Latest Post

Account Assistant Account Officer Account Payable Account Receivable Accounting Accounting Case Study Accounting Certification Accounting Contest Accounting For Manager Accounting Manager Accounting Software Acquisition Admin Administrasi administrative assistant Administrator Advance accounting Aktiva Tetap Akuisisi Akun Akuntan Privat Akuntan Publik AKUNTAN. Akuntansi Akuntansi Biaya Akuntansi Dasar Akuntansi Management Akuntansi Manajemen Dan Biaya Akuntansi Pajak Akuntansi Perusahaan Dagang Akuntansi Perusahaan Jasa Akuntansi Syariah Akuntansi Translasi Akunting Analisis Transaksi Announcement Aplikasi Akuntansi archiving ARTICLES ARTIKEL Asumsi dasar Akuntansi Asuransi Aturan Pencatatan Akuntansi Audit Audit Kinerja Auditing Balance sheet Bank Basic Accounting Bea Cukai Bea Masuk Bidang Akuntansi Bukti Transaksi Buku Besar Calculator Capital Cara Pencatatan Akuntansi Career Cash Cash Flow Cat Certification Checker Checker Gudang COGS Collection Contest Corporate Social Responsibility (CSR) Cost Cost Analysis CPA CPA EXAM Credit Credit Policy Current Asset Custom Custom Clearence Dasar Akuntansi Data Debit Kredit Discount Diskon Distributor Dyeing Ekspor Engineering Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Example Expense Export - Import FASB Finance FINANCIAL Financial Advisor Financial Control Finansial Foreign Exchange Rate Form FRAUD Free Download Freebies Fungsi Akuntansi GAAP GAJI Garansi Gift Goodwill Gudang Harga Pokok Penjualan Hotel HPP HRD IFRS Impor Import Import Duty Informasi Akuntansi International Accounting Investasi IT Jasa Jasa Konstruksi Job Vacant JUDUL SKRIPSI AKUNTANSI TERBARU Jurnal Khusus Jurnal Pembalik Jurnal Pembalik Dagang Jurnal Penutup Jurnal Penutup Dagang Jurnal Penyesuaian Jurnal Umum Kas Kas Bank Kas Kecil Kasus Akuntansi Kasus Legal Kasus Pajak Kepala Rekrutment Kertas Kerja Keuangan Knitting Komentar Komputer Konsolidasi Konstruksi Konsultan Laba-Rugi Laboratorium Lain-lain lainnya LANDING COST Laporan akuntansi Laporan Arus Kas Laporan Keuangan Laporan Keuangan Dagang Laporan Keuangan Jasa Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Modal laporan Rugi Laba Layanan Konsumen Lean Accounting Lean Concept Lean Manufacturing Legal Logistik Lowongan Kerja Accounting MA Accounting Macam Transaksi Dagang Management Management Accounting Manager Manajemen Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan Manajemen Stratejik Manajer Manajer Administrasi Manfaat Akuntansi Manufaktur Marketing Matching Color Mekanisme Debit Mekanisme Kredit Mencatat Transaksi Merger metode fifo dan lifo Mid Level Miscellaneous Modal Neraca Neraca Lajur Neraca Saldo Neraca Saldo Setelah Penutupan Nerasa Saldo Office Operator Operator Produksi Paint PAJAK pajak pusat.pajak daerah(provinsi dan kabupaten) payroll Pelaporan Korporate Pemasaran Pembelian Pemberitahuan Pemindahbukuan Jurnal Pencatatan Perusahaan Dagang Pendapatan Pengakuan Pendapatan Pengarsipan Pengendalian Pengendalian Keuangan Pengertian Akuntansi PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN pengertian pajak PENGERTIAN PSAK PENGGELAPAN Pengguna Akuntansi Pengkodean Akun Penjualan Perbankan Perlakuan akuntansi Perpajakan Persamaan Dasar Akun Petty Cash Piutang Posting Buku Besar PPH PASAL 21 PPh Pasal 22 PPh Pasal 26 PPn PPn Import Prefesi Akuntansi Prinsip Akuntansi PRINSIP DASAR AKUNTANSI Produksi Profesi Akuntansi Professi Akuntan Profit-Lost Proses Akuntansi Proyek PSAK PSAK TERBARU PURCHASE Purchasing QA QC Quality Assurance Quality Control Quiz Rabat Rajut rangkuman Rebate Recruitment Recruitment Head Rekrutment Retail Retur Return Revenue Review Saldo Normal Sales Sales Representative Sejarah Akuntansi SERIE ARTIKEL Sertifikasi Shareholder Shipping Agent Shipping Charge siklus akuntansi Silus Akuntansi Dagang Sistem sistem akuntansi Sistem Informasi Sistem Informasi & Pengendalian Internal Soal dan Jawaban CPA SPI Spreadsheet Accounting Spreadsheet Gratis Staff Struktur Dasar Akuntansi Supervisor system pengendalian system pengendalian gaji Tax Taxation Teknik Tekstil Template Teori-teori Akuntansi Tinta Tip n Tricks TIPS AND TRICKS Tools Top Level Transaksi Keuangan Tutup Buku Ujian CPA UPAH update situs USAP Utilities Video Tutor Warehouse Warna warranty What Is New


PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERETIKA

1)             Kerangka kerja pengambilan keputusan etis
               Konsekuensi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan bersih atau biaya
               Hak dan kewajiban yang terkena dampak
               Kesetaraan yang dilibatkan
               Motivasi atau kebijakan yang diharapkan

a.                Pendekatan Filosofis
a)             Konsekuensialisme, Utilitarianisme  atau Teleologi
b)             Konsekuensialisme bertujuan untuk memaksimalkan hasil selesai dari sebuah keputusan
c)             Sebuah perbuatan benar secara moral jikalau dan hanya jikalau tindakan tersebut bisa memaksimalkan kebaikan bersih

b.             Deontologi
a)             Berfokus pada kewajiban atau peran memotivasi keputusan atau tindakan, bukan pada konsekuensi dari tindakan
b)             Kebenaran bergantung pada rasa hormat yang ditunjukkan dalam tugas, serta hak dan keadilan yang dicerminkan oleh tugas-tugas tersebut

c.              Etika Kebajikan (virtue Etchis)
a)             Etika kebajikan berfokus pada abjad atau integritas moral para pelaku  dan melihat pada moral masyarakat, ibarat masyarakat profesional untuk membantu mengidentifikasikan isu-isu etis dan panduan tindakan etis
b)             Tiga kebajikan penting yaitu: keberanian, kesederhanaan dan keadilan

d.             Pengujian untuk pengabilan keputusan etis
a)             Akankah saya merasa nyaman jikalau tindakan atau keputusan ini muncul di halaman depan surat kabar nasional besok pagi?
b)             Akankah saya besar hati dengan keputusan ini?
c)             Akankah ibu saya besar hati dengan keputusan ini?
d)            Apakah tindakan atau keputusan ini sesuai dengan nilai dan aba-aba etik perusahaan?
e)             Apakah hal ini terasa benar bagi saya?

e.              Aturan praktis untuk pengabilan keputusan etis
a)             Golden Rule, Perlakukan orang lain ibarat anda ingin diperlakukan.
b)             Peraturan Pengungkapan, Jika anda merasa nyaman dengan tindakan atau keputusan setelah bertanya pada diri sendiri apakah anda akan keberatan jikalau semua rekan, teman, dan keluarga anda menyadari hal itu, maka anda harus bertindak atau memutuskan.
c)             Etika Intuisi, Lakukan apa yang “firasat anda” katakan untuk anda lakukan.
d)            Imperatif Kategoris, Jangan mengadopsi prinsip-prinsip tindakan, kecuali prinsip tersebut dapat tanpa adanya inkonsistensi, diadopsi oleh orang lain.
e)             Etika Profesi, Lakukan hanya apa yang bisa anda jelaskan di depan komite dari rekan-rekan profesional anda.
f)              Prinsip Utilitarian, Lakukan “yang terbaik untuk jumlah terbesar”
g)             Prinsip Kebajikan, Lakukan apa yang menyampaikan kebajikan yang diharapkan.

2)             Kepentingan Dasar Bagi Para Stakeholder
a)             Kesejahteraan
Keputusan yang diusulkan akan menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada biaya
b)             Keadilan
   Distribusi manfaat dan beban harus berimbang
c)             Hak
Keputusan yang diusulkan tidak boleh melanggar hak pemangku kepentingan dan pembuat keputusan
d)            Sifat Kebajikan
Keputusan yang diusulkan harus menyampaikan kebajikan ibarat yang diharapkan
e)             Dampak yang dapat dikuantifikasi
                Hanya laba atau Rugi
                Analisis biaya manfaat (ABM)
                Analisis resiko manfaat (RBA)
                ABM atau RBA ditambah peringkat stakeholder
f)              Penilaian Dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan
                Keadilan di antara para stakeholder
                Hak stakeholder
                                  i.                   Kehidupan
                                ii.                   Kesehatan dan keselamatan
                              iii.                   Perlakuan adil
                              iv.                   Penggunaan hati nurani
                                v.                   Harga diri dan privasi
                              vi.                   Kebebasan berbicara.
g. Permasalahan Dalam Pengambilan Keputusan Etis
a)             Masalah bersama
b)             Mengembangkan agresi yang lebih etis
c)             Kekeliruan umum dalam pengambilan keputusan etis
                Menyetujui budaya perusahaan yang tidak etis
                Salah menafsirkan keinginan masyarakat
                Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan dampak pada pemegang saham
                Berfokus hanya pada legalitas
                Batas keberimbangan
                Batas untuk meneliti hak
                Konflik kepentingan


Brooks dan Dunn (2012) mencoba untuk menyatukan teori-teori sopan santun dalam penjelasan pengambilan keputusan beretika.
Sumber: Brooks, Leonard J. And Paul Dunn (2012). Business & Professional Ethics for Directors, Executives and Accountants. South-Western College Publishing, 6th edition, Chapter 3 dan 4.

Sniff test merupakan semacam preliminary test yang dapat dilakukan dengan cepat sekedar untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil telah melalui beberapa test etika. Berikut ini sniff test yang biasanya digunakan.
a. Apakah saya bahaya jikalau tindakan atau keputusan ini muncul besok pagi di halaman pertama surat kabar nasional?
b. Apakah saya besar hati dengan keputusan ini?
c. Apakah ibu besar hati dengan keputusan yang saya ambil?
d. Apakah keputusan ini sesuai dengan misi dan aba-aba etik perusahaan?
e. Apakah saya nyaman dengan keputusan ini?

