1.             KONSEP DASAR SIKLUS PENGELUARAN
Siklus pengeluaran merupakan salah satu siklus paling penting dalam sistem akuntansi suatu perusahaan, alasannya yakni dalam siklus ini akan menunjukkan seberapa besar perusahaan membeli barang atau jasa hingga melaksanakan pembayaran atas barang atau jasa yang telah digunakan. Pada siklus pengeluaran, hampir semua semua transaksi pembelian dan pembayaran akan berujung kepada satu akun, yakni akun utang (account payable). Sehingga akun ini sangat penting untuk diteliti dalam proses audit atas siklus pengeluaran. Dalam Arens et.al (2009) dijelaskan bahwa akun utang yakni segala macam kewajiban yang belum terbayarkan atas barang dan jasa yang diterima dari kegiatan yang secara biasa dilakukan dalam bisnis menyerupai kewajiban ketika membeli materi baku, peralatan, perlengkapan, dan banyak sekali jenis barang dan jasa lainnya yang diterima sebelumakhir tahun atau periode.

Tujuan Audit dalam Siklus Pengeluaran
Manajemen akan menetapkan asersi implisit atau eksplisit perihal transaksi dan saldo siklus pengeluaran dalam laporan keuangan perusahaan. Asersi-asersi ini mendefinisikan tujuan audit spesifik dari jadwal audit siklus pengeluaran. Kebanyakan audit atas siklus pengeluaran mencakup tujuan-tujuan utama tersebut, tetapi tidak dimaksudkan untuk membahas semua situasi yang dihadapi klien. Untuk mencapai tujuan audit spesifik tersebut, auditor menggunakan bab dari metode perencanaan dan pengujian audit.

Ø   Kelompok asersi : Eksistensi dan Okurensi
Tujuan audit terhadap golongan transaksi, meliputi :
ü   Transaksi pembelian mencerminkan barang dan jasa yang baik yang diterima dari pemasok selam periode yang diaudit.
ü   Transaksi pengeluaran kas mencerminkan pembayaran yang dilakukan kepada pemasok selam periode yang diaudit.
Tujuan audit terhadap saldo akun, meliputi :
ü   Hutang usaha yang tercatat mencerminkan jumlah kewajiban entitas yang ada pada tanggal neraca.
ü   Aktiva tetap mencerminkan aktiva produktif yang masih dimanfaatkan pada tanggal neraca.
ü   Aktiva tidak berwujud mencerminkan aktiva produktif yang masih dimanfaatkan pada tanggal neraca.
Ø   Kelompok asersi: Kelengkapan/Kesempurnaan
Tujuan audit terhadap golongan transaksi, meliputi :
ü   Semua transaksi mencakup pembelian dan pengeluaran kas yang terjadi selama periode yang diaudit telah dicatat.
Tujuan audit terhadap saldo akun, meliputi :
ü   Hutang usaha mencakup semua jumlah yang terhutang kepada pemasok barang dan jasa pada tanggal neraca.
ü   Saldo aktiva tetap mencakup semua transaksi perubahan yang terjadi selama periode yang diaudit.
ü   Saldo aktiva tidak berwujud mencakup semua transaksi perubahan yang terjadi selama periode yang diaudit.
ü   Saldo aktiva tidak berwujud mencerminkan aktiva produktif yang masih dimanfaatkan pada tanggal neraca.

Ø   Kelompok asersi : Hak dan Kewajiban
Tujuan audit terhadap golongan transaksi, meliputi :
ü   Entitas memiliki kewajiban sebagai akhir transaksi pembelian yang tercatat dalam periode yang diaudit.
ü   Entitas memiliki hak atas aktiva tetap sebagai transaksi pembelian yang tercatat dalam periode yang diaudit.
ü   Entitas memiliki hak atas aktiva tidak berwujud sebagai akhir transaksi pembelian yang tercatat dalam periode yang diaudit.
Tujuan audit terhadap saldo akun, meliputi :
ü   Hutang usaha pada tanggal neraca mencerminkan kewajiban entitas kepada pemasok.
ü   Entitas memiliki hak atas aktiva tetap yang tercatat pada tanggal neraca.
ü   Entitas memiliki hak atas aktiva tidak berwujud yang tercatat pada tanggal neraca.

