LANDASAN MANAJEMEN STRATEJIK
Sebuah organisasi harus dikendalikan oleh orang-orang yang bekerja di dalamnya untuk memastikan bahwa tujuan strategisnya dapat tercapai. Dalam proses pengendaliannya akan memaksa manajemen pada seluruh tingkatan untuk memastikan dan mengontrol bahwa orang-orang yang bekerja di dalamnya mengimplemetasikan taktik yang dimaksdu dengan efektif dan efisien. Proses pengendalian mengukur kemajuan kearah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari perencanaa sempurna pada waktunya untuk mengambil tindakan perbaikan. Sehubungan dengan pengendalian tersebut, dalam makalah ini dibahas mengenai pengendalian stratejik, dimana dalam pengendalian stratejik terdapat dua pendekatan yaitu, pendekatan tradisional dan pendekatan kontemporer. Dalam pengendalian stratejik terdapat implementasi stratejik yang secara efektif membutuhkan tiga kunci pengendalian stratejik yaitu, budaya, penghargaan, dan batasan.
Pendekatan tradisional didasarkan pada pendekatan umpan balik, dan memiliki arti suatu strategi, sasaran, dan tujuan organisasi hanya sedikit berubah atau bahkan tidak ada perubahan sama sekali sampai batas waktu yang ditentukan. Pendekatan kontemporer menekankan pada pentingnya evaluasi lingkungan (baik internal maupun eksternal) yang berkelanjutan untuk melihat apabila terdapat tren atau kejadian penting yang menunjukkan sinyal terhadap pentingnya melaksanakan modifikasi strategi, sasaran, dan tujuan organisasi.
Terkait dengan implementasi sistem pengendalian stratejik, terdapat dua hal penting mengapa banyak yang menganjurkan untuk menekankan pada budaya organisasi dan penghargaan : Pertama,lingkungan semakin kompleks dan tidak dapat ditebak sehingga menghendaki perusahaan untuk bisa selalu fleksibel dan merespon dengan cepat setiap tantangan yang muncul. Budaya dan penghargaan sangat diharapkan untuk mampu menyatukan tujuan individu dengan tujuan organisasi.Kedua, kontrak implisit jangka panjang antara organisasi dan para karyawan kuncinya telah berkurang.
Para manajer muda cenderung melihat dirinya sebagai biro yang bebas dan memandang karie sebagai sejumlah tantangan, akhirnya sistem pengendalian dengan menggunakan penghargaan dan budaya organisasi sangat penting untuk membangun loyalitas organisasi.
Ø Sistem Pengendalian
Simons (1995) mengklasifikasikan sistem pengendalian administrasi untuk implementasi taktik menjadi empat diantaranya (1) interactive control sistem adalah pengendalian administrasi yang berfokus pada ketidakpastian stratejik dengan menganalisis peluang dan tantangan, (2) diagnostic control sistem adalah pengendalian administrasi yang menjamin pencapaian sasaran/kinerja, (3) boundary control sistems yaitu pengendalian yang fokus untuk mengidentifikasi tindakan dan kesalahan yang harus dihindari, dan (4) beliefs control sistem yaitu pengendalian yang berorientasi mencari core values organisasi.
Menurut Jaworski (1988), sistem pengendalian administrasi dibagi menjadi dua yaitu (1) pendekatan formal yaitu mekanisme pengendalian yang tertulis dan diciptakan manajemen untuk mensugesti karyawan biar berperilaku mendukung tujuan organisasi. Pengendalian output merupakan jenis pengendalian formal; (2) pendekatan informal merupakan pengendalian berbasis proses atau perilaku. Pengendalian input merupakan pengendalian informal. Anthony dan Govindarajan (1998: 6) melihat sistem pengendalian administrasi merupakan struktur dan proses dimana manajer mensugesti anggota organisasi yang lain untuk mengimplementasikan strategi. Proses pengendalian administrasi meliputi tahapan penentuan perencanaan stratejik, aktivitas dan penganggaran.
Fisher (1998: 53) menambahkan bahwa pengendalian administrasi meliputi: (1) pengendalian operasional yang baku (standard operating procedure) yang imanifestasikan dalam bentuk struktur organisasi, budaya organisasi, atau kebijakan-kebijakan organisasi misalnya sistem akuntansi manajemen; (2) pengendalian sibernetik yang meliputi sistem penganggaran dan kompensasi insentif.
