 pos tarif). Tarif bea masuk produk-produk ini menjadi 0% pada tahun 2006, baik di Indonesia maupun di China.

Normal Track (NT):
Adalah kegiatan penurunan tarif bea masuk antara ASEAN dan China, yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Juli 2005 dan diturunkan secara sedikit demi sedikit sehingga menjadi 0% pada tahun 2010 dengan pengecualian sejumlah pos tarif yang sanggup diturunkan menjadi 0% pada tahun 2012. Tim Tarif dikala ini sedang merumuskan kegiatan normal track yang diperkirakan mencakup lebih dari 9.000 pos tarif.

Sensitive Track (Normal Sensitive dan Highly Sensitive):
Adalah kegiatan penurunan tarif bea masuk antara ASEAN dan China yang dilakukan lebih lambat dari normal track. Sesuai kesepakatan, produk yang masuk Sensitive track mempunyai tarif maksimum 20% pada tahun 2012 dan diturunkan secara sedikit demi sedikit sehingga menjadi 5% pada tahun 2018. Sedangkan tarif bea masuk produk highly sensitive dihentikan melebihi 50% pada tahun 2015. Program ini dirumuskan gotong royong dengan Normal Track dan akan ditetapkan dalam satu paket sebagai implementasi dari agreement on Trade in Goods ASEAN-China FTA yang ditandatangani pada bulan Nopember 2004 di Vientiane, Laos.

Bagi rekan-rekan yang sudah mempunyai dan membaca buku HS Code Nomenclature, niscaya menemukan multiple-coloumn, masing-masing: MFN, CEPT dan AC-FTA. Kolom ini akan terus bertambah apabila kesepakatan FTA antara ASEAN dengan kawan obrolan lainnya (i.e.: Korea, Jepang, Australia/New Zealand).

Informasi tambahan:

[a]. HS Code Nomenclature terbaru (2007)

Jika ada diantara rekan-rekan belum mempunyai Nomenclature HS Code terbaru (2007) dan bermaksud memilikinya, boleh menghubungi saya di : lie.dharma.putra[at]gmail.com.

Detail Buku:

Isi buku: Daftar komoditi import, beserta tarif-tarif nya (tarif bea masuk dan PPn Import-nya), dikelompokkan sesuai jenis dan materi baku komoditi-nya.

Jumlah Halaman: 1093 halaman.

Jenis file: PDF file, bila butuh hard copy juga sanggup saya bantu.


[b]. Free Calculator Bea Masuk, PPN & PPh Pasal 22 Import

Sekarang anda sanggup memperoleh calculator penghitung Bea Masuk, PPN & PPh Pasal 22 Import disini. Caranya mudah. Silahkan baca detailnya di : Calculator Bea Masuk, PPN & PPh Import.

Informasi lebih lengkap dan detail mengenai Tarif Bea Masuk MFN, CEFT, NT & ST, silahkan hubungi DJBC.

Dari feedback yang masuk ke Accounting, Finance & Taxation Blog, yang isinya pandapat user (visitor) mengenai blog ini, saya memperoleh citra wacana kesulitan-kesulitan (issues) yang dialami oleh user/visitor, apa yang harus dipertahankan dan apa yang harus saya perbaiki/tingkatkan. Walaupun itu gres pendapat beberapa orang saja, tetapi sudah menjadi signal untuk saya follow up.

Pada kesempatan ini saya akan memperlihatkan tanggapan dan klarifikasi mengenai issues yang telah disampikan oleh beberapa user (saya pikir user juga perlu mengetahui) yaitu:


Issue-1: Pengelompokkan Artikel

“Artikel/tips sebaiknya dikelompokkan (mungkinmenjadi kategori : Accounting, Perpajakan, Export Import)”.

Jika semua (sebagian besar) artikel pernah dibaca, obviously bahwa dalam setiap artikel yang dibahas, tidak berfocus pada salah satu category saja (misal: pajak saja, atau accounting saja, atau export import saja), melainkan “Mixed and Match”, mengkaitkan antara satu category dengan category yang lain.

Misalnya:

Saat membahas perlakuan aktiva tetap, niscaya ada kajian perpajakannya.
Saat membahas masalah PPh pasal 21, niscaya ada perlakuan akuntansi (pencatatan) atas PPh 21-nya.

Karena memang diantara itu semua saling berkait.

Salah satu kelemahan proses pembelajaran formal (bangku kuliah/pendidikan resmi lainnya), maupun e-learning di situs-situs, pokok bahasan jarang (bahkan mungkin mostly tidak) diintegrasikan dengan aspek lain yang terkait, melainkan diajarkan pada mata kuliah yang berbeda, pada hari/jam yang berbeda, bahkan oleh dosen/pengajar yang berbeda (yang pastinya style, rujukan kasusnya berbeda at the most). Meanwhile, pada prakteknya (dunia kerja), sanggup atau tidak sanggup harus menghadapi satu masalah yang memang terkait satu dengan lainnya. Tidak sanggup hanya memahami bagaimana caranya menjurnal saja, atau bagaimana caranya menghitung pajak saja, tetapi harus menuntaskan problem yang memang sudah satu paket yang terkait.

