Author’s Notes
Artikel ini sengaja disisipkan berseling diantara seri Rekonsiliasi Bank, biar sebelum masuk ke Rekonsiliasi Bank Serie-2 (2 mata uang), pembaca sudah menerima pemahaman yang cukup mengenai konversi mata uang dan penerapanya akuntansinya .
Metode Konversi Mata Uang Asing
Ada empat pendekatan dasar yang relevan untuk menjabarkan laporan keuangan dalam mata uang absurd ke dalam mata uang domistik (Rupiah) atau sebaliknya, yaitu :
Metode lancar-Tak lancar (current-non current)
Menjabarkan akun-akun lancar (Current Account) pada kurs sekarang, serta akun-akun tidak lancar (non-current account) pada kurs historis (historical currency).
Dalam metode ini, Aktiva tetap, Modal dan Laba Ditahan (Retained Earning) dijabarkan dengan memakai kurs historis atau kurs pada tanggal transaksinya. Sedangkan Kas, Piutang, dan Persediaan dijabarkan atau dijabarkan dengan memakai kurs pada dikala laporan dibuat.
Metode Moneter-Non moneter
Mengkonversikan aktiva dan kewajiban MONETER pada KURS SEKARANG (current exchange rate), sedangkan aktiva dan kewajiban NON-MONETER diubah dengan memakai KURS HISTORIS (historical exchange rate).
Metode Temporal
Mengkonversikan Aktiva dan kewajiban yang dinilai pada HARGA MASA LALU (historical value), SEKARANG (current value) dan MASA DEPAN (future value) sedemiakian rupa sehingga mereka sanggup dinilai dengan prinsip akuntansi yang sama.
Misal : Kas, utang dan piutang, aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa kemudian dijabarkan kedalam kurs historis. And… vice versa…..
Metode Kurs Sekarang
Menjabarkan seluruh aktiva dan kewajiban pada kurs sekarang. Semua account dikonversikan dengan memakai rate pada dikala laporan dibuat.
Ketentuan PSAK No. 10 (Transaksi mata uang absurd selain kontrak berjangka)
Untuk transaksi mata uang absurd selain kontrak berjangka maka :
1). Pada tanggal transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, penerimaan, pengeluaran, keuntungan dan kerugian yang timbul dari transaksi tersebut harus dinail dan dicatat dalam mata uang fungsional dari entitas yang melaksanakan pencatatan dengan memakai kurs yang berlaku pada tanggal tersebut.
2). Pada setiap tanggal neraca, saldo yang tercatat dalam mata uang selain mata uang fungsional dari entitas yang melaksanakan pencatatan harus diadaptasi untuk mencerminkan kurs sekarang.
3). Post aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang absurd dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan memakai kurs tanggal neraca. Apabila terdapat dalam memilih kurs tanggal neraca, maka sanggup digunakan kurs tengah Bank Indonesia.
4). Post non moneter dilarang dilaporkan dengan memakai kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan memakai kurs tanggal transaksi.
5). Post non moneter yang dinilai dengan nilai masuk akal dalam mata uang absurd harus dilporkan dengan memakai kurs yang berlaku pada dikala nilai tersebut ditentukan.
Model-model Penggunaan Multi Kurs, Alur dan Laba-Ruginya.
Ada banyak varian modelnya, akan tetapi intinya hanya ada 4 model varian yang significantly berbeda :
Model-1
Seluruh atau sebagian uang masuknya dalam mata uang absurd , sedangkan segala pengeluaran mempergunakan mata uang lokal (Rupiah) murni. Sistem Informasi Akuntansi dan Keuangannya (yang biasa disebut FIS = Financial Information System) memakai mata uang lokal juga.
Perusahaan yang memakai model ini biasanya typically perusahaan-perusahaan lokal yang beroreintasi export atau perusahaan lokal yang pasarnya berada di luar negeri dan revenue diperoleh dalam mata uang asing.
Siklus perubahan mata uangnya (e.i : mata uang asingnya yaitu USD) :
Revenue (USD) masuk ke rekening USD -->> di transfer ke rekening IDR (dengan konversi pada nilai tukar tertentu) -->> dari rekening IDR di tarik dalam bentuk cash (pindah ke petty cash untuk kemudian dikeluarkan) atau dalam bentuk check atau di transfer ke rekening vendor dalam bentuk rupiah juga à dicatat ke dalam FIS dalam mata uang Rupiah juga (tidak mengalami perubahan).
Bentuk singkatnya : USD -->> IDR (satu kali konversi)
Author’s view :
Kemungkinan laba-rugi atas Kurs (Currency Gain/Lost) hanya timbul apabila terjadi penjualan kredit dan menerapkan accrual bases accounting.