Ø Konsep Sistem Pengendalian
Ada beberapa konsep mengenai sistem pengendalian yang dikembangkan beberapa akademisi menyerupai Robert N. Anthony, Vijay Govindarajan, Joseph A. Maciariello, Calvin J. Kirby, Robert Simons, dan Kenneth A. Merchant. Penulisan karya final ini menggunakan konsep Sistem Pengendalian yang dikembangkan oleh Merchant dan Simons.
1. Sistem Pengendalian Manajemen Merchant
Kerangka Sistem Pengendalian Manajemen lain dikembangkan berdasarkan pendekatan perilaku. Ouchi membuatkan kerangka mekanisme pengendalian dikembangkan oleh Merchant melalui pengendalian objek (object control).
2. Sistem Pengendalian Simons
Simons membuatkan kerangka Sistem Pengendalian dengan menekankan suatu sistem yang formal, sistem informasi yang dapat memelihara atau mengubah pola kegiatan, yang tidak hanya berorientasi kepada pencapaian sasaran namun juga inovasi. Kerangka tersebut disebut dengan Levers of Control (Simons, 1995).
Simon (2000) menjelaskan bahwa terdapat empat sistem kontrol Levers of Control (LOC) yaitu belief system, boundary system, diagnostic control system, dan interactive control system yang bekerja sama untuk manfaat perusahaan.
a) Belief System
Belief system merupakan sistem formal yang digunakan oleh manajer untuk mendefinisikan, mengkomunikasikan nilai-nilai inti perusahaan dalam rangka untuk menginspirasi dan memotivasi karyawan untuk mencari, mengeksplorasi, membuat, serta mengeluarkan upaya dalam tindakan yang tepat (Simon, 1994). Belief system menjelaskan wacana nilai-nilai inti organisasi, definisi organisasi, tujuan dan arah organisasi (Simon, 1995, 34). Hal tersebut berupa visi dan misi organisasi (Simon, 1995). Dalam Simon (1994) contoh dari belief system yaitu: Pernyataan tentang Visi organisasi, Pernyataan wacana Misi organisasi, Pernyataan wacana Tujuan organisasi
b) Boundary System
Boundary system merupakan sistem formal yang digunakan oleh top manajer untuk mengkomunikasikan batasan dan aturan organisasi untuk dihormati (Simon, 1994). Boundary system memberitahukan karyawan apa yang mereka tidak dapat lakukan (Simons, 2000). Tujuannya ialah untuk memungkinkan karyawan memiliki kebebasan untuk berinovasi, menggali, menciptakan, dan mencapai standar tertentu. Salah satu contoh dari boundary systems dalam (Simon, 1994) yaitu merupakan sistem yang berisi tentang aturan, batasan, dan larangan dalam : Kode etik organisasi, Sistem perencanaan strategis, Sistem penganggaran
c) Diagnostic Control System
Dalam Simon (1994) diagnostic control system merupakan sistem umpan balik formal yang digunakan untuk memantau manfaat organisasi serta mengkoreksi kesalahan apakah sesuai dengan standar kinerja organisasi. Tujuan dari diagnostic control system ialah memotivasi karyawan untuk melakukan, menyelaraskan perilaku karyawan dengan tujuan organisasi, dan untuk menyediakan mekanisme pemantauan, selain itu dengan dengan adanya diagnostic control system, karyawan memiliki kebebasan dalam berinovasi, membuat serta mencapai target tertentu dalam sebuah organisasi (Widener, 2007). Dalam Simon (1994) contoh dari diagnostic control system yaitu : Rencana laba dan penganggaran, Sistem tujuan organisasi, Sistem pemantauan kegiatan, Sistem pemantauan pendapatan
d) Interactive Control System
Interactive control system merupakan sistem pengendalian dimana manajer secara teratur dan aktif melibatkan diri ke dalam pengambilan keputusan dan aktifitas karyawan (Simon, 1994). Interactive control system merupakan proses komunikasi dua arah yaitu antara manajer dengan karyawan bawahan pada banyak sekali tingkat organisasi (Abernethy & Lillis, 1995; Speklé, 2001). Dalam Simon (1994) manajer dapat menggunakan interactive control system dari : System mengenai aktivitas penting organisasi dan mendiskusikannya dengan bawahan, Fokusnya perhatian rutin administrasi di seluruh operasi organisasi, Partisipasi dalam diskusi yang berhadapan langsung dengan bawahan, Melakukan debat secara berkelanjutan mengenai data, asumsi dan tindakan perencanaan.
Post a Comment
Post a Comment