Hasilnya?, pembelajaran menjadi sebuah perjalanan yang panjang, harus bekerja puluhan tahun gres sanggup mengkaitkan antara problem yang satu dengan problem yang lain, mengkaitkan antara masalah perpajakan dengan masalah accounting, atau sebaliknya.

Berangkat dari kenyataan itulah saya mencoba untuk me-minimize dan meng-eliminasi kemungkinan ibarat itu, biar sanggup menjadi “short-cut”.

Itulah sebabnya mengapa sulit melaksanakan penjabaran topic dan menciptakan list terpisah-pisah menurut kelompok pajak, kelompok accounting dan kelompok export-import (mungkin nanti akan ada kelompok forum keuangan, kelompok pasar uang dan pasar modal, kelompok non-profit organization).

Sebetulnya sudah ada kemudahan “KATEGORI”, dari sini bergotong-royong topic sanggup ditelusuri lebih detail lagi.

Misalnya : Cost, Cash, aktiva, pajak, export-import, dan lain-lain.

Tetapi, masukan ini masih sangat mempunyai kegunaan bagi saya, untuk itu saya mencoba untuk memilahnya menjadi beberapa kelompok, ibarat yang telah ada sekarang. Nanti kita lihat, apakah ini akan lebih effective atau sebaliknya.


Issue-2: Lay-out

[a]. Semua berada di satu halaman saja (halaman muka), mulai dari artikel, daily topic, chat/shout-box, subscription column, etc.

Itulah perbedaan flatform blog dibandingkan situs. Blog hanya mempunyai satu halaman saja, log (posting) dibentuk memanjang kebawah (jika melihat blog-blog lain, tentu anda akan banyak menemui blog yang postingnya memanjang kebawah), ditambah dengan satu side-bar memanjang kebawah. That is blog. Tetapi blog juga mempunyai kelebihan, yaitu content (artikel) lebih dynamic, dan sanggup interaktif, tidak ibarat website/static site.

Banyak visitor yang berpikir kalau Accounting, Finance Taxation yaitu sebuah situs (bukan blog) :P padahal hanyalah sebuah blog. hanya saja saya mencoba men-tweak dan hacking layoutnya biar sanggup menjadi halaman yang static+dynamic.

Did I sayThis is a blog, please don’t expect more” ?. No!, I said “We will make it, we will make it better and better”. Asal ada yang mendukung, kita akan buat menjadi lebih baik dan lebih nyaman lagi, definitely!. Let’s go for it!

[b]. Semua content selain artikel sebaiknya ditaruh disamping, biar tidak setiap meng-click link, harus scrolling down untuk menemukan isinya.

Excellent!

Dari awal saya memang merasa, bahwa sangat mungkin user (visitor) gres akan kebingungan dan berpikir “kenapa setiap saya meng-click sesuatu, halaman yang muncul halaman ini lagi - ini lagi. Ugh!”, padahal sodara-sodara…. perubahan content terjadi ditengah-tengah (bukan di ujung atas screen) dan sanggup dilihat jikalau di scroll kebawah.

Saya mengerti, itu suatu kesulitan. Untuk itu, kini artikel saya tempatkan di ujung atas, biar pribadi kelihatan :-).

Tetapi memindahkan semua (selain artikel) ke side-bar (samping) yaitu hambatan untuk content yang tulisannya agak panjang, akan menjadi floating ke bawah, dan akibatnya, side-bar (bagian samping) akan menjadi sangat panjang kebawah, sementara di halaman tengan sudah kosong, sungguh menjadi bentuk yang aneh. Saya ingin tetap seimbang antara ujung samping dengan ujung tengah. Untuk itu saya sedang mencoba memperlebar belahan side-bar, biar sanggup menampung goresan pena yang lebih panjang. Itu butuh waktu.

[b]. Lay-out-nya gelap.

Maaf, sebelumnya saya tidak mempertimbangkan kalau tidak semua user menggunakan LCD. Untuk itu saya sedang menciptakan lay-out yang lebih terang. We will make it brighter.

[c]. Lay-out-nya kaku dan monoton.

Yupz, dari awal saya selalu berpikir; bagaimana menciptakan layout yang tidak kaku, tetapi juga tidak obstructive nor deceiptive. Rasanya aneh, jikalau bacaan se-serious accounting/pajak harus dihiasi dengan animasi-animasi, flash, dan javascript yang fency-fency :-) atau graphic-graphic ibarat social media macem friendster, myspace, atau situs-situs distributor jodoh, atau situs-situs iklan.

Hmmm… but let’s make it better anyway!