Tahapan dalam stakeholder impact analysis yakni sebagai berikut:
a. Analisis kepentingan dari masing-masing pemangku kepentingan
b. Hitung dampak yang dapat dikuantifikasi
 Laba
 Dampak yang tidak tercakup dalam laba namun dapat diukur langsung. Biasaya ini yakni biaya eksternalitas, misalnya biaya kerusakan lingkungan akhir tidak dilakukan pengolahan limbah. Atau biaya kemacetan lalu lintas dengan bertambahnya jumlah kendaraan.
 Dampak yang tidak tercakup dalam laba dan tidak dapat diukur langsung. Misalnya biaya pengobatan dari penyakit yang mungkin terjadi akhir polusi yang dilakukan perusahaan. Atau biaya sosial akhir pengurangan pegawai.
 Hitung net present value dari selisih present value dari benefit dikurangi present value dari biaya akhir tindakan yang sedang dipertimbangkan akan dilakukan.
 Hitung risk benefit analysis.
 Identifikasi pemangku kepentingan yang berpotensi terkena pengaruh dari keputusan dan buat peringkat.

c. Lakukan penilaian terhadap dampak yang tidak dapat dikuantifikasi.
 Keadilan dan kesetaraan antar pemangku kepentingan.
 Hak-hak dari pemangku kepentingan.

 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAPKonsep dasarnya :

Perolehan Aktiva tetap diakui sebesar HARGA PEROLEHAN –nya (the acquisition cost). Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran-pengeluaran yang timbul mulai dari peroses pembelian hingga aktiva tersebut siap beroperasi.


Maka harga perolehan dapat dirumuskan dengan :

Nilai Beli + Pengeluaran yang timbul dari proses pembelian hingga aktiva tersebut siap operasi



Macam-macam Cara Perolehan Aktiva Tetap

Seperti sudah saya sampaikan pada artikel-artikel sebelumnya, aktiva tetap dapat diperoleh dengan banyak sekali macam cara, diantaranya (yang paling sering terjadi) :

Dibeli tunai (kontan)
Dibeli dengan mencicil (kontrak jangka panjang)
Dibeli dengan saham
Dibangun Sendiri
Pertukaran


A. AKTIVA TETAP DIBELI TUNAI

Contoh kasus :

Pada tanggal 1 Desember 2007, PT. XYZ (PMA) yang berdomisili di Bekasi, membeli 10 unit mesin dari Jepang dengan harga (FOB) JPY 150,000,000.00 yang setara dengan Rp 12,779,711,574,- dengan biaya angkut dari Tokyo hingga Tanjung periok sebesar USD 1,800.00 yang setara dengan Rp 16,883,995,- Tariff bea masuk untuk mesin tersebut yakni 15%, karena PT. XYZ (PMA) menggunakan kemudahan penanaman modal asing, atas import barang modal dikenakan bea masuk hanya setengahnya. Untuk menjamin keselamatan barang dalam perjalanan, pengangkutan mesin tersebut dilindungi dengan asuransi ber premi USD 1,500.00 setara dengan Rp 14,069,995,- . Biaya angkut dari tanjung periok hingga ke bekasi sebesar Rp 1,500,000,-. Untuk instalasi pemasangan PT. XYZ membayar konsultan sebesar Rp 15,000,000,-

Permasalahan : Bagaimanakah perlakuan Akuntansi atas pembelian 10 unit mesin tersebut ?.

(a). Penilaian (pengukuran)
Jika kita uraikan, maka pengeluan-pengeluaran PT. XYZ (PMA) atas pembelian mesin tersebut yakni sebagai berikut :

 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAP
(b). Pengakuan (pencatatan)

Pencatatan-1 : Wajar
 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Pencatatan-2 : Tidak wajar
 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAP

Mengapa pencatatan yang pertama dikatakan wajar dan pencatatan yang dibawahnya dikatakan tidak wajar ?.

Jawabannya yakni Matching Principles, yaitu : Pengeluaran hendaknya diakui pada periode kapan potensi pendapatan akan diperoleh atas pengeluaran tersebut.

 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAPDalam kasus di atas, bila yang dilakukan yakni pencatatan menyerupai pada pencatatan yang kedua, maka : pada dikala penutupan buku (31 Desember 2007), akan nampak beban yang begitu tinggi, bahkan sangat mungkin PT. XYZ kelihatan seperti mengalami kerugian yang besar tanggapan pembebanan : Shipping Cost, Insurance Cost, Import Duty, Import Tax, Trucking & Installation Cost dengan SEKALIGUS. Sementara mesin belum berproduksi, belum menghasilkan outpun samasekali. Diperiode-periode berikutnya (2008, 2009, 2010 hingga mesin tersebut ditarik dari penggunaan) akan nampak laba yang tinggi, tanggapan semua pengeluaran tersebut telah dibebankan sekaligus dikala pembelian.

Akan menjadi wajar apabila, semua pengeluaran-pengeluaran tersebut dikapitalisasi ( diakui sebagai perolehan) untuk kemudian dibebankan secara gradual selaras dengan penggunaan mesin tersebut (utilization), yaitu dengan cara menyusutkannya (depreciating).


B. AKTIVA TETAP DIBELI DENGAN MENCICIL

Perolehan aktiva dengan pembayaran dicicil, tentu pengeluaran kas tidak akan terjadi sekaligus, melainkan bertahap sesuai dengan janji dengan kreditur (Bank). Lain daripada itu, tentu akan ada bunga yang harus ditanggung.

Contoh Kasus :

PT. XYZ membeli sebidang tanah untuk daerah usaha seluas 1 Ha seharga Rp 1,900,000,000,-, dengan sistem pembayaran sebagai berikut :
Pembayaran pertama yakni sebesar Rp 900,000,000,- sedangkan sisanya dicicil sebanyak 10 kali selama 10 Tahun. Atas Pokok cicilan dikenakan BUNGA TETAP 18% pertahun.

Maka Transaksi ini, dicatat (dijurnal) sebagai berikut :

 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Bagaimana bila dengan bunga menurun ?.