Ø   Kelompok asersi: Penilaian atau Alokas
Tujuan audit terhadap golongan transaksi, meliputi:
ü   Semua transaksi pembelian dan pengeluaran kas yang telah dicatat dalam jurnal, diringkas, dan diposting ke dalam akun dengan  benar.
Tujuan audit terhadap saldo akun, meliputi:
ü   Hutang usaha dinyatakan dalam jumlah yang benar kewajiban entitas pada tanggal neraca.
ü   Aktiva tetap dinyatakan pada kas dikurangi akumulasi depresiasi.
ü   Aktiva tidak berwujud dinyatakan pada kas atau kas dikurangi dengan amortisasi.
ü   Biaya yang berkaitan dengan aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud dicatat sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Ø   Kelompok asersi: Penyajian dan Pengungkapan
Tujuan audit terhadap golongan transaksi, meliputi:
ü   Rincian transaksi dan pengeluaran kas mendukung penyajian akun yang berkaitan dalam laporan keuangan, baik klasifikasinya maupun pengungkapannya.
Tujuan audit terhadap saldo akun, meliputi:
ü   Hutang usaha, aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud di identifikasi dan diklasifikasikan dengan semestinya dalam neraca.
ü   Pengungkapan memadai telah berkaitan dengan hutang usaha, aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud.

2.             KELOMPOK TRANSAKSI DAN AKUN YANG TERKAIT
Dalam siklus ini terdapat dua transaksi pembelian dan transaksi pengeluaran kas. Transaksi pembelian dan pengeluaran kas mensugesti sejumlah rekening sebagai berikut :
1)             Persediaan                                                                   
2)             Persediaan materi baku                                     
3)             Biaya dibayar dimuka                                       
4)             Palnt asset                                                        
5)             Asset lain-lain                                       
6)             Kembalian pembelian
7)             Potongan pembelian
8)             Berbagai jenis biaya
9)             Utang dagang
10)         Kas

3.             AKTIVITAS – AKTIVITAS YANG ADA DALAM SIKLUS PENGELUARAN
Aktivitas utama dari siklus pengeluaran, diantaranya yakni :
1.             Membeli barang dan jasa – transaksi pembelian.
2.             Melakukan pembayaran – transaksi pengeluaran kas.

4.             PERTIMBANGAN TERHADAP MATERIALITAS, RISIKO DAN STRATEGI AUDIT SIKLUS PENGELUARAN
Transaksi dalam siklus pengeluaran kadangkala tidak hanya kuat secara individual pada hanya satu rekening saja, tetapi dapat kuat pada lebih satu transaksi. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruhan yakni penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya yakni tidak penting (IAPI:2011). Frasa menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia menunjukkan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak mengandung salah saji material (IAPI:2011). Faktor-faktor risiko melekat yang berafiliasi dengan transaksi-transaksi siklus pengeluaran meliputi :
a.              Seberapa banyak volume transaksi.
b.             Kemungkinan adanya pembelian dan pengeluaran kas yang tidak diotorisasi.
c.              Kemungkinan adanya pembelian aktiva yang tidak memadai.
d.             Dalam kasus kapitalisasi kas atau penentuan biaya periodik harus mempertimbangkan terhadap aspek kesinambungan dalam akuntansinya.
Keempat faktor tersebut sangat menentukan seberapakah tingkat risiko melekat dalam transaksi siklus ini. Menghadapi kemungkinan tersebut, auditor harus merumuskan taktik dengan menggabungkan tingkat risiko pengendalian yang rendah dan pengujian substansi dalam siklus pengeluaran.

Materialitas
Siklus pengeluaran merupakan proses inti bagi banyak industri dan mencerminkan jumlah serta volume transaksi dalam siklus ini dimana risiko terjadinya salah saji yang material yakni tinggi. Pengalokasian materialitas ke akun-akun yang dipengaruhi oleh transaksi dalam siklus ini akan bervariasi sesuai dengan pertimbangan. Pentingnya siklus pengeluaran ini juga mampu bervariasi menurut jenis usaha yang dijalankan.

Risiko
Ø   Risiko Inheren
Dalam menilai risiko inheren untuk asersi-asersi siklus pengeluaran, auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor penting yang mampu mensugesti asersi-asersi diseluruh laporan keuangan, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan asersi spesifik dalam siklus pengeluaran. Faktor-faktor penting yang dapat memotivasi administrasi untuk menyalahsajikan asersi-asersi siklus pengeluaran meliputi :
(a)           Tekanan untuk menetapkan terlalu rendah beban semoga dapat membuat laporan yang memenuhi target profitabilitas atau norma industri yang telah ditetapkan, yang dalam kenyataan tidak tercapai akhir faktor-faktor menyerupai kondisi ekonomi global, nasional atau regional yang mensugesti biaya operasi, dampak perkembangan teknologi terhadap produktivitas perusahaan, atau administrasi yang tidak baik.
(b)          Tekanan untuk menetapkan terlalu rendah hutang semoga mampu membuat laporan yang menunjukkan tingkat modal kerja yang lebih tinggi pada ketika perusahaan sedang menghadapi persoalan likuiditas atau keraguan perihal kelangsungan usahanya.

Ø   Risiko Prosedur Analitis
Risiko prosedur analitis merupakan unsur risiko deteksi bahwa prosedur analitis tersebut akan gagal mendeteksi kekeliruan yang material. Prosedur analitis yang hanya berfokus pada pembelian dan hutang usaha akan menunjukkan gosip yang dapat diandalkan.