Issue-3: Download Spreadsheet ribet/tidak jelas

Berikut yaitu usaha-usaha yang pernah saya lakukan:

[-]. Awalnya saya kesulitan mencari free file hosting, saya coba upload pribadi ke blog, akibatnya? Page load menjadi sangat lambat, dan visitor yang hanya sekedar ingin baca artikel pun menjadi kesulitan untuk membuka. That was worst.

[-]. Saya menemukan file storage, tetapi tidak usang kemudian, sudah dipenuhi oleh spam, banyak pihak yang mencoba gamming, spamming & bugging the system. Akibatnya, download tidak lancar lagi.

[-]. Saya menggunakan cara berbeda, yaitu mengirimkan pribadi ke e-mail pihak yang meminta. It’s much better actually, tetapi belakangan juga tidak cukup mulus, mengapa?

Banyak user/visitor yang tidak mematuhi hukum main, misalnya:

[-]. Subscribe menggunakan e-mail address yang tidak valid. Atau e-mail address valid, tetapi tidak melaksanakan verifikasi yang semestinya, akibat-nya…. Auto responder subscribe system-nya menjadi sangat sensitive, proses menjadi panjang, bahkan parahnya ada beberapa subscribe yang sungguh-sungguh, tetapi dipikir spam oleh system. Ini sangat saya sayangkan, rekan-rekan yang bersungguh-sungguh menjadi korban orang yang main-main dan mencoba bugging saja.
[-]. Minta spreadsheet tetapi tidak subscribe.
[-]. Meminta spreadsheet tidak dihalaman yang membahas masalah itu. Akibatnya, saya kesulitan untuk menyidik setiap comment yang ada.
[-]. Meminta spreadsheet tetapi, tidak menyebutkan spreadsheet apa yang diminta.
[-]. Tidak/lupa meninggalkan e-mail address.
[-]. E-mail address yang diberikan tidak valid, atau salah ketik.
[-]. E-mail address yang diset dengan auto response, balasannya spreadsheet yang saya kirimkan bounced-back.
[-]. Spreadsheet yang saya kirimkan kena filter oleh e-mail penerima, sehingga spreadsheet masuk ke folder “junk mail” Bulk Folder” atau “spam folder”

Apakah saya sudah menyerah? Belum.

Keinginan saya sungguh besar untuk berbagi. Sekarang saya mencoba menciptakan sarana lain dan mengintegrasikannya dengan file storage yang lebih tinggi tingkat security-nya (agar tidak kena spam), biar rekan-rekan bebas mendownload (bahkan tidak perlu saya ketahui siapa saja yang mendownload) tidak perlu ribet/sulit untuk mendownload.

Let’s make it better.

Sekalilagi thanks untuk feedback nya untuk Accounting, Finance & Taxation blog ini, sangat saya hargai dan akan menjadi pertimbangan utama dalam langkah-langkah perbaikan yang akan saya lakukan.


Financial Distress

RWJ / Ross, et al., (2008), mendefinisikan financial distress menjadi 4 jenis, yaitu :
a.              Business Failure, yaitu ketika bisnis dihentikan dengan kreditur menanggung kerugiannya (utangnya tidak terbayar),
b.             Legal bankruptcy, yaitu ketika perusahaan mengajukan permohonan gulung tikar ke pengadilan sehingga secara hukum perusahaan telah dinyatakan gulung tikar secara resmi dengan undang – undang bangkrut.
c.              Technical insolvency, yaitu ketika perusahaan tidak bisa memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo,
d.             Accounting insolvency, yaitu ketika total nilai buku utang melebihi total nilai buku aset.

Financial distress / kesulitan keuangan merupakan situasi dimana arus kas operasi tidak mencukupi untuk membiayai kewajiban sekarang yang ada menyerupai membayar hutang usaha atau membayar bunga, dan hal ini memaksa perusahaan untuk mengambil tindakan perbaikan. Kesulitan keuangan didefinisikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban – kewajibannya / insolvancy (Ross, 2008).


Definisi financial distress yang dikemukan oleh Wruck (1990), “financial distress is a situation where a firms operating cash flows are not sufficient to satisfy current obligations (such as trade credits or interest expense) and the firm is forced to take corrective action.” Definisi tersebut lebih menekankan pada ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang bersifat jangka pendek.

Definisi lain mengenai financial distress yaitu dari Blacks Law Dictionary yaitu “inability to pay ones debts; lack of means of paying ones debts. Such a condition of a womans (or mans) assets and liabilities that the former made immediately available would be insufficient to discharge the latter ’. Definisi ini melihatfinancial distress pada ketidakmampuan membayar utang secara umum, baik jangka pendek dan jangka panjang, dan juga menyoroti financial distress dari sisi ketidakmampuan aset menutupi liabilitas.

Cara pandang stocks menekankan pada adanya net worth (kekayaan bersih) perusahaan yang negatif. Sedangkan, cara pandang flows lebih melihat pada ketidakmampuan membayar utang jangka pendek maupun jangka panjang.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.