Maka transaksinya dicatat sebagai berikut :

 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAPUntuk jurnal pembayaran pada cicilan yang ke-3 dan seterusnya tentu sudah mampu dihitung bukan ?.


C. AKTIVA DIBELI DENGAN SAHAM/OBLIGASI

Konsep dasarnya :

(-). Perolehan aktiva tetap diakui sebesar HARGA PASAR saham yang dikeluarkan pada dikala pembelian aktiva terjadi.

(-). Jika harga pasar lebih tinggi dari harga nominal saham, maka harus diakui adanya AGIO SAHAM (premium) sebesar selisihnya.

(-). Jika harga pasar lebih rendah dari harga nominal nya, maka diakui adanya DISAGIO SAHAM (discount).

Contoh Kasus :

PT. XYZ, membeli sebuah truck dengan cara mengeluarkan saham sebanyak 1000 lembar @ Rp 100,000,-

Jika harga pasar saham PT. XYZ dikala itu yakni @ Rp 95,000, maka transaksi dicatat dengan jurnal :

[-debit-] Truck = Rp 95,000,000,-
[-debit-] Disagio Saham (discount) = Rp 5,000,000,-

[-credit-] Modal Saham = Rp 100,000,000,-


Jika harga pasar saham PT. XYZ dikala itu yakni @ Rp 110,000, maka transaksi dicatat dengan jurnal :

[-debit-] Truck = Rp 110,000,000

[-credit-] Modal Saham = Rp 100,000,000,-
[-credit-] Agio (premium) Saham = Rp 10,000,000,-


D. AKTIVA YANG DIBANGUN

Dalam banyak kejadian, untuk aktiva bangunan lebih sering diperoleh dengan dibangun terlebih dahulu (tidak membeli bangunan siap pakai).

Konsep dasarnya :

 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAP(-) Jika menggunakan jasa kontraktor (diborongkan), maka harga perolehan aktiva bangunan diakui sebesar nilai kontraknya.

(-) Jika dibangun sendiri, maka harga perolehan aktiva diakui sebesar seluruh pengeluaran atas pembangunan gedung (property) tersebut.

Bagaimana bila pembangunan terjadi di dikala perusahaan sudah beroperasi ?.

Sengaja saya tidak membahas kasus untuk 2 jenis pembangunan yang di atas, karena terlalu sederhana, biasa-biasa saja. Saya akan konsentrasikan pembahasan pada kasus pembangunan yang dilakukan pada dikala perusahaan telah beroperasi, akan lebih menarik :-)

Apa yang menarik dalam kasus ini ?

Okay…..

Dalam pembangunan tentu ada banyak pengeluaran…

In the same time …………

Perusahaan telah beroperasi, telah berproduksi, yang juga banyak terjadi pengeluaran. Sering terjadi beberapa pengeluaran mixed up, alias TERCAMPUR ADUK.

Jika kita kelompokkan, pengeluaran-pengeluaran yang terjadi untuk pembangunan (construction) sama saja dengan pengeluaran-pengeluaran proses produksi di perusahaan, yang terdiri dari 4 kelompok pengeluaran besar :

a. Bahan pribadi (material)
b. Upah pribadi (direct labour)
c. Biaya Tak pribadi (overhead)
d. Biaya operasional (expenses)

Pengeluaran kelompok a ? : Forget about this, ini mudah untuk dipisahkan.
Pengeluaran kelompok b? : Tidak sulit untuk dipisahkan. So, kita lupakan ini

Pengeluaran kelompok c & d ini yang rada susah untuk dipisahkan. Sudah pasti perusahaan akan banyak memakai sources yang sama untuk post pengeluaran ini.

 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAPMisalnya : Air, Listrik, telepon, peralatan tertentu, transportasi, gaji satpam, bahkan tidak jarang perusahaan menugaskan staff atau karyawan tertentu yang disamping bekerja untuk perusahaan yang telah berjalan juga ditugaskan untuk mengawasi proyek pembangunan yang sedang berlangsung.

Termasuk staff accounting, disamping ngurusin keuangan dan pembukuan kantor yang telah beroperasi, juga harus mencatat (membukukan) segala transaksi yang timbul dari proses pembangunan juga :-). Well, tidak apa-apa, hitung-hitung sekalian mencar ilmu struktur pengeluaran dalam proses konstruksi… menarik kan ? dapat ilmu kan ?.

Kembali ke pokok permasalahan…..Bagaimana memisahkannya ?.

Walaupun semenjak awal perusahaan sudah aware dan care untuk memisahkan setiap nota (bukti transaksi), akan tetapi ada certain pengeluaran yang memang sulit dan memang tidak mungkin mampu dipisahkan dengan mudah.

Untuk menjawab kasus ini kita pergunakan INCREMENTAL METHOD, yaitu : dengan mencari selisih overhead cost atau expenses antara overhead/expenses yang terjadi setelah adanya konstruksi dibandingankan dengan sebelum adanya konstruksi.

Contoh Kasus :

PT. XYZ melaksanakan perluasan pabrik semenjak 22 Oktober 2007, dengan mebangun satu embel-embel gedung. Di sisi lain PT. XYZ telah beropersi dan berproduksi semenjak 2 tahun yang lalu. Dari Laporan Laba-Rugi PT. XYZ diperoleh data-data sebagai berikut :


 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Dengan melihat perbandingan data di atas, maka porsi yang perlu dikapitalisasi dapat kita tentukan, lihat kolom terakhir pada table dibawah ini :

 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Jurnalnya pun dapat dikita tentukan, perhatikan jurnal dibawah :

 Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan yakni pengeluaran PEROLEHAN AKTIVA TETAP

E. AKTIVA DIPEROLEH DENGAN PERTUKARAN

Pertukaran aktiva tetap disini maksudnya yakni aktiva yang telah dimiliki ditukarkan dengan aktiva yang dimiliki oleh pihak (perusahaan/orang) lain.

