Manajemen Berbasis Laba
Manajemen laba didefinisikan sebagai campur tangan yang disengaja dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud memperoleh keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Sedangkan menurut Abdelghany (2005), manajemen laba adalah manipulasi pendapatan yang dilakukan untuk memenuhi target yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Manajemen laba biasanya dilakukan oleh manajemen untuk menaikkan tingkat laba (income-increasing earnings management) atau menurunkan tingkat laba (income-decreasing earnings management) yang ditampilkan dalam laporan keuangan dengan memilih dan menerapkan metode akuntansi tertentu (Watts & Zimmerman, 1986). Tujuan manajemen laba adalah meningkatkan kesejahteraan suatu pihak tertentu walaupun sebenarnya dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba yang diidentifikasi sebagai keuntungan (Fischer & Rosenzweig, 1995). Tindakan manajemen laba pada laporan keuangan oleh manajemen ini biasanya dilakukan tanpa sepengetahuan pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Manajemen laba yang sering dilakukan oleh perusahaan adalah (Abdelghany, 2005):
1. Big Bath, berarti biaya diakui menggunakan satu kali biaya restrukturisasi. Pilihan ini menyebabkan perusahaan memikul biaya yang besar pada kos untuk tahun ini tetapi akan menghasilkan laba besar pada tahun depan.
2. Penyalahgunaan materialitas, berarti dengan memanipulasi laba melalui prinsip materialitas. Prinsip materialitas sangat luas, fleksibel, dan tidak ada rentang spesifik mengenai bagaimana material transaksi ini.
3. Cookie Jar atau cadangan cookie jar, juga dikenal sebagai cadangan rainy day atau cadangan kontinjensi, berarti dalam periode kondisi keuangan yang baik, cadangan kontinjensi dapat mengurangi laba dengan mengakui cadangan lebih tinggi, mengakui biaya lebih tinggi, dan satu kali penghapusan. Pada periode kondisi keuangan yang buruk, cadangan kontinjensi dapat digunakan untuk meningkatkan laba dengan memutarbalikkan akrual dan cadangan untuk mengurangi biaya periode sekarang (Kokoszka, 2003).
4. Round-tripping, back-to-back dan swap, round-tripping yaitu praktik menjual aset yang tidak terpakai kepada perusahaan lain dengan perjanjian untuk membeli kembali aset yang sama atau serupa pada tingkat harga yang sama. Back-to-back adalah proses yang sama dengan round-tripping tetapi dengan keterlambatan waktu yang singkat. Kedua transaksi tidak dijadwalkan untuk terjadi pada waktu yang persis sama. Swap terjadi ketika dua perusahaan menjual aset yang hampir identik kepada satu sama lainnya untuk mengakui pendapatan.
5. Waktu pemakaian standar akuntansi wajib, pemakaian standar akuntansi sebelum waktunya yang meningkatkan laba dapat memberikan kesan bahwa perusahaan perlu menemukan pendapatan dari manapun yang memungkinkan. Pemakaian yang sebelum waktunya dapat menurunkan persepsi kualitas laba pada investor.
6. Perubahan akuntansi sukarela, dilakukan dengan mengubah kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Karena perusahaan tidak dapat membuat tipe perubahan akuntansi yang sama terlalu sering, maka perusahaan mungkin membuat beberapa tipe perubahan akuntansi yang berbeda secara bersama-sama atau sendiri-sendiri selama beberapa periode.
7. Akuntansi konservatif, dilakukan dengan memilih metode akuntansi yang menjaga nilai aset tercatat relatif rendah.
8. Menggunakan derivatif, manajer dapat memanipulasi laba melalui lindung nilai pengadaan instrumen selama periode waktu khusus guna mengalihkan laba atau rugi yang belum direalisasi dari laporan laba komprehensif ke laporan laba rugi.
Manajemen laba biasanya diukur dengan akrual diskresioner. Jumlah akrual diskresioner positif menunjukkan menunjukkan bahwa perusahaan melaksanakan manipulasi laba dengan tumpuan penaikan laba. Sedangkan, jumlah negatif akrual diskresioner menunjukkan menunjukkan manipulasi laba dengan pola penurunan laba (Murhadi, 2009).
Terdapat empat alasan mengapa laba dapat menunjukkan gambaran yang tidak tetap dalam mengukur penciptaan nilai, yaitu:
1. Angka-angka dalam laporan keuangan dapat terdistorsi dan dimanipulasi.
Dalam menyusun laporan keuangan, akuntan harus membuat judgement dan memilih basis atau metode akuntansi yang akan digunakan. Pemilihan metode akuntansi yang berbeda akan menghasilkan angka laba yang berbeda-beda. Akuntan sering memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan tanpa adanya dampak ekonomi kepada perusahaan dari peningkatan laba tersebut.
2. Pelaksanaan investasi sebuah proyek jangka panjang tidak memasukkan semua unsur yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan sebuah investasi layak dijalankan atau tidak.
Misalnya perusahaan memiliki 2 proyek yaitu A dan B yang menunjukkan laba bersih yang sama selama 3 tahun pelaksanaan proyek. Sepintas kedua proyek tersebut menunjukkan laba yang sama sehingga proyek A atau B yang dijalankan kesannya sama untuk perusahaan. Proyek A membutuhkan pengeluaran awal yang lebih rendah dibandingkan dengan B sehingga perusahaan harusnya memilih proyek A dibandingkan dengan B.
3. Nilai waktu dari uang (time value) tidak dimasukkan dalam perhitungan investasi.
Terdapat kemungkinan bahwa pertumbuhan dalam laba justru akan menurunkan nilai perusahaan apabila tingkat pengembalian yang diperoleh dari melaksanakan sebuah proyek lebih kecil dari tingkat pengembalian yang dipersyaratkan untuk proyek tersebut. Kondisi ini akan membuat harga saham perusahaan turun sehingga menurunkan kekayaan pemegang saham.
4. Risiko tidak dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan keuangan
a. Terlalu terfokus kepada pertumbuhan laba membuat administrasi perusahaan gagal dalam mempertimbangkan risiko. Kenaikan laba akan meningkatkan risiko yang menimbulkan kenaikan pada tingkat diskonto.
b. Berikut ini yaitu tabel yang menyajikan dua seni administrasi yaitu S dan T
| Starategi S | Strategi T | ||
| Laba | Probabilita | Laba | Probabilita |
| -100.000 | 0,10 | 80.000 | 0,10 |
| 0 | 0,20 | 90.000 | 0,15 |
| 100.000 | 0,40 | 100.000 | 0,50 |
| 200.000 | 0,20 | 110.000 | 0,15 |
| 300.000 | 0,10 | 120.000 | 0,10 |
Hasil yang diharapkan | 100.000 | | 100.000 | |
Investor akan lebih menyukai seni administrasi T alasannya yaitu meskipun memiliki hasil yang sama dengan seni administrasi S tetapi risikonya lebih kecil dari S alasannya yaitu labanya terdistribusi secara merata di setiap angka probabilita. Meskipun kedua seni administrasi menghasilkan laba yang sama tetapi risikonya berbeda.
Post a Comment
Post a Comment