Halaman ini saya khususkan untuk membahas KASUS-KASUS AKUNTANSI yang telah masuk ke dalam e-mail saya. Adapaun kasus-kasus yang diangkat dihalaman ini yaitu kasus-kasus akuntansi dalam tataran pelaksanaannya di lapangan kerja. Kasusnya bervariasi, mulai dari cara memposting sehar-hari hingga pada translasi mata uang asing.
Dasar Pertimbangan & Tujuan
Saya pikir, sangat mungkin rekan-rekan yang lain mengalami masalah yang serupa atau bahkan sama. Di sisi lainnya, saya menyadari sepenuhnya, tidak ada insan yang sempurna. Setiap individu membutuhkan individu yang lain untuk saling berbagai, melengkapi, dan saling mendukung. Ini sanggup kita jadikan sebagai materi pembelajaran untuk menempa diri guna sanggup meningkat kualitas diri kita termasuk mentalitas.
Dengan diangkatnya beberapa masalah ini, saya berharap :
1). Agar kalau ada rekan-rekan lain yang mengalami masalah yang serupa, sanggup menerima citra (jika tidak jawaban) dengan melihat referensi masalah yang sudah ada.
2). Meskipun tentu saja saya berupaya untuk sanggup membantu secara maksimal, akan tetapi sangat mungkin ada diantara rekan-rekan yang lain yang lebih memahami masalah tertentu (mungkin sudah pernah menyelesaikannya), saya berharap rekan-rekan berkenan membaginya disini. Entah itu yang bersifat melengkapi, menambahkan atau bahkan mempunyai pandangan yang berbeda. Dengan demikian, maka secara tidak pribadi akan membantu rekan yang bertanya memperoleh pemahaman yang jelas, lebih luas, lengkap dan mendalam.
Karena ini diangkat dari kasus-kasus perseorangan, untuk lalu dipublikasikan yang mungkin akan dibaca oleh banyak orang, maka demi menghormati privacy, saya sengaja tidak menyebutkan nama secara lengkap, dan e-mail address tidak saya tampilkan. Tidak semua masalah saya angkat, tetapi kalau ada rekan-rekan yang ingin kasusnya diangkat disini, sanggup meminta pribadi kepada saya untuk dipublikasikan.
Untuk menghindari overload, masalah akan diangkat secara bertahap, judulnya akan sama, hanya saja akan diberi angka dibelakangnya sebagai tanda, dan akan diberi label “Kasus Akuntansi”
Langsung saja ke kasus-kasusnya :
Dasar Pertimbangan & Tujuan
Saya pikir, sangat mungkin rekan-rekan yang lain mengalami masalah yang serupa atau bahkan sama. Di sisi lainnya, saya menyadari sepenuhnya, tidak ada insan yang sempurna. Setiap individu membutuhkan individu yang lain untuk saling berbagai, melengkapi, dan saling mendukung. Ini sanggup kita jadikan sebagai materi pembelajaran untuk menempa diri guna sanggup meningkat kualitas diri kita termasuk mentalitas.
Dengan diangkatnya beberapa masalah ini, saya berharap :
1). Agar kalau ada rekan-rekan lain yang mengalami masalah yang serupa, sanggup menerima citra (jika tidak jawaban) dengan melihat referensi masalah yang sudah ada.
2). Meskipun tentu saja saya berupaya untuk sanggup membantu secara maksimal, akan tetapi sangat mungkin ada diantara rekan-rekan yang lain yang lebih memahami masalah tertentu (mungkin sudah pernah menyelesaikannya), saya berharap rekan-rekan berkenan membaginya disini. Entah itu yang bersifat melengkapi, menambahkan atau bahkan mempunyai pandangan yang berbeda. Dengan demikian, maka secara tidak pribadi akan membantu rekan yang bertanya memperoleh pemahaman yang jelas, lebih luas, lengkap dan mendalam.
Karena ini diangkat dari kasus-kasus perseorangan, untuk lalu dipublikasikan yang mungkin akan dibaca oleh banyak orang, maka demi menghormati privacy, saya sengaja tidak menyebutkan nama secara lengkap, dan e-mail address tidak saya tampilkan. Tidak semua masalah saya angkat, tetapi kalau ada rekan-rekan yang ingin kasusnya diangkat disini, sanggup meminta pribadi kepada saya untuk dipublikasikan.