Pada kasus pertukaran yang menjadi duduk perkara utama yakni penentuan nilainya. Hal ini disebabkan oleh karena adanya banyak sekali kondisi atas pertukaran yang terjadi. Yang menjadi patokan dasar yakni :

Pertukaran aktiva sejenis atau tidak
Harga Pasar diketahui atau tidak
Disertai arus kas atau tidak


Berikut yakni banyak sekali kemungkinan kombinasi atas kondisi pertukaran aktiva tetap dan perlakuan akuntansinya :

(a). Harga pasar diketahui, tidak disertai arus kas, maka :
Aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar harga pasar aktiva yang memiliki keabsahan bukti transaksi yang lebih memadai. Jika sama-sama berpengaruh ke absahannya, maka yang diakui yakni harga pasar aktiva yang diserahkan, tetapi bila aktiva yang diterima memiliki bukti transaksi yang lebih lengkap maka perolehan aktiva dicatat sebesar aktiva yang diterima.

(b). Harga Pasar tidak diketahui (sejenis maupun beda jenis)
Harga perolehan aktiva dicatat sebesar NILAI BUKU aktiva yang diserahkan. Untuk kasus menyerupai ini, diharapkan peniadaan akumulasi penyusutan atas aktiva yang diserahkan.

Contoh kasus :

PT. XYZ menukarkan peralatannya dengan sebuah mesin dari pihak lain, Harga perolehan perlatan yang diserahkan yakni sebesar Rp 1,500,000,- dan nilai bukunya dikala ditukarkan yakni Rp 1,000,000,- sementara Harga Perolehan mesin yang diterima dari pihak lain yakni Rp 1,700,000 sedangkan nilai bukunya yakni Rp 1,200,000,- HARGA PASAR TIDAK DIKETAHUI.

Maka jurnalnya adalah :

[-debit- ] Aktiva Tetap Mesin = Rp 1,000,000,-
[-debit- ] Akumulasi penyusutan = Rp 500,000,-

[-credit-] Peralatan = Rp 1,500,000,-


(c). Aktiva Beda Jenis, Harga Pasar Diketahui, Disertai Arus Kas.

Adanya arus kas, kemungkinannya ada 2 :

-Disertai arus kas keluar, berarti ada rugi pertukaran, maka rugi diakui
-Disertai arus kas masuk, berarti ada laba pertukaran, maka laba diakui

Aktiva Sejenis, Harga Pasar diketahui, Disertai arus kas :

- Indikasi rugi, maka rugi diakui
- Indikasi laba, maka laba jangan diakui

Pajak Import merupakan elemen terakhir dari Landing Cost.

Indonesia mengenakan 2 jenis pajak atas import, yaitu : PPn Import dan PPh Pasal 22.


Pajak Import = PPn Import + PPh Pasal 22



PPn Import dikenakan 10% dari nilai CIF dan Import Duty. Maka formulanya menjadi sebagai berikut :


PPn Import = 10% x [ CIF + ID]


Dimana :
CIF = Cost (FOB) + Insurance + Freight
ID = Import Duty

Agar tidak tumpang tindih, jikalau anda belum tahu apa itu CIF, Import Duty beserta perhitungannya, saya sarankan membaca article Import Duty Calculation

Contoh :

PT. Royal Bali Gemilang melaksanakan impor barang dari China, dengan rincian sebagai berikut :
Nilai Barang yang di Impor (FOB) = USD 3,500.00
Insurance = USD 100.000
Freight = USD 250.00
Import Duty = USD 150.00

Perhitungan :

PPn Import = 10% x [ (USD 3,500.00 + USD 100.00 + USD 250.00) + USD 150.00 ]
PPn Import = USD 400.00

PPh Pasal 22 dikenakan sebesar 7.5% dari nilai CIF dan Import Duty, formulanya :


PPh Pasal 22 = 7.5% x [CIF + ID]


Dengan memakai teladan yang sama, maka besarnya PPh Pasal 22 yang dikenakan ialah sebesar USD 300.00

Sekaligus besarnya Pajak Import yang akan dikenakan sanggup dihitung

Informasi ini mungkin berkhasiat :

Update: 05-05-2008

Bagi rekan-rekan yang ingin melaksanakan estimasi perhitungan Bea Masuk (Import Duty), PPN & PPh Pasal 22 Import, kini sanggup melakukannya dengan cepat dan gampang alasannya ialah kini sanggup memakai Calculator yang saya buat. Silahkan baca cara mendapatkannya di sini: Calculator Bea Masuk, PPN & PPh Import

PPn Import maupun PPh Pasal 22 merupakan kredit pajak. PPn Import sanggup dikreditkan di SPM PPn dan PPh Pasal 22 sanggup dikreditkan di SPT PPh Pasal 29. Bagaimana cara mengkreditkannya ?. Article Cara Mengkreditkan PPn Import dan Cara Mengkreditkan PPh Pasal 22 akan segera hadir disini. Agar tidak kesulitan mencari aricle ini, anda sanggup bookmark blog ini dengan mengklick tombol bookmark di bawah ini




 Maka formulanya menjadi sebagai berikut  IMPORT TAX  CALCULATION  -  Menghitung Pajak Import




