Analisa Kwalitas Penjualan (sales quality analysis) penting untuk dilakukan. Mengapa? Bagaimana melaksanakan analisanya? Itulah topic yang akan dibahas di posting ini.
Saat penutupan buku, sering bab penjualan menanyakan ke accounting: “berapa penjualan kita bulan ini?” Obviously mereka ingin tahu berapa besarnya penjualan, dan string (maksud lain) di balik pertanyaan ini sanggup bermacam-macam:
Saat penutupan buku, sering bab penjualan menanyakan ke accounting: “berapa penjualan kita bulan ini?” Obviously mereka ingin tahu berapa besarnya penjualan, dan string (maksud lain) di balik pertanyaan ini sanggup bermacam-macam:
[1]. Berapa komisi saya bulan ini (mungkin ini paling penting)
[2]. Berapa incentive saya bulan ini (jika mendapatkan gaji+incentive)
Untuk pertanyaan ini, tentu jawabannya sangat mudah, bukan? Sekali lagi, obviously yang ditanyakan yaitu berapa total penjualan bulan ini. Dan jawabannya, anda tinggal melihat buku besar penjualan, atau melihat rekening penjualan (sales) di income statement.
Biasanya si penanya akan lebih puas kalau anda mau sedikit membuka spreadsheet, kemudian menghitung:
Misalnya:
Penjualan = Rp 100,000,000
Comission = 5% x 100,000,000 = 5,000,000
Lalu dengan cepat anda memperlihatkan tanggapan :
”Penjualan total = Rp 100,000,000 dan komisi anda Rp 5,000,000 (potong pajak)”
Jika angka komisinya tidak mengecewakan besar, tentu si penanya akan tersenyum puas, tetapi kalau angka komisinya relatif kecil, mungkin si penanya akan bertanya lebih jauh lagi: ”koq kecil ya?, memangnya bagaimana hitung-hitungannya?, boleh tidak saya sanggup printout penjualan?” dan lain sebagainya. Penghitungan komisi yang begitu sederhana menjadi sangat rumit baginya, hingga perlu menanyakan ”bagaimana hitung-hitungannya?” :-)
Tentunya situasi tersebut sudah biasa kita hadapi di accounting.
Sales Quality Analysis
Ilustrasi di atas, yaitu schema sederhana, dan yang bertanya yaitu sales.
Bagaimana kalau yang bertanya yaitu Pak Direktur Utama?
”Ehem..ehem! (berusaha mengatur tekanan bunyi semoga seakan-akan direktur) ”Bagimana penjualan kita bulan ini?”.
Pertanyaan pak dirut ini hampir sama dengan pertanyaan dari bab sales, nyaris sama. Tetapi kalau anda jeli, pertanyaan ini susungguhnya sangat berbeda.
Apakah anda akan memperlihatkan tanggapan yang sama (total penjualan + komisi)? Atau total penjualan saja?
Jika posisi anda masih clerk atau maksimal bookkeeper, mungkin tanggapan sederhana (total penjualan lawan komisi saja) sanggup dimaklumi. Tetapi kalau posisi anda lebih tinggi dari itu dan anda memperlihatkan tanggapan yang sama, percayalah mungkin hingga dua tahun lagi, career anda akan tetap di posisi yang sekarang.
Lalu tanggapan apa bergotong-royong yang diperlukan oleh seorang eksekutif utama, perihal sales?.
Pertanyaannya tidak mengecewakan terang ”Bagaimana penjulan kita bulan ini?”, diawali dengan kata bagaimana (how?) bukan ”berapa”. So jawabannya terang bukan total penjualan, melainkan ”good/okay/worst”.
Itu saja? tentu tidak, seharusnya diikuti dengan alasan mengapa good, mengapa okay, mengapa worst. Atau lebih tepatnya lagi: how good it is or how worst it is.
Tidak hanya sekedar total penjualan yang ingin diketahui, tetapi yang jauh lebih penting dari sekedar angka (saldo) pada rekening, yaitu : Sales Quality (kwalitas penjualan).
Bagaimana mengukur suatu penjualan apakah itu elok atau tidak?
Jawabannya yaitu : Quality Of Sales Ratio (QOSR).
Bagaimana menghitungnya? it's somewhat simple:
Contoh:
Total Sales periode 01 s/d 30 June 2008 = Rp 100,000,000
Tetapi cash yangbaru diterima gres Rp 40,000,000
Total Sales periode 01 s/d 30 June 2008 = Rp 100,000,000
Tetapi cash yangbaru diterima gres Rp 40,000,000
So Quality Of Sales Rationya yaitu = 40%
Mengapa cash diterima (Cash Received) yang menjadi ukuran?