Untuk menghindari overload, masalah akan diangkat secara bertahap, judulnya akan sama, hanya saja akan diberi angka dibelakangnya sebagai tanda, dan akan diberi label “Kasus Akuntansi”
Langsung saja ke kasus-kasusnya :
Kasus – 1 : ARUS KAS (CASH FLOW)
Dari : Am B
Hallo Bapak Putra,Salam kenal, secara kebetulan saya mampir ke blog Bapak waktu cari cara bikin cash flow. Ada yg mau saya tanyakan, mengapa waktu saya bikin direct and indirect cash flow angkanya tidak sama, padahal berdasarkan teori2 yang saya baca, seharusnya saldo operating, investing dan financing sama walaupun berbeda pos2 cash flownya. Bagaimana saya tahu mana yang benar dan mana yg salah? Indirect atau Direct? atau mungkin malah dua2nya salah. Mohon bantuannya sebab saya gres belajar.
Dari : Am B
Hallo Bapak Putra,Salam kenal, secara kebetulan saya mampir ke blog Bapak waktu cari cara bikin cash flow. Ada yg mau saya tanyakan, mengapa waktu saya bikin direct and indirect cash flow angkanya tidak sama, padahal berdasarkan teori2 yang saya baca, seharusnya saldo operating, investing dan financing sama walaupun berbeda pos2 cash flownya. Bagaimana saya tahu mana yang benar dan mana yg salah? Indirect atau Direct? atau mungkin malah dua2nya salah. Mohon bantuannya sebab saya gres belajar.
Jawaban :
Memakai metode apapun (direct/indirect) jadinya seharusnya sama saja. Jika hingga jadinya berbeda, berarti ada yang salah. Saya juga tidak tahu dimana letak salahnya (karena saya tidak melihatnya). Potensi kesalahan sanggup terjadi dimetode apa saja saja (ditahapan mana saja), tetapi biasanya kesalahan terjadi pada :
(1) Pengklasifikasian transaksi-transaksi ke dalam jenis cash activity (operating, investing or financing). Cobalah periksa pengklasifikasiannya, apakah sudah konsisten ?.
Misalnya :
Saat menciptakan direct method, pembelian suku cadang dimasukkan ke dalam acara investasi sebab dianggap membeli aktiva, sedangkan di indirect method pembelian suku cadang digolongkan ke dalam biaya pemeliharaan, biaya pemeliharaan masuk ke dalam acara operasi bukan?.
(2) Penentuan acara tahun berjalan yang tidak akurat pada metode indirect method.
Misalnya :
jika ada pelunasan piutang, maka piutang jadi berkurang bukan ?, tetapi kas juga dianggap berkurang, padahal berbanding terbalik, seharusnya kas bertambah.
Silahkan diperiksa kembali laporannya. Mudah-mudahan sanggup di identifikasi dimana letak perbedaannya, sehingga sanggup dikoreksi.
Kasus-2 : MULTI CURRENCY
Dari : Ag. S
Selamat sore pak, saya ingin menanyakan wacana pembuatan laporan keuangan dengan multi currency. Sebenarnya yang dimaksud dengan multi currency itu apa? Sedikit isu untuk bapak ketahui bahwa saya bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang sub-kontraktor Telekomunikasi, sebagian honor dibayarkan dengan USD dan kadang bila dana di bank IDR tidak cukup untuk pengeluaran biaya operasional maka akan ditarik sejumlah dana dari bank USD untuk memenuhi dana IDR tersebut.
Jawaban :
Sebuah perusahaan dikatakan memakai "Multi currency" apabila dalam opersionalnya perusahaan memakai dua jenis mata uang yang berbeda. Meskipun dalam penyajian laporan keuangannya perusahaan tetap harus menentukan memakai salah satu jenis mata uang saja.
Dari referensi yang disampaikan, berarti perusahaan memakai multi currency, dan saya yakin perusahaan memakai mata uang IDR dalam laporan keuangannya.
Atas penggunaan mata uang aneh (USD), baik dalam bukti transaksi maupun dalam catatan perusahaan hendaknya di convert ke dalam Rupiah.
Contoh :
Pada tanggal 31 Januati 2008 perusahaan membayar honor Mr. X sebesar USD 750.00, kurs pada ketika itu 1 USD = 9450, atas transaksi ini, tina harus menciptakan bukti pengeluaran kas bukan ?, entah itu berupa kwitansi atau voucher pengeluaran kas yang di cetak sendiri. Buatlah konversi di atas kertas bukti pengeluaran kas tsb sbb :
USD 750,00
X-rate : 9450
Rp 7,087,500,-
Pada BUKU BANK REK USD, buatlah kolom untuk mata uang USD, X-RATE & RUPIAHNYA
Demikian juga untuk jenis2 transaksi lain. Lakukan hal yang sama. Sehingga dari setiap account sanggup diperoleh saldo buku besar dalam mata uang rupiah saja. Jika sudah begitu, maka laporan keuangan akan kita peroleh dalam single currency saja, yaitu IDR. Jika tina mau mengetahui lebih dalam mengenai multi currency, tina sanggup baca artikel saya mengenai translasi mata uang asing.