PRAKTIK – PRAKTIK BISNIS TIDAK BERETIKA

Terdapat beberapa problem adat dalam bisnis yang dapat diklasifikasikan ke dalam 5 kategori, yaitu :
a.         Suap (Bribery) Merupakan tindakan berupa menawarkan, membeli, menerima, atau meminta sesuatuyang berharga dengan tujuan mensugesti tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorangdengan membeli pengaruh.Pembelian itu dapat dilakukan baik dengan membayarsejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali setelah transaksiterlaksana.Suap adakala tidak mudah dikenali.Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pertolongan hadiah( gift ) tidak selalu dapat disebut sebagai suap tergantung dari maksud dan respons yangdiharapkan oleh pemberi hadiah. 
b.         Paksaan (Coercion) Merupakan tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa bahaya untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.
c.         Penipuan (Deception) Merupakan tindakan memperdaya,menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkanatau melaksanakan kebohongan.
d.         Pencurian (Theft ) Merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil propertimilik orang laintanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa propertifisik atau konseptual.
e.         Diskriminasi tidak terang (Unfair Discrimination) Merupakan perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yangdisebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama.Suatu kegagalanuntuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara yang disukai atau tidak.

Beberapa pebisnis berpendapat bahwa terdapat korelasi simbiosis antara adat dan bisnis dimana problem etik sering dibicarakan pada bisnis yang berorientasi pada keuntungan.Kebutuhan aspek akhlak dalam bisnis ialah :
a.         Praktik bisnis yang bermoral hanya akan menyampaikan keuntungan ekonomis dalam jangka panjang. Bagi bisnis yang didesain untuk keuntungan jangka pendek hanyaakan menyampaikan insentif yang kecil. Dalam kompetisi bisnis di pasar yang sama,keuntungan jangka pendek merupakan keputusan yang diambil oleh kebanyakan perusahaan untuk dapat bertahan.
b.         Beberapa praktik bisnis yang bermoral mungkin tidak memiliki nilai ekonomis bahkan dalam jangka panjang sekalipun. Sebagai contoh, bagaimanamengkampanyekan kerugian merokok, sebagai lawan dari promosi rokok itu sendiri.
c.         Praktik bisnis yang bermoral akan menghasilkan keuntungan akan sangat tergantung pada saat bisnis tersebut dijalankan. Pada pasar yang berbeda, praktik yang samamungkin tidak menyampaikan nilai ekonomis. Makara problem tumpang tindih antaraeksistensi akhlak dan keuntungan sifatnya terbatas dan insidental (situasional).

 Pada masa inilah aktiva tetap diharapkan berproduksi PENGGUNAAN AKTIVA TETAP (Utilization)Penggunaan aktiva tetap (utilization) yaitu 2nd phase dari siklus hidup aktiva tetap. Pada masa inilah aktiva tetap diharapkan berproduksi, menghasilkan output dan memperlihatkan hasil kembali (gains / laba / profit / earning) atas cost yang pernah dikeluarkan pada masa perolehannya.


Namun demikian, setiap revenue yang dihasilkan tentunya memerlukan adanya pengorbanan, yang dalam suatu transaksi lumrah kita sebut sebagai beban/biaya (expenses) maupun harga pokok (cost).

Untuk berproduksi, menghasilkan output yang pada balasannya menghasilkan revenue, aktiva tetap harus dipekerjakan (occupied) secara maksimal. Ada aktivitas-aktivitas.

Atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada suatu aktiva tetap, ada 2 (dua) konsekwensi utama yang akan timbul :

1. Adanya pengeluaran (expenditure) untuk pemeliharaan (maintenance), perbaikan (repair/betterment), penggantian komponen (replacement), turun mesin (overhaul).
2. Adanya penurunan fungsi sekaligus berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tetap yang dipergunakan, yang biasa kita kenal dengan PENYUSUTAN (depreciation).


A. PENGELUARAN (Expenditure) DI MASA PENGGUNAAN

Seperti disebutkan diatas, konsekwensi pertama atas penggunaan aktiva tetap yaitu adanya pengeluaran-pengeluaran.

The main issue on this phase is :

“WHETHER THOSE EXPENDITURES SUPPOSED TO BE TREATEN AS AN EXPENSE OR TO BE CAPITALIZED”.

Ya….. “Dibebankan atau di kapitalisasi?”.

Berikut yaitu aktivitas-aktivitas yang biasa terjadi pada penggunaan aktiva tetap beserta panduan dasar perlakuan akuntansinya (sekalikus akan menjawab pertanyaan besar di atas) :

1). Pemeliharaan (Maintenance)

Tindakan atau kegiatan yang ditujukan “hanya” untuk membuat suatu aktiva tetap berfungsi sebagaimana mestinya disebut dengan PEMELIHARAAN (Maintenance), dan pengeluaran yang timbul hendaknya di bebankan (dijadikan biaya) pada periode yang sama.

Apakah boleh dikapitalisasi ? (jawabannya ada di final sub pokok bahasan ini)

Contoh Kasus :

PT. Royal Bali Cemerlang, membayar sebesar Rp 75,000,- untuk membersihkan 1 unit AC di ruangan Accounting sekaligus menambah Freon sebanyak 5 psi.

Jelas mampu kita lihat bahwa kegiatan ini yaitu dimaksudkan hanya untuk membuat AC tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka atas pengeluaran tersebut dicatat sebagai berikut :

[-Debit-]. Office Maintenance = Rp 75,000,-
[-Credit-]. Petty Cash = Rp 75,000,-


2). Perbaikan (Repair/betterment)

 Pada masa inilah aktiva tetap diharapkan berproduksi PENGGUNAAN AKTIVA TETAP (Utilization)Perbaikan (repair) diperhitungkan sebagai kegiatan yang lebih besar dibandingkan dengan pemeliharaan (maintenance). Dikatakan perbaikan (repair) apabila; untuk membuat aktiva tersebut berfungsi sebagaimana mestinya diharapkan tindakan pemulihan kondisi atas bagian/sparepart/komponen yang mengalami penurunan fungsi, akan tetapi belum diharapkan suatu penggantian.