5.             MENDAPATKAN PEMAHAMAN MENGENAI SPI DAN PENENTUAN RISIKO PENGENDALIAN SIKLUS PENGELUARAN
Pemahaman Mengenai SPI
Auditor harus memahami ketiga aspek struktur pengendalian intern yang ada dalam transaksi siklus pengeluaran, yaitu lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur pengendalian. Pemahaman tersebut sangat berkhasiat dalam menentukan taktik audit dalam rangka pengujian substansi.

·                Aspek lingkungan pengendalian
Auditor harus memahami struktur organisasi klien yang berkaitan dengan kegiatan siklus pengeluaran ini, sebagai pola : semua proses pembelian barang-barang dibawah kendali eksekutif operasi, pencatatan dibawah kendali kontroler, sedangkan proses pengeluaran kas dibawah kendali eksekutif keuangan, pengaturan pembelian aktiva tetap (capital expendictures) dan budi investasi strategis lainnya akan dipertimbangkan bagaimana pelaksanaanya. Untuk memperoleh pemahaman terhadap skema organisasi, auditor harus melaksanakan wawancara (inquiry) kepada manajemen.

·                Sistem akuntansi
Pemahaman terhadap sistem akuntansi menjadikan auditor harus mempelajari metode pengolahan data, dokumen-dokumen kunci, serta catatan yang digunakan dalam penanganan transaksi siklus pengeluaran. Untuk itu auditor harus mempelajari manual akuntansi, skema alir sistem akuntansi, dan melaksanakan wawancara dengan petugas bab akuntansi untuk mengetahui proses pengolahan transaksi dalam siklus pengeluaran.

·                Prosedur Pengendalian
Auditor harus memahami bagaimana kecenderungan kelima kategori prosedur pengendalian dalam operasi transaksi siklus pengeluaran ini. Kelima kategori tersebut antara lain :
a.              Adanya otorisasi yang memadai.
b.             Adanya pemisahan tugas.
c.              Adanya dokumen dan catatan akuntansi.
d.             Adanya kanal kea rah pengendalian.
e.              Pengecekan yang di lakukan oleh personel yang independent

Auditor harus melaksanakan evaluasi apakah prosedur pengendalian dalam perusahaan benar-benar telah berjalan dengan baik. Prosedur pengendalian yang tidak memenuhi kelima criteria tersebut mempunyai kecenderungan risiko audit yang tinggi.

Risiko Pengendalian Siklus Pengeluaran
Dalam memahami risiko pengendalian yang timbul dalam transaksi pengeluaran kas harus memperhatikan kemungkinan-kemungkinan salah saji, pengendalian yang dibutuhkan, serta kemungkinan pengujian yang harus dilakukan berikut ini :
a.              Terhadap transaksi pembayaran hutang.
·                Kemungkinan adanya pengeluaran cek untuk pembelian yang tidak disetujui, harus dikendalikan dengan cara penandatanganan cek melaksanakan penelaahan terhadap kelengkapan pendukung voucher dan persetujuannya. Auditor dapat melaksanakan pengujian dengan cara observasi apakah penandatanganan cek melaksanakan pengecekan dengan bebas terhadap dokumen pendukung.
·                Kemungkinan voucher dibayar dua kali, dikendalikan dengan pinjaman cap terhadap voucher dan dokumen pendukungnya bila telah dibayar. Auditor dapat melaksanakan pengujian apakah semua pembayaran diberi cap.
·                Check mungkin dibayarkan untuk jumlah yang salah, dikendalikan dengan pengecekkan oleh pihak yang bebas mengenai kesesuaian jumlah dalam check dengan voucher-nya.
·                Check mungkin dirubah setelah ditandatangani, dikendalikan dengan pengecekan pinjaman tanda cek yang dikirim. Auditor dapa melaksanakan pengujian dengan melaksanakan wawancara perihal prosedur pengiriman check, dan observasi proses pengiriman check.
b.             Terhadap transaksi pengeluaran kas.
·                Check mungkin tidak dicatat, dikendalikan dengan check yang bemomor urut tercetak. Auditor melaksanakan pengujian terhadap penggunaan dokumen bemomor urut tercetak.
·                Kesalahan-kesalahan dalam pencatatan check, dikendalikan dengan pembuatan rekonsiliasi bank secara periodik oleh pihak yang bebas. Auditor dapat melaksanakan pengujian terhadap bank rekonsiliasi.
·                Check tidak dicatat dengan segera, dikendalikan oleh pihak yang bebas untuk mencocokkan tanggal check dan tanggal pencatatannya. Pengujian yang dilakukan dengan memperlihatkan kembali adanya kebebasan dalam pengecekan.