Misalnya :
Dikirimkan barang dagangan dengan nilai invoice USD 10.00, rate pada dikala itu 1 USD = Rp 9000,-
-->> Dicatat :
[Debit] : Piutang Dagang = Rp 90,000,-
[Credit] : Penjualan = Rp 90,000,-
Sebulankemudian pembayaran diterima sebesar USD 10.00, sedangkan rate pada dikala itu 1 USD = Rp 9100,-
-->> Dicatat :
[Debit] : Kas = Rp 91,000,-
[Credit] : Piutang = Rp 90,000,-
[Credit] : Laba kurs = Rp 1,000,-
Model-2
Seluruh atau sebagian uang masuknya dalam mata uang asing, sedangkan pengelurannya memakai mata uang adonan (misalnya : USD dan Rupiah), dicatat dalam bentuk mata uang lokal murni (Rupiah).
Model ini sanggup jadi digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang sama ibarat pada model-1.
Siklus Perubahan mata uangnya (Misalnya : mata uang asingnya yaitu USD) :
Pendapatan (USD) masuk ke rekening USD -->> di transfer seluruhnya atau sebagian ke rekening IDR -->> pengeluaran (pembayaran) dalam bentuk IDR atau USD -->> pengeluaran di catat ke dalam pembukuan yang memakai mata uang IDR.
Bentuk singkatnya : USD -->> IDR Ã USD -->> IDR (2 kali konversi)
Author’s view :
Kemungkinan laba-rugi atas Kurs (Currency Gain/Lost) disamping terjadi akhir penjualan kredit juga sangat mungkin terjadi pada dikala dilakukan pembayaran kepada vendor yang menjual barangnya dengan nilai USD tetapi meminta pembayaran di transfer ke rekening IDR mereka.
Model-3
Seluruh atau sebagian uang masuknya memakai mata uang absurd sedangkan segala pengeluaran memakai mata uang lokal (Rupiah) akan tetapi FIS –nya memakai mata uang absurd (USD, EURO, DM, AUD, Yen, or else).
Model ini biasanya diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang berbentuk representative (BUT) atau perusahaan-perusahaan yang mempunyai parent company di luar negeri.
Siklus perubahan mata uangnya :
Dana masuk ke rekening USD dalam bentuk USD tentunya -->> di transfer ke rekening IDR dengan mengkonversikan USD ke bentuk Rupiah (dengan rate tertentu) -->> ditarik cash atau diterbitkan check/BG Rupiah -->> disbursement à dicatat ke dalam FIS dalam bentuk USD dengan mengkonversikan nilai transaksi Rupiah ke USD.
Bentuk singkatnya : USD -->> IDR -->> USD (mengalami 2 kali konversi)
Author’s view :
Jika dana yang diterima oleh anak perusahaan hanya berupa pemindahan buku saja (semua penjualan diakui di perusahaan induk), maka sesunggunya tidak ada laba-rugi atas kurs yang timbul. Karena konversi dari USD ke Rupiah kemudian di konversikan lagi ke USD hanya untuk kebutuhan translasi saja, bukan transaksi.
Laba rugi hanya terjadi pada perusahaan induk. Itupun hanya pada akreditasi perolehan atas aktiva tetap (aktiva tak lancar lainnya) yang nilainya sanggup jadi meningkat atau menurun akhir fluktuasi nili tukar mata uang yang terjadi antara mata uang (yang di keluarkan dalam bentuk rupiah) di negaranya anak perusahaan dengan mata uang Negaranya perusahaan induk.
Model-4 :
Seluruh uang masuknya dalam mata uang lokal (Rupiah), tetapi dalam pengeluarannya sebagian besar memakai mata uang asing, dicatat ke pembukuan dalam mata uang lokal murni (Rupiah).
Model ini biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan importer, yang dalam aktivitas usahanya memakai barang dagangan yang diimport dari luar negeri untuk kemudian di jual di dalam negeri dalam mata uang Rupiah. Atau perusahaan-perusahaan manufaktur yang memakai materi baku atau materi penolong dalam jumlah (volume) yang signifikan.
Siklus perubahan mata uangnya :
Pendapatan masuk ke rekening IDR -->> ditransfer ke tekening USD dengan mengkonversikan IDR ke USD -->> dibayarkan ke vendor di luar negeri dalam mata uang USD -->> dicatat ke dalam mata uang Rupiah
Bentuk singkatnya : IDR -->> USD -->> IDR (mengalami 2 kali konversi)
Author’s view :
Potensi laba-rugi atas kurs sama persis ibarat pada model-1, hanya saja di sini terjadi pada dikala pengkuan atas pelunasan utang yang ditimbulkan oleh pembelian kredit. Hanya saja di model ini, Perusahaan akan memperoleh keuntungan atas kurs pada dikala Nilai Rupiah melemah.
Post a Comment
Post a Comment