Alur Akuntansi Atas Transaksi Mata Uang Asing
Pada dasarnya, alur akuntansi atas transaksi bermata uang aneh yakni sebagai berikut :
Pada ketika terjadinya transaksi pertama kalinya, nilai transaksi diakui atau dicatat sebesar nilai fakturnya (invoice)
Pada setiap pelaporan, transaksi tersebut di translasikan dengan mengkonversikan nilai transaksi tersebut ke dalam mata uang fungsionalnya (Rupiah) sesuai dengan metode konversi yang dipergunakan, pada ketika ini akan diakui KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (SELISIH) KURS, yang dalam bahasa inggrisnya disebut Currency Gain/Lost.
Pada ketika pembayaran (pelunasan) atas transaksi tersebut (baik itu berupa transaksi atas aktiva maupun kewajiban), nilai transaksi bermata uang aneh tersebut akan disetarakan lagi dengan mengkonversikannya menjadi mata uang fungsional (Rupiah). Proses konversi ini akan mengakibatkan adanya KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (SELISIH) KURS (Currency Gain/Lost).
Contoh :
Tanggal 31 Januari, sebuah perusahaan di Indonesia membeli barang dagangan dari Amerika dengan nilai invoice USD 1,000.00, Tutup buku fiskal pada tanggal 20 Maret, dan pembayaran akan jatuh tempo pada tanggal 30 April, dan
Sementara itu situasi nilai tukar pada ketika itu digambarkan sebagai berikut :
28 Pebruari, 1 USD = Rp 9,000,-
20 Maret, 1 USD = Rp 9,100,-
30 April, 1 USD = Rp 9,200,-
Atas Transaksi diatas, sanggup dicatat dengan jurnal entry :
Pada tanggal pembelian (28 Pebruari) :
[Debit] : Pembelian = Rp 9,000,000,-
[Kredit] : Hutang Dagang = Rp 9,000,000,-
Pada ketika tutup buku fiskal (20 Maret) :
Pada ketika terjadinya transaksi pertama kalinya, nilai transaksi diakui atau dicatat sebesar nilai fakturnya (invoice)
Pada setiap pelaporan, transaksi tersebut di translasikan dengan mengkonversikan nilai transaksi tersebut ke dalam mata uang fungsionalnya (Rupiah) sesuai dengan metode konversi yang dipergunakan, pada ketika ini akan diakui KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (SELISIH) KURS, yang dalam bahasa inggrisnya disebut Currency Gain/Lost.
Pada ketika pembayaran (pelunasan) atas transaksi tersebut (baik itu berupa transaksi atas aktiva maupun kewajiban), nilai transaksi bermata uang aneh tersebut akan disetarakan lagi dengan mengkonversikannya menjadi mata uang fungsional (Rupiah). Proses konversi ini akan mengakibatkan adanya KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (SELISIH) KURS (Currency Gain/Lost).