Ukuran quality dari revenue (yang dalam hal ini yaitu sales) selalu ”Liquidity Level” atau “Tingkat Likwiditas”. Yang artinya, seberapa besar sales tersebut sanggup direalisasikan menjadi cash. Sekaligus mengetahui seberapa besar potensi resikonya.
Apa resiko dari suatu sales? Ketertagihannya!. Good Debt atau Bad Debt.
Seberapa besar cash yang diterima dibandingkan dengan total sales, itulah liquidity levelnya. Meskipun memang dalam Balance Sheet, piutang (Account Receivable) itu tergolong Current Asset yang tidak mengecewakan liquid tetapi belum cukup liquid dibandingkan dengan cash.
Perlu disadari bahwa sangat mungkin dari sekian total sales yang masih nyangkut di rekening Account Receivable (dari teladan di atas Rp 60,000,000 masih berstatus AR) tidak sanggup ditagih, atau tertagih tetapi jangka waktu realisasinya sangat usang hingga melewati production turnover. Atau tertagih tetapi tidak semuanya.
Catatan: Khusus mengenai analisa piutang kita akan bahas di topic lain.
Okay, mungkin diantara anda ada yang ingin bertanya: “so what is the good percentage?, berapa prosentase QOSR yang bagus?”, jawabannya tergantung:
[-]. Berapa lamanya production turnover
[-]. Berapa Besarnya Net Earning pada periode yang sama.
Lain kali kita akan bahas analisa terintegrasi mengenai Income Quality dan Sales quality. Untuk ketika ini cukup itu dahulu.
Advancement Sign!
Mau menerima better point lagi di mata pak dirut? Mau cepat naik gaji/career? :P just kidding. Maksud saya: "mau memperlihatkan tanggapan yang lebih berkwalitas lagi kepada pak dirut?".
Okay, tambahkan tanggapan tadi dengan “Trend analysis”.
Caranya?
Caranya, mudah:
(QOSR Jan+Feb+March+April+May)/5 dibandingkan dengan QOSR bulan june 2008. Naik atau turun? Jika naik berapa persen kenaikannya?, kalau turun berapa persen penurunanya?.
Saya rasa saya tidak perlu jelaskan bagaimana mencari prosentase kenaikan atau penurunan tersebut, bukan?.
Mengapa cash diterima (Cash Received) yang menjadi ukuran?
Ukuran quality dari revenue (yang dalam hal ini yaitu sales) selalu ”Liquidity Level” atau “Tingkat Likwiditas”. Yang artinya, seberapa besar sales tersebut sanggup direalisasikan menjadi cash. Sekaligus mengetahui seberapa besar potensi resikonya.
Apa resiko dari suatu sales? Ketertagihannya!. Good Debt atau Bad Debt.
Seberapa besar cash yang diterima dibandingkan dengan total sales, itulah liquidity levelnya. Meskipun memang dalam Balance Sheet, piutang (Account Receivable) itu tergolong Current Asset yang tidak mengecewakan liquid tetapi belum cukup liquid dibandingkan dengan cash.
Perlu disadari bahwa sangat mungkin dari sekian total sales yang masih nyangkut di rekening Account Receivable (dari teladan di atas Rp 60,000,000 masih berstatus AR) tidak sanggup ditagih, atau tertagih tetapi jangka waktu realisasinya sangat usang hingga melewati production turnover. Atau tertagih tetapi tidak semuanya.
Catatan: Khusus mengenai analisa piutang kita akan bahas di topic lain.
Okay, mungkin diantara anda ada yang ingin bertanya: “so what is the good percentage?, berapa prosentase QOSR yang bagus?”, jawabannya tergantung:
[-]. Berapa lamanya production turnover
[-]. Berapa Besarnya Net Earning pada periode yang sama.
Lain kali kita akan bahas analisa terintegrasi mengenai Income Quality dan Sales quality. Untuk ketika ini cukup itu dahulu.
Advancement Sign!
Mau menerima better point lagi di mata pak dirut? Mau cepat naik gaji/career? :P just kidding. Maksud saya: "mau memperlihatkan tanggapan yang lebih berkwalitas lagi kepada pak dirut?".
Okay, tambahkan tanggapan tadi dengan “Trend analysis”.
Caranya?
Caranya, mudah:
(QOSR Jan+Feb+March+April+May)/5 dibandingkan dengan QOSR bulan june 2008. Naik atau turun? Jika naik berapa persen kenaikannya?, kalau turun berapa persen penurunanya?.
Saya rasa saya tidak perlu jelaskan bagaimana mencari prosentase kenaikan atau penurunan tersebut, bukan?.
Jika ada bertanya ”berapa besar penjualan kita bulan ini?”, maka jawabannya yaitu total penjualan (Rp/$ bla bla bla). Jika pertanyaannya ”Bagimana penjualan kita bulan ini” maka jawabannya yaitu Analisa Kwalitas Sales (Sales Quality Analysis).
Post a Comment
Post a Comment