PEMICU DARI STRATEGI DAN PERILAKU BISNIS YANG TIDAK ETIS
Ada tiga pemicu utama dari perilaku bisnis yang tidak etis ditunjukkan sebagai berikut :
• Faulty oversight, enabling the unscrupulous pursuit of personal gain and self-interest.
Orang-orang yang terobsesi dengan akumulasi kekayaan, kekuasaan, status, dan kepentingan mereka sendiri sering mendorong prinsip-prinsip budpekerti dalam upaya mereka untuk keuntungan pribadi. Mengabaikan budpekerti bisnis umumnya dapat mendorong semua jenis manuver strategis yang tidak etis dan perilaku di perusahaan. Tata kelola perusahaan yang bertanggung jawab dan pengawasan oleh dewan perusahaan perusahaan dibutuhkan untuk menjaga terhadap diri sendiri (self-dealing) dan manipulasi gosip untuk menyamarkan tindakan tersebut oleh manajer perusahaan. Self-dealing terjadi dikala manajer mengambil keuntungan dari posisi mereka untuk memajukan kepentingan langsung mereka sendiri daripada orang-orang dari perusahaan.
Sebuah pola yang sangat merugikan dari kurangnya pengawasan yang sempurna yakni skandal atas praktik pertolongan hipotek dan perbankan yang menimbulkan krisis bagi perumahan pasar real estate di AS dan konsekuensi menyayat hati bagi banyak pembeli rumah. Skandal ini berasal dari taktik sadar tidak etis di banyak bank dan perusahaan hipotek untuk meningkatkan biaya yang diperoleh dari kredit rumah dengan sengaja menurunkan standar pertolongan untuk menyetujui yang disebut "pinjaman subprime" untuk pembeli rumah yang pendapatannya tidak cukup untuk melaksanakan pembayaran hipotek bulanan mereka.
• Heavy pressures on company managers to meet or beat short-term performance targets.
• A company culture that puts profitability and business performance ahead of ethical behavior.
Post a Comment
Post a Comment