Contoh :
Tanggal 31 Januari, sebuah perusahaan di Indonesia membeli barang dagangan dari Amerika dengan nilai invoice USD 1,000.00, Tutup buku fiskal pada tanggal 20 Maret, dan pembayaran akan jatuh tempo pada tanggal 30 April, dan
Sementara itu situasi nilai tukar pada ketika itu digambarkan sebagai berikut :
28 Pebruari, 1 USD = Rp 9,000,-
20 Maret, 1 USD = Rp 9,100,-
30 April, 1 USD = Rp 9,200,-
Atas Transaksi diatas, sanggup dicatat dengan jurnal entry :
Pada tanggal pembelian (28 Pebruari) :
[Debit] : Pembelian = Rp 9,000,000,-
[Kredit] : Hutang Dagang = Rp 9,000,000,-
Pada ketika tutup buku fiskal (20 Maret) :
Nilai tukar telah berubah, rupiah terdepriasi sebesar Rp 100,- / 1 USD, sehingga perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 100 x 1000 = Rp 100,000. Ini diakui sebagai kerugian kurs, dan diubahsuaikan dengan jurnal :
[Debit] : Kerugian (Selisih) Kurs = Rp 100,000,-
[Credit] : Hutang Dagang = Rp 100,000,-
Sedangkan pada ketika hutang jatuh tempo :
[Debit] : Kerugian (Selisih) Kurs = Rp 100,000,-
[Credit] : Hutang Dagang = Rp 100,000,-
Sedangkan pada ketika hutang jatuh tempo :
Rupiah terdepresiasi Rp 200,-/1 USD dibandingkan ketika pembelian dilakukan, Jurnal atas pelunasan hutang ini menjadi :
[Debit] : Hutang Dagang = Rp 9,000,000,-
[Debit] : Kerugian (selisih) Kurs = Rp 200,000,-
[Credit] : Kas = Rp 9,200,000,-
Saat Pengakuan Keuntungan atau Kerugian Kurs
Dari teladan di atas, bila diperhatikan baik-baik, maka jelaslah KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (Selisih) KURS DIAKUI PADA PERIODE DIMANA KEUNTUNGAN ATAU KERUGIAN TERJADI. Dalam teladan di atas kerugian kurs diakui :
Pada Laporan Fiskal, kerugian kurs diakui sebesar Rp 100,000 saja yaitu pada tanggal penutupan buku fiskal (20 Maret).
Pada Laporan Komersial, kerugian kurs diakui sebesar Rp 200,000 pada ketika pelunasan (pembayaran) dilakukan (30 April)
Author’s Note :
[Debit] : Hutang Dagang = Rp 9,000,000,-
[Debit] : Kerugian (selisih) Kurs = Rp 200,000,-
[Credit] : Kas = Rp 9,200,000,-
Saat Pengakuan Keuntungan atau Kerugian Kurs
Dari teladan di atas, bila diperhatikan baik-baik, maka jelaslah KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (Selisih) KURS DIAKUI PADA PERIODE DIMANA KEUNTUNGAN ATAU KERUGIAN TERJADI. Dalam teladan di atas kerugian kurs diakui :
Pada Laporan Fiskal, kerugian kurs diakui sebesar Rp 100,000 saja yaitu pada tanggal penutupan buku fiskal (20 Maret).
Pada Laporan Komersial, kerugian kurs diakui sebesar Rp 200,000 pada ketika pelunasan (pembayaran) dilakukan (30 April)
Author’s Note :
Di final tahun buku, secara konsep bekerjsama perusahaan
memiliki 3 (tiga) pilihan :
1). Mengabaikan fluktuasi nilai tukar (akan tetapi, pilihan ini yakni pilihan berbahaya)
2). Melakukan pembiasaan (membuat adjustment) atas nilai pembelian, yang biasa disebut PENDEKATAN SATU TRANSAKSI (akan tetapi tindakan ini, akan menciptakan laporan menjadi tidak mencerminkan bencana ekonomi yang sesungguhnya).
3). Atas perubahan nilai tukar mata uang fungsional (Rupiah) kepada mata uang asing, disamping mengkui adanya utang, juga diakui adanya laba atau kerugian (selisih) kurs, yang biasa disebut sebagai PENDEKATAN DUA TRANSAKSI. (Pilihan inilah yang paling relevan).
Pelaporan Keuntungan Kurugian (Selisih Kurs)
Dimanakah laba atau kerugian (Selisih Kurs) di kelompokkan ?.
Karena dalam hal ini, laba atau kerugian kurs terjadi akhir adanya fluktuasi nilai tukar mata uang fungsional (Rupiah) terhadap mata uang aneh (dalam teladan di atas yakni USD), dimana atas laba atau kerugian kurs tersebut mempengaruhi arus kas masuk atau keluar, maka :
KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (Selisih) KURS di kelompokkan ke dalam PENDAPATAN LAIN-LAIN (OTHER REVENUE)
KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (Selisih) KURS menjadi ELEMEN PENAMBAH/PENGURANG atas PENDAPATAN BRUTTO, yang akan menghasilkan PENDAPATAN NETTO.