Akan tetapi, saya lebih merekomendasikan methode yg saya berikan di atas, sederhana, gampang dipahami dan tetap menghasilkan laporan yang akurat dan accountable.
Jika kebetulan semuanya sudah dalam bentuk laporan keuangan, maka harus ditranslasikan dengan memakai metode tertentu. Mengenai metode translasi silahkan baca artikel saya mengenai TRANSLASI MATA UANG ASING.
Memakai metode apapun (direct/indirect) jadinya seharusnya sama saja. Jika hingga jadinya berbeda, berarti ada yang salah. Saya juga tidak tahu dimana letak salahnya (karena saya tidak melihatnya). Potensi kesalahan sanggup terjadi dimetode apa saja saja (ditahapan mana saja), tetapi biasanya kesalahan terjadi pada :
(1) Pengklasifikasian transaksi-transaksi ke dalam jenis cash activity (operating, investing or financing). Cobalah periksa pengklasifikasiannya, apakah sudah konsisten ?.
Misalnya :
Saat menciptakan direct method, pembelian suku cadang dimasukkan ke dalam acara investasi sebab dianggap membeli aktiva, sedangkan di indirect method pembelian suku cadang digolongkan ke dalam biaya pemeliharaan, biaya pemeliharaan masuk ke dalam acara operasi bukan?.
(2) Penentuan acara tahun berjalan yang tidak akurat pada metode indirect method.
Misalnya :
jika ada pelunasan piutang, maka piutang jadi berkurang bukan ?, tetapi kas juga dianggap berkurang, padahal berbanding terbalik, seharusnya kas bertambah.
Silahkan diperiksa kembali laporannya. Mudah-mudahan sanggup di identifikasi dimana letak perbedaannya, sehingga sanggup dikoreksi.
Kasus-2 : MULTI CURRENCY
Dari : Ag. S
Selamat sore pak, saya ingin menanyakan wacana pembuatan laporan keuangan dengan multi currency. Sebenarnya yang dimaksud dengan multi currency itu apa? Sedikit isu untuk bapak ketahui bahwa saya bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang sub-kontraktor Telekomunikasi, sebagian honor dibayarkan dengan USD dan kadang bila dana di bank IDR tidak cukup untuk pengeluaran biaya operasional maka akan ditarik sejumlah dana dari bank USD untuk memenuhi dana IDR tersebut.
Jawaban :
Sebuah perusahaan dikatakan memakai "Multi currency" apabila dalam opersionalnya perusahaan memakai dua jenis mata uang yang berbeda. Meskipun dalam penyajian laporan keuangannya perusahaan tetap harus menentukan memakai salah satu jenis mata uang saja.
Dari referensi yang disampaikan, berarti perusahaan memakai multi currency, dan saya yakin perusahaan memakai mata uang IDR dalam laporan keuangannya.
Atas penggunaan mata uang aneh (USD), baik dalam bukti transaksi maupun dalam catatan perusahaan hendaknya di convert ke dalam Rupiah.
Contoh :
Pada tanggal 31 Januati 2008 perusahaan membayar honor Mr. X sebesar USD 750.00, kurs pada ketika itu 1 USD = 9450, atas transaksi ini, tina harus menciptakan bukti pengeluaran kas bukan ?, entah itu berupa kwitansi atau voucher pengeluaran kas yang di cetak sendiri. Buatlah konversi di atas kertas bukti pengeluaran kas tsb sbb :
USD 750,00
X-rate : 9450
Rp 7,087,500,-
Pada BUKU BANK REK USD, buatlah kolom untuk mata uang USD, X-RATE & RUPIAHNYA
Demikian juga untuk jenis2 transaksi lain. Lakukan hal yang sama. Sehingga dari setiap account sanggup diperoleh saldo buku besar dalam mata uang rupiah saja. Jika sudah begitu, maka laporan keuangan akan kita peroleh dalam single currency saja, yaitu IDR. Jika tina mau mengetahui lebih dalam mengenai multi currency, tina sanggup baca artikel saya mengenai translasi mata uang asing.
Akan tetapi, saya lebih merekomendasikan methode yg saya berikan di atas, sederhana, gampang dipahami dan tetap menghasilkan laporan yang akurat dan accountable.
Jika kebetulan semuanya sudah dalam bentuk laporan keuangan, maka harus ditranslasikan dengan memakai metode tertentu. Mengenai metode translasi silahkan baca artikel saya mengenai TRANSLASI MATA UANG ASING.
Post a Comment
Post a Comment