Contoh Kasus :

Dari kasus yang sama di atas, akan tetapi tehnisi AC perlu melaksanakan penyambungan kabel ulang dan melaksanakan pengelasan pada pangkal pipa selang yang sudah mengalami korosi ringan. Untuk itu PT. Royal Bali Cemerlang harus mengeluarkan biaya komplemen sebesar Rp 350,000,-
Dapat kita lihat bahwa tindakan ini tidak hanya sekedar melaksanakan pemeliharaan (maintenance) melainkan sudah terjadi kegiatan perbaikan (repaires). Untuk itu PT. Royal Bali Cemerlang melaksanakan pencatatan sebagai berikut :

[-Debit-]. Akumulasi penyusutan AC = Rp 350,000,-
[-Debit-]. Office Maintenace = Rp 75,000

[-Credit-]. Petty Cash = Rp 425,000,-

Apakah boleh dikapitalisasi semua ? (jawabannya ada di final sub pokok bahasan ini)


3). Penggantian Komponen (replacement)

Istilah penggantian komponen (replacement) terang artinya. Ditandai dengan adanya penggantian atas satu komponen atau lebih dari suatu aktiva tetap.

Contoh Kasus :

Bagian IT menemukan salah satu mouse computer tidak berfungsi lagi, dan sebuah DVD RW pada computer yang lain juga tidak berfungsi, untuk itu diperlu dilakukan penggantian terhadap kedua kompenen tersebut secara terpisah. Dari nota pembelian komponen terlihat harga mouse yaitu Rp 35,000,- sedangkan harga DVD RW yaitu Rp 450,000,-

Atas transaksi tersebut, dilakukan pencatatan sebagai berikut :

[-Debit-]. Maintenance = Rp 35,000,-
[-Debit-]. Akumulasi penyusutan Computer = Rp 450,000,-

[-Credit-]. Petty Cash = Rp 485,000,-

Mengapa tidak dikapitalisasi semua ?. Mengapa tidak di debit Akumulasi Penyusutan saja ? (temukan jawabannya di final sub pokok bahasan ini).


4). Pengangkatan Kapasitas (Up-grading)

Pada fase pertumbuhan perusahaan, biasanya disertai dengan peningkatan produksi, sebagai konsekwensinya, tidak jarang perusahaan harus melaksanakan upgrade (peningkatan kapasitas) terhadap aktiva tetap yang digunakan (entah itu mesin, peralatan bahkan gedungnya). Atas suatu upgrading, tentu akan memicu adanya pengeluaran-pengeluaran yang biasanya cukup material.

Contoh Kasus :

Sudah beberapa bulan belakangan ini listrik di pabrik PT. XYZ sering mengalami padam ditempat. Setelah diselidiki oleh electrician, diketahui penyebabnya yaitu alasannya yaitu penggunaan listrik di pabrik yang semakin meningkat seiring dengan adanya penambahan beberapa mesin. Untuk itu diharapkan penambahan daya. Atas penambahan daya tersebut, terjadi pengeluaran kas dengan rincian sebagai berikut :

1 unit Generator 30 KWH = Rp 18,000,000,-
1 unit panel MCB = Rp 1,500,000,-
400 meter Kabel = Rp 500,000,-
Biaya pemasangan = Rp 1,000,000,-
Total Pengeluaran = Rp 21,000,000,-

Transaksi tersebut dicatat :

[-Debit-]. Peralatan Listrik = Rp 21,000,000,-
[-Credit-]. Kas Bank A = Rp 21,000,000,-


5). Turun Mesin (overhaul)

Istilah turun mesin (overhaul) terjadi pada aktiva tetap yang bekerjanya menggunakan mesin. Misalnya : Mobil, Kendaraan, mesin produksi, peralatan produksi. Dikatakan mengalami turun mesin apabila untuk membuatnya berfungsi lebih baik, diharapkan tindakan pembongkaran terhadaphampir seluruh komponen atau komponen utama dari aktiva tersebut, untuk kemudian dilakukan pemasangan kembali. Pada proses turun mesin hampir pasti akan terjadi sekaligus tindakan : Pemeliharaan, Perbaikan, penggantian koponen. Turun mesin (overhaul) biasanya terjadi disaat-saat aktiva tersebut mengalami penurunan fungsi (kapasitas) yang sangat signifikan akhir penggunaan yang sudah relatif lama.

Aktifitas turun mesin (overhaul) sudah pasti akan membuat umur ekonomis aktiva tersebut menjadi bertambah. Untuk itu, pengeluaran-pengeluaran yang timbul hendaknya dikapitalisasi dengan cara mendebit rekening akumulasi penyusutan (accumulated depreciation) sebesar pengeluaran overhaul tersebut.

Contoh Kasus :

Memasuki tahun ke-8, salah satu mesin produksi PT. Royal Bali Cemerlang yang 7 tahun lalu diperoleh Rp 10,000,000,- (life time estimation 8 tahun), perlu dilakukan turun mesin, untuk melaksanakan turun mesin, perusahaan membayar sebesar Rp 7,000,000,- setelah turun mesin, mesin tersebut diperkirakan akan masih produktif hingga 7 tahun ke depan.