Hubungannya dengan Harga Pokok Penjualan (Cost Of Good Sold) ?
“NONE, ZERO, ZIL, ZALDA, KAGA ADE, TAK ADA, TAK ADO, ORA ONO” :) :) :)
Author’s Note :
Hati-hati, bedakan TRANSAKSI dengan TRANSLASI :
TRANSAKSI : Kejadian ekonomi yang sungguh-sungguh MEMPENGARUHI ARUS KAS.
TRANSLASI : Hanyalah PERUBAHAN PENGAKUAN NILAI atas ASSET maupun LIABILITIES, akhir adanya KONVERSI
NILAI.
Kabar besar hati bagi yang ingin mendalami lebih lanjut mengenai FOREIGN CURRENCY ACCOUNTING, segara akan hadir artikel : TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING, mengenai bagaimana mentranslate (saya pakai istilah MENGKONVERSIKAN) laporan keuangan ber mata uang asing. Untuk semua elemen laporan keuangan yang perlu disoroti, mulai dari penjualan, pembelian, COGS hingga dengan perolehan aktiva tetap dan retained earning. Akan diposting secara bertahap. Dimulai dengan : TRANSLASI HARGA POKOK PENJUALAN (COGS) [-baca-] sehabis BONUS : HEDGING dibawah
BONUS : HEDGING (Antisipasi Terhadap Fluktuasi Kurs)
Jika diartikan secara harfiah, HEDGE = Pagar / Tameng
Dalam Financial, HEDGING diartikan sebagai tindakan untuk memindahkan resiko akhir dari fluktuasi kurs (atau suku bunga, atau harga).
Jika saja HEDGING benar-benar berfungsi secara efektif, maka seharusnya KEUNTUNGAN atau KERUGIAN KURS tidak akan terjadi, dan tidak perlu dipusingkan oleh legalisasi (pencatatan) maupun disclosure-nya.
Adapun Hedging yang direkomendasikan untuk mengatasi fluktuasi kurs yakni INSTRUMEN KEUANGAN DERIVATIVE, yaitu Kontrak Pertukaran yang Dimajukan (FORWARD EXCHANGE CONTRACT).
Teknisnya, institusi keuangan oke untuk menetapkan suatu nilai tukar mata uang yang disepakati untuk dimasa depan yang telah disepakati pula.
Contoh : Bank Devisa (dimana rekening perusahaan) menyetujui perusahaan untuk hedging nilai Tukar Rupiah terhadap USD yakni Rp 9000,- hingga dengan tanggal 30 April, Jika saja pada teladan masalah pembelian barang dagangan diatas perusahaan melaksanakan hedging, maka kerugian kurs sebesar Rp 200,000 tersebut tidak akan terjadi. Pengakuan currency gain lost pun tidak perlu terjadi.
Author’s Note :
Disatu sisi HEDGING akan meminimalisasi atau bahkan mengeliminasi kemungkinan terjadinya kerugian kurs, di sisi lainnya, perusahaan juga kehilangan kesempatan untuk memperoleh KEUNTUNGAN KURS. Jika Fluktuasi nilai tukar benar-benar menjadi duduk kasus bagi perusahaan, lakukanlah HEDGING, Jika :
IMPORTER : nilai tukar uang fungsional (Rupiah) cenderung melemah, LAKUKANLAH HEDGING, bila sebaliknya, maka jangan lakukan.
EXPORTER : nilai tukar uang fungsional (Rupiah) cenderung menguat, LAKUKANLAH HEDGING, Jika sebaliknya, jangan lakukan.
Good Luck :-)
Artikel Lain Yang Terkait : TRANSLASI HARGA POKOK PENJUALAN (COGS) [-baca-]
Post a Comment
Post a Comment