Maka dilakukan pencatatan sebagai berikut :

[-Debit-]. Akumulasi penyusutan = Rp 7,000,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 7,000,000,-

Catatan : Jurnal di atas yaitu untuk mengkapitalisasi pengeluaran atas overhaul (turun mesin) sebesar Rp 7,000,000,-

Masalah berikutnya :

Berapa besarnya akumulasi penyusutan (Accum Deprec) setelah terjadi overhaul ?
Berapa besarnya Nilai Buku (book value) setelah overhaul ?
Berapa biaya penyusutan (depreciation) yang akan dibebankan pada tahun ke-8 ini ?
Berapa Nilau Buku Tutup Tahun ke-8 (Closing Book Value) nanti ?

Untuk menjawab semua pertanyaan di atas, maka perlu kita lakukan perhitungan awal sebagai berikut :

 Pada masa inilah aktiva tetap diharapkan berproduksi PENGGUNAAN AKTIVA TETAP (Utilization)
Selanjutnya perhatikan perhitungan pada gambar dibawah ini :

 Pada masa inilah aktiva tetap diharapkan berproduksi PENGGUNAAN AKTIVA TETAP (Utilization)
Dapat kita lihat bahwa :

Setelah pengeluaran overhaul di kapitalisasi sebesar Rp 7,000,000 dengan cara mendebit rekening Akumulasi penyusutan sebesar Rp 7,000,000, maka :

Akumulasi Penyusutan berkurang sebesar Rp 7,000,000, sehingga Akumulasi Penyusutan setelah overhaul yaitu Rp 8,750,000 – Rp 7,000,000 = Rp 1,750,000

Nilai Buku menjadi Rp 10,000,000 – Rp 1,750,000 = Rp 8,250,000Penyusutan yang

Dapat dibebankan pada tahun ke-8 ini yaitu sebesar Rp 8,250,000 : 7 = Rp 1,178,571 (angka 7 yaitu umur ekonomis setelah overhaul, ingat : “setelah overhaul diperkirakan mesin akan tetap produktif hingga 7 tahun ke depan”).

Nilai Buku tutup tahun ke-8 ini pun menjadi mampu kita hitung, yaitu : Rp 8,250,000 – Rp 1,178,571,- = Rp 7,071,429,-


Faktor-faktor Lain yang Perlu Dipertimbangkan

In term to determine whether the expenditure supposed to be treaten as an expense or to be capitalized, using all the above approach is simply not enough :-), seems that we need another terminology…

Misalnya : terjadi penggantian salah satu komponen (dalam pola di atas penggantian mouse untuk sebuah unit PC ), penggantian komponen seharusnya di kapitalisasi, tetapi mau dikapitalisasi juga nilainya koq kecil, harga mouse cuma Rp 35,000,- sementara harga satu unit computer standar (termasuk mouse tentunya) mungkin antara Rp 4,000,000 s/d. Rp 5,000,000,- .

Yup….. kita perlu pendekatan lain untuk melengkapinya.

Berikut yaitu faktor-faktor yang PERLU dipertimbangkan untuk mendeterminasi apakah suatu pengeluaraan di masa penggunaan aktiva “dibebankan atau di kapitalisasi” :

1. Tingkat Keseringan
Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin (repetitive), sebaiknya pengeluaran tersebut dibiayakan saja, and vice versa…

2. Metrialitas
Jika pengeluaran tersebut sifatnya material, maka sebaiknya dikapitalisasi, kalau tidak berarti di bebankan (silahkan diukur dengan membandingkan antara pengeluaran yang terjadi dengan harga perolehan aktiva-nya).

3. Lama Manfaat
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan memperlihatkan manfaat lebih dari satu tahun buku, maka sebaiknya di kapitalisasi, kalau hanya satu tahun buku atau kurang, sebaiknya dibebankan diperiode yang sama saja.

4. Pengaruhnya terhadap Umur Ekonomis atau kapasitas
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan menambah umur ekonomis atau meningkatkan kapasitas,maka sebaiknya di kapitalisasi. Demikian sebaliknya.

Mudah-mudahan komplemen pertimbangan di atas merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sengaja saya tunda di awal artikel :-)

Sepertinya gres satu sub-pokok bahasan saja, sudah begitu panjang. Terpaksa pembahasan mengenai penyusutan (depereciation) kita bahas di postingan berikutnya. Mudah-mudahan tabah menunggu ya :-).

Sebagai obat atas pemenggalan ini, saya berikan satu renungan, yang mungkin berguna…..

 Pada masa inilah aktiva tetap diharapkan berproduksi PENGGUNAAN AKTIVA TETAP (Utilization)Sebagai seorang book keeper tentu menginginkan perlakuan akuntansi yang sangat precisely… Tapi, perlu diingat “Accounting Is Not A Law”, so… tidak ada istilah benar atau salah dalam perlakuan akuntansi…. Yang ada yaitu “Appropriate or In-appropriate” (wajar atau tak wajar). Yang menjadi main priority dari perlakuan akuntansi yaitu PENGGUNA (the user).

Maka dari itu, setiap kali melaksanakan penilaian (pengukuran/penghitungan), pengesahan (pencatatan) maupun pelaporan (disclosure), instead of thinking about correct or not correct, try to think about :

- Will the user be able to read (hence to understand) the report ?
- Will this journal entry potentially lead the user to a bias interpretation or not ?
- Is this transaction potentially an erroneous or fraud ?
- Are you comfortable with the number and they way you record it ?.

Jika semua pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat anda jawab tanpa keraguan, maka anda tidak perlu ragu lagi. Lets do it and get it done !.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.